Riausastra.com – Helat pacu jalur akan digelar. Setiap tahun lomba ini menjadi agenda rutin. Kasmar, kepala Desa Imbo Lamo di Kabupaten Kuantan Singingi mulai melakukan persiapan bersama warga seperti rapek banjar, sebuah rapat pertemuan masyarakat untuk menentukan kayu yang akan dijadikan jalur. Namun, pohon yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan jalur sulit ditemukan.
Kesulitan mencari pohon yang tingginya hingga lima puluh meter menjadi permasalahan setiap lomba pacu jalur. Pohon di hutan mulai menipis akibat alih fungsi menjadi kebun kelapa sawit.
Setiap tahun desa ini tidak melewatkan mengikuti lomba pacu jalur. Jalur adalah sebuah perahu yang digunakan sebagai alat transportasi utama warga di Rantau Kuantan yang berada di sepanjang Sungai Batang Kuantan pada awal abad tujuh belas.
Jalur terbuat dari pohon besar yang berumur ratusan tahun. Panjangnya berkisar dua puluhan meter. Lebar jalur hingga satu meter lebih dengan peserta 40 hingga 50 orang dalam satu perahu.
Sebagai warisan kebudayaan yang sudah turun temurun, jalur bagi masyarakat memiliki makna sendiri baik pribadi maupun sebagai warga kampung. Tidak sempurna suatu kampung jika warganya tidak mempunyai jalur.
Setiap tahun pacu jalur dilaksanakan di Kota Teluk Kuantan, tepian Narosa di Kecamatan Kuantan Tengah. Dari Pekanbaru berjarak kira-kira 150 kilometer. Tepian Narosa adalah tempat pacu jalur tingkat nasional. Sebelumnya pacu jalur dilaksanakan tingkat rayon, setiap rayon terdiri dari dua sampai empat kecamatan. Pada setiap kecamatan, setiap rayon menjadi tuan rumahnya secara bergiliran. Untuk ikut lomba boleh dari kecamatan dan juga kabupaten manapun.
Kemeriahan pacu jalur tidak hanya untuk perlombaan, tetapi ada juga pekan raya, pertunjukan sanggar tari, pementasan lagu daerah, randai Kabupaten Kuantan Singingi dan pementasan kesenian tradisional lainnya dari kabupaten kota di Riau.
Ketika persiapan pacu jalur masyarakat mulai menyadari sulitnya mendapatkan kayu sehingga menjadi permasalahan setiap tahun. Mengandalkan pohon dari hutan perusahaan hanyalah alternatif dan harus mendapatkan izin.
Meskipun mendapatkan izin, tetap saja menebang kayu tidak tepat. Sebuah pohon untuk tumbuh berukuran demikian membutuhkan waktu yang lama. Akibat hutan yang menipis, selain kesulitan menemukan pohon yang tepat, dampak lain yang dirasakan adalah bencana alam. Belum lama ini, banjir yang merendam puluhan desa di Kabupaten Kuantan Singingi paling besar dalam sejarah. Tidak pernah banjir separah ini seelumnya. Bencana mulai muncul akibat kerusakan alam.
Cukup panjang persiapan pacu jalur. Setelah mendapatkan pohon yang cocok, maka harus dilakukan tradisi persembahan untuk meminta izin sebelum dilakukan penebangan pohon. Pemilihan pohon tidak sembarangan, karena akan mempengaruhi hasil lomba. Masyarakat meyakini bahwa pohon yang sudah ditebang dan dijadikan jalur akan tetap hidup secara gaib. Kayu yang dipilih harus kayu yang memiliki nilai spiritual tinggi. Masyarakat menyebutnya mambang, sejenis makhluk halus. Itulah mengapa sebelum mencari kayu, dukun terlebih dahulu melakukan ritual upacara babalian dan batonung. Babalian adalah upacara tari-tarian yang dilakukan dukun dengan iringan musik rebab. Sedangkan batonung, yaitu upacara khusus oleh dukun untuk mencari kayu dengan kekuatan magis dan mantra-mantra.
Setelah menemukan pohon yang tepat, berlanjut ke tahap menebang kayu yang diawali dengan upacara menyemah. Yaitu semah atau sesajen kepada mambang yang diyakini penunggu kayu untuk menghindari bencana. Orang-orang akan menyaksikan upacara tersebut dan dipimpin oleh seorang dukun dengan beberapa rangkaian kegiatan seperti penyembelihan ayam hitam jamui (putih suci) pembakaran kemenyan, tepung tawar, dan sebagainya.
Kegiatan ini diikuti malembe yakni membaca doa atau mantra supaya pekerjaan berjalan lancar. Setelah dukun membaca mantra, para tukang kayu mulai menebang dengan mengayunkan beliung sebanyak tiga kali. Kepingan kayu dari tebasan pertama disebut sarok baantu yang jatuh diambil dan disimpan dukun untuk dijadikan pedoman proses selanjutnya. Dukun bisa mengetahui perkembangan jalur yang dibuat. Selain itu, sarok baantu digunakan sebagai obat jika ada pekerja pembuat jalur yang sakit.
Setelah kayu mulai rebah, dukun segera melemparkan telur ayam ke pohon kayu untuk memberikan makanan kepada mambang atau penunggu kayu. Menurut keyakinan, mambang tersebut akan terus mengikuti kayu itu kemana pun.
Setelah kayu ditebang dan dibersihkan barulah pekerjaan membuat jalur dimulai dengan dipimpin oleh Tukang Tuo, dibantu Tukang Pengapik sebanyak dua atau tiga orang serta masyarakat lainnya yang membantu dan pandai bertukang.
Tahap berikutnya adalah mengabung. Mengabung berarti memotong kayu pada bagian ujung. Setelah kayu rebah dilakukan kegiatan membersihkan keseluruhan kayu yang ada di sekitarnya untuk pengerjaan pembuatan jalur berjalan lancar.
Dalam tahap ini ada yang disebut melepas benang, berarti melakukan pengukuran dengan benang, memperkirakan perbandingan ukuran pada tiap-tiap bagian jalur yang dibuat. Proses ini dipimpin oleh kepala tukang.
Selanjutnya pendadaan. Pendadaan berasal dari kata dada, diartikan sebagai pekerjaan membuat bagian dada jalur yang dibuat dengan cara meratakan bagian atas kayu yang memanjang mulai dari bagian pangkal sampai ke ujung.
Kemudian mencaruk, berarti mengeruk bagian kayu yang diratakan. Pekerjaan ini melubangi kayu secara seimbang dengan ketebalan masing-masing bagian. Dilakukan tukang secara bersama-sama dengan beliung khusus.
Setelah pendadaan dilakukan manggaliak, yaitu menelungkupkan jalur membuat perut. Perut jalur harus dibentuk melengkung dari bagian haluan sampai kemudi dengan seimbang. Termasuk kedua sisi atau pinggir jalur. Tukang harus dapat memperkirakan ukuran tebal pinggir jalur secara keseluruhan. Karena pekerjaan ini berat, para tukang membutuhkan banyak tenaga dan dilakukan secara bergotong royong dengan masyarakat. Kaum laki-laki membantu manggaliak sedangkan ibu-ibu dan para gadis menyiapkan makanan.
Kemudian membuat lubang kakok. Dengan menggunakan alat bor, lubang ini berfungsi sebagai kontrol bagi tukang agar tidak meleset pada saat mengukur ketebalan perut jalur. Lubang kakok juga berfungsi untuk mencegah pecahnya jalur pada saat dipanaskan atau diasap atau dilayur. Lubang-lubang ini dibuat pada bagian perut jalur secara memanjang dengan jarak lima puluh sentimeter dan secara melintang berjarak lima belas sentimeter. Lubang kakok tersebut nantinya akan ditutup kembali dengan kayu yang keras yang ukurannya pas. Kayu penutup itulah yang disebut istilah kakok.
Kemudian kembali menelentangkan jalur. Proses ini sudah ringan dan tidak perlu bantuan penduduk desa, karena bentuk jalur sudah ramping dan ringan. Dilanjutkan dengan menggantung timbuku. Timbuku adalah bendulan-bendulan yang berfungsi sebagai landasan panggar atau tempat duduk. Dibuat sejajar di antara kedua sisi perut jalur secara membujur dengan jarak masing-masing timbuku sekitar enam puluh sentimeter. Kemudian membentuk haluan dan kemudi.
Tahap akhir adalah maelo atau menarik jalur. Jalur sudah siap dibawa ke desa dan membutuhkan banyak warga serta waktu yang lama bisa mencapai lima atau enam minggu. Jalur ditarik beramai-ramai dalam upacara Maelo Parahu. Jalur dengan tenaga manusia ditarik dari hutan dan dibawa ke sungai terdekat.
Setelah sampai di desa jalur berlanjut pada proses menghaluskan. Kemudian berlanjut proses Malayui Parahu yaitu mengasapi jalur. Proses ini dengan menaikkan jalur ke atas tempat pengasapan (rampaian) setinggi satu meter lebih dengan posisi telungkup kemudian jalur diasap dengan membakar kayu di bawahnya selama lima jam, kemudian ditelentangkan dan nyala api selama tiga jam. Setelah jalur dingin dilakukan memasang panggar lebih kurang dua jam. Kemudian diturunkan ke tanah untuk memasang tempat duduk anak pacu dari batang pinang yang dibelah-belah selebar sepuluh sentimeter.
Berlanjut menghias jalur untuk terlihat indah. Jalur dilengkapi hiasan pada bagian selembayung, selain untuk tempat berpegang tukang onjai. Tukang onjai adalah penyemangat pada saat lomba yang akan menggoyangkan badan dan memberi keseimbangan. Selembayung diberikan hiasan yang berukiran motif seperti bunga, daun dan hewan yang ada hubungan dengan nama jalur. Pemberian nama jalur berdasarkan kesepakatan desa.
“Makan dulu, Bang. Jangan pusing memikirkan jalur,” ujar istrinya ketika Kasmar baru saja pulang dari rapek banjar.
“Ayah, sudah jelas hutan sekarang langka, usulkan saja sama perintah daerah, agar semua jalur yang dilombakan menggunakan fiberglass. Bagaimana mencari kayu jika hutan tidak seperti dulu.” Lenni, putrinya memberi saran. Ia baru pulang tadi siang karena kampus mulai libur.
“Hah? Manalah mau orang kampung. Jika bukan kayutentu banyak rangkaian adat tidak terpakai, tidak ada lagi ritual-ritual dan kegiatan berkampung. Itu menghilangkan tradisi.” Kasmar menolak.
Lenni mengangkat bahu.
“Ada benarnya juga. Kalau hutan sudah habis mau bagaimana lagi,” sahut istrinya.
Kasmar mulai berpikir, ide anaknya juga tidak salah. Setiap bertambah tahun kesulitan mencari kayu terus terjadi. Perkembangan zaman terkadang menggerus tradisi tapi bukan menghilangkan. Sembari makan benaknya mulai membenarkan.
Pekanbaru 1 Juli 2024
***
راڤك بنجر
هلت ڤاچو جالور اكن ديڬلر. ستياڤ تاهون لومب إني منجادي اڬندا روتين. كسمر، كڤالا دس إمبو لامو د كبوڤاتن كوانتن سيڠيڠي مولاي ملاكوكن ڤرسياڤن برسام ورڬ سڤرتي بنجر، سبواه راڤت ڤرتموان مشراكت اونتوق مننتوكن كايو يڠ اكن ديجاديكن جالور. نامون، ڤوهون يڠ سسواي دڠن كريتريا اونتوق ديجاديكن جالور سوليت ديتموكن
كسوليتن منچاري ڤوهون يڠ تيڠڬيڽ هيڠڬ ليم ڤولوه متر منجادي ڤرمسلاهن ستياڤ لومب ڤاچو جالور. ڤوهون د هوتن مولاي منيڤيس اكيبت اليه فوڠسي منجادي كبون كلاڤ ساويت
ستياڤ تاهون دس إني تيدق ملواتكن مڠيكوتي لومب ڤاچو جالور. جالور اداله سبواه ڤراهو يڠ ديڬوناكن سباڬاي الت ترنسڤورتاسي اوتام ورڬ د رنتاو كوانتن يڠ برادا د سڤنجڠ سوڠاي باتڠ كوانتن ڤادا اول ابد توجوه بلس
جالور تربوات داري ڤوهون بسر يڠ برومور راتوسن تاهون. ڤنجڠڽ بركيسر دوا ڤولوهن متر. لبر جالور هيڠڬ ساتو مترلبيه دڠن ڤسرت ٤٠ هيڠڬ ٥٠ اورڠ دالم ساتو ڤراهو
سباڬاي واريسن كبوديائن يڠ سوده تورون-تمورون، جالور باڬي مشراكت مميليكي مكن سنديريبايك ڤريبادي ماوڤون سباڬاي ورڬ كمڤوڠ. تيدق سمڤورن سواتو كمڤوڠجيك ورڬاڽتيدق ممڤوڽاي جالور
ستياڤ تاهون ڤاچو جالور ديلكسناكن د كوت تلوق كوانتن، تڤيان ناروس د كچماتن كوانتن تڠه. داري ڤكنبارو برجارق كيرا-كيرا ١٥٠ كيلومتر. تڤيان ناروس اداله تمڤت ڤاچو جالور تيڠكت ناسيونل. سبلومڽ ڤاچو جالور ديلكسناكن تيڠكت رايون، ستياڤ رايون ترديري داري دوا سمڤاي امڤت كچماتن. ڤادا ستياڤ كچماتن، ستياڤ رايون منجادي توان رومهڽ سچارا برڬيليرن. اونتوق إكوت لومب بوله داري كچماتن دان جوڬ كبوڤاتن مناڤون
كمرياهن ڤاچو جالور تيدق هاڽ اونتوق ڤرلومبائن، تتاڤي ادا جوڬ ڤكن راي، ڤرتونجوكن سڠڬرتاري، ڤمنتاسن لاڬو دائره، رنداي كابوڤاتن كوانتن سيڠيڠي دان ڤمنتاسن كسنيان تراديسيونل لاينڽداري كبوڤاتن كوت د رياو
كتيك ڤرسياڤن ڤاچو جالور مشراكت مولاي مڽداري سوليتڽ منداڤتكن كايو سهيڠڬ منجادي ڤرمسلاهن ستياڤ تاهون. مڠندلكن ڤوهون داري هوتن ڤروسهائن هڽاله الترناتيف دان هاروس منداڤتكن إزين
مسكيڤون منداڤتكن إزين، تتڤ ساج منبڠ كايو تيدق تڤت. سبواه ڤوهون اونتوق تومبوه بروكورن دميكيان ممبوتوهكن وكتو يڠ لام. اكيبت هوتن يڠ منيڤيس، سلاين كسوليتن منموكن ڤوهون يڠ تڤت، دمڤق لاين يڠ ديرساكن اداله بنچان الم. بلوم لام إني، بنجير يڠ مرندم ڤولوهن دس د كبوڤاتن كوانتن سيڠيڠي ڤاليڠ بسر دالم سجاره. تيدق ڤرنه بنجير سڤاره إني سبلومڽ. بنچان مولاي مونچول اكيبت كروساكن الم