Cerpen: Pohon Ajaib Berbuah Emas

0
Riausastra.com - Menyaksikan orang-orang Papua berpakaian adat menari-nari di depan pagar gedung Mahkamah Agung saat meliput aksi masyarakat adat Papua hari ini membuatku teringat pada tanah kelahiranku sendiri, Riau. Apa yang baru akan mereka alami...

Cerpen: Penumbai Madu

0
Riausastra.com - Semburat jingga dengan sapuan kemerah-merahan melatari sekawanan keluang yang pulang ke pangkuan rimba. Matahari pun semakin merangkak. Tiupan angin bantaran Sungai Apit terasa menyegarkan di pelataran rumah yang dibangun lebih kurang seperempat...

Cerpen: Dua Orang yang Berdosa

0
Riausastra.com - Pundakku kian berat di Naghoghi Kampa, di antara orang-orang yang mengampuni dosa. Aku memang bersalah, dan kesalahan itu membuatku tak kuasa memicingkan mata. Mestinya, aku sudah terkapar puas sesaat melakukannya. Namun, kau...

Cerpen: Dari Subayang ke Pulau Sarak

0
Riausastra.com - Tiga hari sebelum peristiwa nahas itu terjadi, ia tampak sumringah menyusuri Sungai Subayang. Duduk di bagian ujung piyau johnson, ia tersentak dan terkesima  melihat keindahan sisi sungai yang menjadi  bagian Sungai Kampar...

Cerpen: Bunian Penjaga Hutan

0
Riausastra.com - Bendere kuning sudah tak bekibo lagi dan tesando lesu di jenang pintu. Selepas lohou, mayat lelaki itu sudah dikuboukan secare layak di pemakaman umum punye masyarakat kampung. Pelayat pun sudah beghangsou balik...

Cerpen: Rapek Banjar

0
Riausastra.com - Helat pacu jalur akan digelar. Setiap tahun lomba ini menjadi agenda rutin. Kasmar, kepala Desa Imbo Lamo di Kabupaten Kuantan Singingi mulai melakukan persiapan bersama warga seperti rapek banjar, sebuah rapat pertemuan...

Cerpen: Perempuan Mengidam Nangka

0
Riausastra.com - Kegagalan orang suruhan Mahmud, untuk membunuh Wan Anom. Menjadikan hidup Mahmud, tidak tenang penuh dengan kegelisahan. Menjadikan hari-harinya penuh beban. Ketakutan yang melekat pada setiap helaan nafas. Sesuatu yang mengganggu setiap pergerakan...

Cerpen: Helah Tuah

0
Riausastra.com - Senyum dan sinis, itulah yang dilakukan oleh Tuah. Mundar-mandir dan sesekali mengeluh tidak lebih daripada ruang yang disediakan oleh Datuk Bendahara. Tuah memegang palang jendela. Wajah berkilat disapu cahaya yang mengintai di...

Cerpen: Kematian, Aku Boleh Menghidunya

0
Kematian, aku boleh menghidunya. Riausastra.com - Terpulang!- Ingin percaya atau tidak. Ingin bersetuju atau memperolok-olok - terserah! Terserah kepada kalian. Mana mungkin aku berupaya untuk meyakinkan semua. Mana mungkin aku berkesanggupan untuk merayu-rayu. Dan mana...

Cerpen: Alam, Malam

0
Riausastra.com - Aku mampir ke tempat ini mungkin karena  aku bandel. Tak mau mendengar saran pemandu, berkali-kali mereka meneriakiku agar aku putar haluan, namun tak kuhiraukan. Akhirnya aku berada di tempat yang sepi ini....

TRENDING TOPIK