gambar hanya ilustrasi. sumber: bing

Riausastra.com – Rumi, gadis remaja itu berdiri memandangi laut dengan kedua netra yang penuh harap menunggu kedatangan Hasyim, ayahnya. Deru ombak dan rona merah jambu surya yang kian meredup menambah kesan yang pilu di wajah Rumi, lantaran gelisah akan ayahnya yang bekerja sebagai nelayan sudah 2 hari tak kunjung berlabuh serta tiada kabar. Ketakutan, perlahan namun pasti kian rambat menyelinap di benak Rumi, mengingat petuah ayahnya saat itu.

***

3 hari lalu

Hampir setahun setelah tambang pasir beroperasi. Hasyim beserta nelayan lainnya di pulau Kodingareng semakin hari dibuat lesu menyaksikan kapal penambang pasir raksasa berukuran 240 meter memangku beribu-ribu kubik butiran pasir laut di setiap harinya. Konon, penambangan pasir ini ialah proyek reklamasi yang digadang-gadang ingin dijadikan sebuah  pelabuhan termegah di wilayah Timur.

“Tambang pasir ini sungguh mengerikan. Karena merusak terumbu karang habitat para ikan. Dulu, dalam sehari kita bisa menjaring 10 ikan tenggiri, Syim. Sekarang boro-boro, satu saja susahnya minta ampun,” kata Samosir sambil menghisap ujung batang rokonya dengan penuh nikmat.

Hasyim hanya diam saja, membenarkan yang dikeluhkan Samosir, temannya. Tentu bagi mereka sebagai nelayan yang mencari penghidupan dari laut amat tidak diuntungkan. Kehidupan sosial masyarakat yang miskin di pulau kecil semakin ditekan dengan ekologi laut yang dirusak hingga mengernyitkan luka mendalam, karena keberlangsungan hidup mereka sangat bergantung pada pelestarian laut itu sendiri. Jika saja itu hilang, mereka serupa harimau di tengah hutan lebat yang tak berpenghuni, taringnya tak berguna untuk menerkam mangsa.

“Tidak ada pilihan lagi, Syim. Harapan kian pupus, hanya ada satu jalan. Emas yang saya punya beserta perahu akan saya gadaikan” lanjut Samosir.

“Loh, jangan gegabah kamu Sir”

“Mau bagaimana lagi Syim? Kalau tidak begini, tiga anakku bisa terancam tak dapat melanjutkan sekolah. Saya ingin mereka punya masa depan yang lebih bagus dari saya. Pergi ke kota mencari beasiswa dan jadi abdi negara. Sudahlah! saya pergi dulu.”

***

Ketakutan, kemiskinan dan tidak adanya kekuatan menjadi musuh nyata bagi para rakyat kecil. Namun, demi keluarga selalu akan diusahakan. Adanya sisa terakhir dari harta berharga akan rela dilepaskan asal bisa terus bertahan hidup. Bahkan bukan berarti para rakyat kecil tidak protes akan nasibnya ke para penguasa. Beberapa kali nelayan-nelayan terlihat menyuarakan protes mereka dengan ditemani kawan-kawan relawan peduli lingkungan dengan berdemo di depan penguasa setempat dan gedung pertambangan pasir yang lagi-lagi kalau itu hanya mereka anggap seperti angin yang berlalu.

“Oh pemangku kekuasaan. Lihatlah dengan mata yang lebar! Pertambangan ini begitu amat banyak membuat kerusakan lingkungan dan penderitaan bagi kami para nelayan. Apakah kalian begitu rakusnya sampai menembus zona yang digariskan untuk para nelayan. Cabut tambang pasir itu segera! hapuskan zona tambang di wilayah nelayan!” dengan semangat penuh menggelegar sambil mengepalkan tangan meninju-ninju liar cakrawala.

Memori itu masih apik terngiang-ngiang sekali di kepala Hasyim. Entah kisaran lima atau enam bulan yang lalu. Tragisnya, ada beberapa kawan relawan yang ditangkap. Kasusnya tidak lagi terdengar. Seakan tidak pernah terjadi apa-apa. Bersih tanpa jejak. Sungguh sangat pandai sekali berita itu dapat disembunyikan oleh tangan-tangan yang berkuasa penuh ambisi. Namun yang pasti, esok hari merupakan waktu Hasyim untuk kembali berlayar, mencari ikan. Pergi ke laut sambil terus berikhtiar memenuhi kebutuhan hidup.

***

2 hari lalu

Pagi ini tidak lagi akan menjadi pagi yang bahagia. Setelah semua yang telah terjadi. Sudah tak ada lagi yang harus dipertimbangkan kecuali air mata yang harus kusembunyikan di depan Rumi. Sebab seorang ayah pantang menunjukkan kelemahannya di depan anaknya. Dan perlahan Hasyim mulai membangunkan Rumi sambil mengucapkan:

“Rum, tambang pasir makin menggila, kerusakan lingkungan terus-menerus muncul dan itu merugikan nasib para nelayan. Apalagi terumbu karang yang hancur tak karuan, menyebabkan ikan-ikan pergi merenggang, ikan pun kian sukar tertangkap jaring. Tapi, ayah akan tetap berusaha demi kita. Namun, jika takdir tak memihak nasib ayah, bisa jadi ayah tidak membawa ikan seekor pun atau bahkan buruknya, ayah, yang tidak akan kembali pulang.”

“Maksudnya apa Ayah ngomong begitu? Ayah mau ke mana?”

“Tidak ada Rum, seperti biasa, Ayah akan pergi ke laut,” sambil tersenyum tipis dan Hasyim kembali berkata.

“Rum, maafkanlah ayah dan berjanjilah turuti apa kata ayahmu. Jika ayah tidak kembali pulang dalam jangka waktu 2 hari. Pergilah dengan membawa perhiasan almarhumah ibumu dan tinggallah bersama bibi di kota. Jadilah anak baik yang terpelajar, agar mempunyai masa depan yang lebih bagus daripada ayah.”

Kemudian ayah pergi bersama bayangnya. Layaknya membatu, Rumi hanya diam menyaksikan kepergian ayahnya dari balik pintu kayu rumahnya.

Hari yang dipesankan Hasyim tiba. Rumi memangku kenyataan pil pahit yang harus ia telan. Kenyataan yang akan membawanya pada tuntutan pesan ayahnya yang terakhir sambil mengatakan:

“Ayah, Rumi tahu kalau di rumah masih ada perhiasan mendiang ibu. Sebab kau memang sengaja tidak pernah menyentuhnya. Kecuali untuk kebutuhan yang mendesak. Ditambah dengan keteguhanmu memegang prinsip ‘di mana perahu masih bisa didayung, lautan akan kau arungi’ membuatku tidak bisa menghalangimu kala itu.”

“Namun apakah ayah tahu? Saat itu, ketika mentari kian menyebarkan cahayanya yang bersinar ke wajahku yang redup. Aku seharian duduk lesu berdiam di depan pintu merenungi kata-katamu, menafsiri makna tersiratnya dari kepergianmu yang tak seperti biasa. Hingga akhirnya kini terbukti sudah keberadaanmu yang entah ada di mana. Apakah benar karena raib ditelan ombak dan menyatu dengan laut atau hilang karena hal lainnya.”

Bogor, 25 Agustus 2024

***

نلاين دان تمبڠ ڤاسير لاوت

رومي، ڬاديس رماج إتو برديري ممنداڠي لاوت دڠن كدوا نترا يڠ ڤنوه هارڤ منوڠڬو كدتاڠن هاشۑم، ايهڽ. درو اومبق دان رون مره جمبو سوريا يڠ كيان مردوڤ منمبه كسن يڠ ڤيلو د واجه رومي، لنتارن ڬليسه اكن ايهڽ يڠ بكرج سباڬاي نلاين سوده ٢ هاري يتق كونجوڠ برلابوه سرت تيادا كابر. كتاكوتن، ڤرلاهن نامون ڤستي كيان لمبت مڽلينڤ د بنق رومي، مڠيڠت ڤتواه ايهڽ سائت إتو

**

٣ هاري

همڤير ستاهون ستله تمبڠ ڤاسير بروڤراسي. هاشيم بسرت نلاين لاينڽ د ڤولاو كوديڠارڠ سماكين هاري ديبوات لسو مڽكسيكن كاڤل ڤنمبڠ ڤاسير ركساس بروكورن ٢٤٠ متر ممڠكو بريبو-ريبو كوبيك بوتيرن ڤاسير لاوت د ستياڤ هاريڽ. كونون، ڤنمباڠن ڤاسير إني إياله ڤرويك ركلماسي يڠ ديڬادڠ-ڬادڠ إڠين ديجاديكن سبواه ڤلابوهن ترمڬه د ويلايه تيمور

“تمبڠ ڤاسير إني سوڠڬوه مڠريكن. كارن مروسق ترومبو كارڠ هابيتت ڤارا إكن. دولو، دالم سهاري كيت بيس منجاريڠ ١٠ إكن تڠڬيري، شيم. سكارڠ بورو-بورو، ساتو ساج سوسهڽ مينت امڤون،” كات ساموسير سمبيل مڠهيسڤ اوجوڠ باتڠ روكوكڽ دڠن ڤنوه نيكمت

هاشيم هاڽ ديام ساج، ممبنركن يڠ ديكلوهكن ساموسير، تمنڽ. تنتو باڬي مرك سباڬاي نلاين يڠ منچاري ڤڠهيدوڤن داري لاوت امت تيدق ديئونتوڠكن. كهيدوڤن سوسيال مشراكت يڠ ميسكين د ڤولاو كچيل سماكين ديتكن دڠن اكولوڬي لاوت يڠ ديروسق هيڠڬ مڠرڽيتكن لوك مندالم، كارن كبرلڠسوڠن هيدوڤ مرك ساڠت برڬنتوڠ ڤادا ڤلستاريان لاوت إتو سنديري. جيك ساج إتو هيلڠ، مرك سروڤ هاريماو د تڠه هوتن لبت يڠ تق برڤڠهوني، تاريڠڽ تق برڬون اونتوق منركم مڠس

Artikel sebelumnyaPuisi: Riuh Riau
Artikel berikutnyaPuisi: Penyakit
Ahmad Najid Rasikhullah
Lahir di Bogor, 20 April 1999. Sampai saat ini ia belum mempunyai nama pena. Peraih Mobility Internasional dari Fakultas Ushuluddin dan Adab kampus UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tahun 2023 yang membawanya terbang dan menjejaki bumi Turki & Mesir. Penggagas dan pendiri “بيت الشعراء والكتاب” @bait.asyuara.walkuttab. Saat ini ia masih tercatat sebagai mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (UIN SMH Banten) sampai bulan Desember 2023. Karya-karya penulisannya lebih terlihat menonjol pada katagori: essai, cerpen & puisi. Ia juga menjadi penulis cerpen terpilih PDS HB Jassin & Perpustakaan Jakarta yang dibarengi dengan pengulasannya bersama Kurnia Effendi di Gd. Ali Sadikin, Taman Ismail Marzuki 2023. Akun Instagramnya @najidrasikhullah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini