Amuk Sumpah dalam Segelas Lara Laksamana
Matahari Juni menyalak berang
Layaknya buah kuini nan kian matang
Menghantarkan bias-bias fatamorgana di pinggir lisan
Adakah kau teringat akan sumpah kita yang kian beruban?
Di sini, di bawah awan-awan Kota Bertuah
Hatiku gersang, menanti berita dari kalbumu yang begitu abu
Aku bagai berlayar di lautan garang, lalu pulang pada tanah kehampaan
Termangu meratapi roman kita nan menyerupai histori kuini
Bersama dengan angin laut yang mengolokku, kisah laksamana berirama mengalun:
Dalam hawa bedengkang di tanah melayu
Tuan Laksamana berteluk belanga menapak murka
Konon, belahan jiwanya dibawa lari tani kuini
Derap langkah laksamana tak dapat dicegah
Pokok-pokok kuini diamuk,
segala buahnya jatuh ambruk;
semisal kata-kata nan kau lepas, tak dapat kuajuk
Adakah kau tahu?
Bak Laksamana nan tengah mengamuk,
hendak pula kuredam lara yang bersemayam dalam dada
Saban malam aku bertanya-tanya,
Dapatkah kuhindar getah kuini?
Memotong kuning dagingnya jadi dadu; biarlah nasib diadu
duka kuini nan garang kan kuredam dalam santan
Menanak asa, sekiranya dapat:
Gula gulai hati, garam kuatkan luka, pandan harumkan jiwa
Ditemani daging kelapa muda, dibujuk selasih
Agar hari kembali berkasih
Negeri Bertuah, 28 Juni 2022