Riausastra.com – Siniar Sanggam, program audio visual yang digagas oleh Komunitas Riau Sastra, kembali menghadirkan perbincangan mendalam seputar khazanah budaya dan sastra Nusantara. Episode ketiga siniar ini mengangkat tema “Tundang Mayang: Tradisi Lisan Berbasis Responsif Budaya”, menghadirkan Dr. Adisti Primi Wulan, M.Pd., akademisi sastra sekaligus pelestari budaya lisan, sebagai narasumber.

Dipandu oleh Listi Mora Rangkuti, S.S., M.Hum., Ketua Dewan Pengawas Komunitas Riau Sastra, perbincangan berlangsung secara daring melalui Zoom dan dikemas dalam format edukatif serta hangat. Tundang Mayang diperkenalkan sebagai seni bertutur tradisional yang khas dari budaya Melayu Provinsi Kalimantan Barat dan memiliki ciri unik berupa respons audiens secara langsung dalam bentuk tanggapan atau “pesanan”.

“Tundang Mayang bukan sekadar hiburan, tetapi ruang penyampaian nilai moral hingga pendidikan budaya antargenerasi,” jelas Dr. Adisti dalam siniar berdurasi sekitar 44 menit tersebut.

Dalam dialog tersebut, dibahas pula struktur Tundang Mayang yang memadukan bentuk syair, pantun dan diiringi alat musik tradisional, dengan improvisasi tinggi yang tetap berpijak pada etika dan norma budaya.

Tak hanya mengulas tradisi, episode ini juga menyoroti tantangan pelestarian Tundang Mayang di era digital. Ia juga menekankan pentingnya pewarisan nilai melalui keluarga, komunitas, serta peran aktif lembaga pendidikan dan pemerintah.

Episode ini ditutup dengan pesan agar masyarakat menjadikan tradisi sebagai panduan hidup, bukan sekadar warisan. Siniar Sanggam mengajak pemirsa dan pendengar untuk terus menjaga keberlangsungan budaya lisan Nusantara melalui partisipasi aktif dan cinta terhadap akar budaya sendiri.

Siniar Sanggam dapat disimak di kanal Youtube Riau Sastra TV dan diharapkan menjadi jembatan bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih memahami dan mencintai kekayaan budaya yang dimiliki bangsa.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini