Riausastra.com – Sejatinya, Rengat memiliki hidangan khas yang hanya boleh dibuat dan dihidangkan kepada kaum bangsawan. Bolu Berendam atau yang dikenal masyarakatnya dengan nama Bolu Beghondam merupakan salah satu makanan tradisional khas Rengat, Indragiri Hulu. Salah satu hal yang menjadi ciri khas dari kue tradisional ini adalah bentuk dan namanya yang unik. Bolu berendam berukuran kecil dan memiliki bentuk seperti tampuk manggis, bentuk tersebut dihasilkan dari cetakan atau loyang berbentuk bunga seperti manggis. Sementara nama “berendam” diambil dari proses pembuatannya, yakni setelah selesai dipanggang, bolu akan direndam di dalam kuah yang berisi larutan gula, lalu direbus ke dalam api kecil sampai kuah tersebut meresap keseluruhannya. Oleh sebab itu, kue tradisional ini masuk ke dalam kategori kue basah yang hanya tahan selama dua sampai tiga hari di dalam suhu ruang.
Pada zaman kesultanan Melayu, bolu berendam hanya dihidangkan untuk golongan bangsawan atau raja-raja saja. Bahkan pembuatan bolu berendam pun hanya diperbolehkan dari kalangan raja saja. Namun, aturan tersebut tidak lagi berlaku di zaman sekarang. Kini, semua kalangan masyarakat dapat merasakan dan membuat bolu berendam. Umumnya kue ini sering dihidangkan pada acara-acara penting seperti Hari Raya Idulfitri, Idul Adha, dan pesta pernikahan. Di Riau, bolu berendam yang paling khas adalah yang berasal dari daerah Indragiri Hulu. Meski bolu berendam juga dikenal di daerah Indragiri Hilir, popularitasnya tidak sebesar di Indragiri Hulu. Hal ini terbukti dengan diperolehnya hak paten dan rekor MURI oleh Kabupaten Indragiri Hulu, yang menandai pengakuan resmi atas keaslian dan kualitas kuliner ini.
Bicara soal warna, kue khas tradisional Indragiri ini berwarna kuning sempurna. Bahan dasarnya adalah telur. Jika menilik dari resep asli orang Melayu, pembuatan bolu berendam seharusnya menggunakan telur bebek. Namun, dikarenakan mahalnya harga telur bebek di pasaran, maka masyarakat di Indragiri Hulu mulai menggantinya dengaan telur ayam. Selain menggunakan telur sebagai bahan utama, bolu berendam juga menggunakan bahan-bahan seperti tepung, gula, vanili dan lain sebagainya.
Proses pembuatan bolu berendam sendiri tergantung dari berapa banyak telur. Dalam sebuah wawancara dengan seorang penjual kue tradisional, Bayu Wahyudi memaparkan bahwasanya jumlah telur berpengaruh terhadap lama pembuatan bolu berendam. “kalau cuma buat lima telur, sebentar. Paling-paling satu atau dua jam-an.” Begitu paparnya. Lebih lanjut, pria berumur 26 tahun itu juga menjelaskan bahwasanya proses pembuatan bolu berendam yang memakan waktu cukup lama itu bukan karena pengembangan telur, melainkan karena tahapan-tahapannya. Sebab, setelah adonan mengembang, tepung dan bahan-bahan lain akan masuk, barulah saat itu adonan dipanggang dalam loyang bunga atau loyang manggis yang biasanya berisi dua belas buah. Setelah semua adonan dipanggang, tahap selanjutnya adalah merendam adonan tersebut ke dalam larutan gula dengan menggunakan api kecil hingga adonan tersebut benar-benar meresap. Apabila telah meresap, kue bolu berendam harus didinginkan terlebih dahulu, baru dapat disimpan. Proses penyimpanan bolu berendam pun tidak sembarangan, harus dipastikan bolu berendam tidak disimpan dalam toples saat keadaan panas, karena hal tersebut akan membuat bolu berendam cepat basi.
Namun, tak sembarangan orang bisa membuat bolu berendam. Meski bahan-bahan yang digunakan sama, bisa saja hasil dari bolu berendam itu amis dan tidak sesuai harapan. Faktor yang menyebabkan hal tersebut beragam dan tidak dapat dipastikan satu persatu. Oleh sebab itu, pada zaman dahulu yang diperbolehkan membuat bolu berendam hanya dari keturunan raja-raja saja, sebab dipercayai bolu berendam yang dibuat oleh keturunan raja akan enak dan tidak amis. Selain itu, tidak semua masyarakat Indragiri Hulu pandai membuat bolu berendam, karena resep bolu berendam turun temurun dari keluarga tertentu saja, dari anak ke cucu. “Misal kalau si nenek pandai buat, nanti diajarkan ke anak cucu. Kalau tak pandai ya tak bisa buat walau belajar.” Ungkap Bayu, ketika diwawancarai saat itu.
Dari segi rasa, bolu berendam memiliki rasa yang sangat manis dan tekstur yang legit. Hal ini dikarenakan bolu berendam terlebih dahulu direndam dalam kuah yang berisi larutan gula yang diberi cengkeh, kayu manis, dan adas sehingga menghasilkan cita rasa yang khas. Uniknya lagi, meski kue tradisional ini disajikan dalam keadaan basah berkuah, bentuk dan teksturnya tetap utuh dan tidak hancur sama sekali.
Seiring dengan perkembangan zaman, pola konsumsi masyarakat cenderung mengalami perubahan-perubahan. Terlihat jelas bahwa tren jajanan viral, yang seringkali menjadi sorotan di berbagai platform media sosial, semakin mendominasi minat publik. Jajanan-jajanan ini seringkali menjadi bahan perbincangan dan bahkan menjadi ikon budaya populer dalam waktu singkat. Di sisi lain, jajanan tradisional yang merupakan bagian dari warisan kuliner lokal cenderung kalah pamor. Meskipun memiliki nilai historis dan kultural yang kuat, popularitasnya cenderung menurun di tengah arus kegemaran akan jajanan-jajanan baru yang lebih eksperimental.
Sebagai pengusaha kue tradisional, Bayu sendiri memandang hal tersebut sah-sah saja. Namun, ia melihat bahwa inovasi dalam bidang kue tradisional memang seringkali kurang mendapat perhatian dan sulit menarik minat, kalah bersaing dengan tren baru. Kemungkinan penyebabnya adalah karena generasi muda kurang familiar, baik dengan nama maupun rasa kue tradisional tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh lingkungan di sekitar mereka yang mungkin tidak memperkenalkan kebiasaan “makan” kue tradisional. Akibatnya, kue-kue tradisional terdengar asing dan kurang diminati oleh anak-anak muda yang lebih memilih makanan cepat saji yang sedang viral.
Kedepannya, Bayu berharap agar bolu berendam dan kue-kue tradisional lainnya tidak hilang di telan zaman. Khususnya di kalangan masyarakat Melayu Indragiri Hulu. Baginya kue-kue tradisional tersebut tak hanya sekadar hidangan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang patut dibanggakan. Bayu juga berharap agar tidak hanya kue-kue tradisional tersebut yang tetap ada, tetapi juga pembuatnya dapat terus berlanjut dari generasi ke generasi. Ia percaya bahwa dengan menjaga keberlangsungan pembuatan kue-kue tradisional ini, kekayaan kuliner tradisional tersebut akan tetap relevan dan bermakna bagi generasi yang akan datang. Hal ini juga mencirikan bahwasanya orang Asia atau Indonesia, memiliki kuliner yang enak dan beragam bentuk dan rasanya.
***
بولو برندم، هيداڠن برچيت راس مانيس خس راج مإلايو رياو
سجاتيڽ، رڠت مميليكي هيداڠن خس يڠ هاڽ بوله ديبوات دان ديهيدڠكن كڤادا كاوم بڠساون. بولو برندم اتاو يڠ ديكنل مشراكتڽ دڠن نام بولو بغوندم مروڤاكن ساله ساتو مكانن تراديسيونل خس رڠت، إندراڬيري هولو. ساله ساتو هل يڠ منجادي چيري خس داري كوا تراديسيونل إني اداله بنتوق دان نماڽ يڠ اونيك. بولو برندم بروكورن كچيل دان مميليكي سڤرتي تمڤوق مڠڬيس، بنتوق ترسبوت ديهاسيلكن داري چتاكن اتاو لويڠ بربنتوق بوڠا سڤرتي مڠڬيس. سمنتارا نام “برندم” ديامبيل داري ڤروسس ڤمبواتنڽ، يكني ستله سلساي ديڤڠڬڠ. بولو اكن ديرندم د دالم كواه يڠ بريسي لاروتن ڬولا، لالو ديربوس ك دالم اڤي كچيل سمڤاي كواه ترسبوت مرسڤ كسلوروهنڽ. اوله سبب إتو، كوا تراديسيونل إني ماسوق ك دالم كاتڬوري كوا باسه يڠ هاڽ تاهن سلام دوا سمڤاي تيڬ هاري د دالم سوهو رواڠ