Riausastra.com – Menurut Nurkholis (2013) Pendidikan di Indonesia dapat terselenggara dengan baik jika mempunyai peran yang positif terhadap adanya perkembangan zaman di era revolusi industri 5.0. Bahwa pendidikan harus difokuskan untuk membimbing peserta didik supaya memiliki budi pekerti yang luhur sehingga nantinya bisa mewujudkan kehidupan yang sesuai dengan kemajuan zaman. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu adanya sebuah perubahan khususnya dalam sistem pendidikan. Agar menjadi bangsa yang berkualitas tentu harus mempunyai sumber daya manusia yang berkompeten dan berkualitas, dan dalam mencapai hal tersebut tentunya juga diperlukan adanya warna baru dari segi aspek pendidikan yang ada di Indonesia. Salah satunya dengan menerapkan kurikulum sekolah penggerak. Tujuannya agar pembelajaran di Indonesia mampu mencetak peserta didik yang mempunyai karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Kurikulum merupakan sebuah alat atau rancangan mata pelajaran dalam pendidikan yang diberikan kepada lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi program pelajaran yang nantinya disampaikan kepada peserta didik di jenjang pendidikan. Sebenarnya kurikulum itu bukan hanya mengenai buku ajarnya saja, akan tetapi juga mengenai bagaimana arah tujuan pendidikan yang diharapkan bisa terwujud dengan adanya kurikulum tersebut. Adapun kurikulum menurut UU No 20 Tahun 2003 artinya sebuah perangkat rencana pembelajaran yang berhubungan dengan tujuan, isi bahan ajar, dan hal yang diperlukan untuk pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan pembelajaran di sekolah dan juga berguna untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya, kurikulum mempunyai beberapa peranan utama bagi tiap individu dalam pendidikan. Selain kurikulum dijadikan untuk sebuah pedoman dalam mewujudkan pendidikan, kurikulum juga memiliki berbagai tujuan diantaranya untuk mempersiapkan peserta didik dalam mencapai masa depannya agar dapat menjadi pribadi yang mempunyai kecakapan dan daya nalar yang tinggi. Kemudian agar peserta didik berpikir kritis dan kreatif untuk diterapkan nantinya dalam lingkungan masyarakat.
Adanya pengembangan dan pembaharuan kurikulum merupakan strategi dalam meningkatkan sebuah kualitas pendidikan. Akan tetapi, perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi pasti akan memunculkan sebuah kendala dalam penerapannya. Lalu dalam penerapannya terdapat berbagai sorotan dari beberapa pihak khususnya guru. Tidak dapat dielak bahwa guru itu merupakan pihak yang saling miliki peranan dalam proses penerapan kurikulum. Berubahnya kurikulum pasti juga akan menjadikan materi bahan ajar serta beberapa pendekatan yang digunakan juga berubah. Maka dari itu, diperlukan persiapan baru dan matang dalam menyesuaikan kurikulum yang telah berubah tersebut. Terjadinya kendala yang dirasakan oleh guru di Indonesia sama halnya seperti yang dirasakan oleh guru-guru di seluruh belahan dunia seperti contohnya di Selandia Baru. Guru disana diharuskan untuk bekerja secara giat terlebih lagi dalam menyiapkan berbagai materi pembelajaran. Hal tersebut pun tak jarang membuat guru mengalami sebuah kendala dalam menerapkan kurikulum baru yang penyebabnya bisa dari konsekuensi adanya pendidikan yang gugup atau bisa dikatakan belum dapat menyesuaikan diri dengan pengembangan kurikulum yang baru. Perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah untuk membuat aturan dan mengembangkan kurikulum itu sendiri. Selain itu, dibutuhkan juga peran masyarakat yang diharapkan bisa berpartisipasi aktif dengan cara memberikan sumbangsih pikiran dalam merespon perubahan yang muncul. Sebenarnya dalam mengembangkan kurikulum perlu banyak hal yang yang dijadikan pertimbangan seperti menanamkan diri atas teori atau konsep baru kurikulum, desain kurikulum ataupun landasan, dan asas dalam pengembangannya.
Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi telah menghadirkan kurikulum Sekolah Penggerak pada 1 Februari 2021 yang kurikulum yang berisi mengenai rancangan merdeka belajar yang akan digunakan untuk tahun ajaran 2021/ 2022 di sebanyak 2500 sekolah di seluruh provinsi Indonesia. Namun, dalam penerapannya kurikulum sekolah penggerak masih saja terdapat berbagai kritik di seluruh kalangan guru besar yang memperhatikan pendidikan di Indonesia. Dalam proses pelatihan kurikulum sekolah penggerak banyak guru yang mengkritik dan memberikan keluhan khususnya saat pelaksanaan pelatihan yang menurut mereka kurang memadai. Adapun pendapat dari Perhimpunan Pendidikan dan Guru bahwa dalam kurikulum sekolah penggerak itu mempunyai masa depan yang kurang efektif. Karena dalam situasi pandemi saat ini untuk menerapkan kurikulum di kondisi belajar jarak jauh dimungkinkan akan terdapat beberapa kendala yang akan dialami baik itu guru maupun peserta didik. Menurut Caswel (1974) dalam kurikulum terdapat konsep bahwasannya kurikulum itu bertumpu pada masyarakat oleh karena itu pendapat Caswel mengenai kurikulum haruslah menitikberatkan pada partisipasi dari guru yaitu berpartisipasi untuk harus bisa mengembangkan kurikulum. Kemudian terdapat konsep manajemen kurikulum yang harus digunakan secara efektif sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Sehingga dalam pelaksanaan sampai pada tahap evaluasi kurikulum pun harus berjalan secara efektif, lancar, optimal serta sesuai dengan yang telah direncanakan. Intinya dalam proses penerapan kurikulum yang dilakukan oleh guru maupun pengajar harus bisa aktif serta adanya partisipasi karena hal tersebut yang akan digunakan untuk mencapai tujuan kurikulum bagi peserta didik. Selanjutnya, apabila dalam penerapan kurikulum tidak berhasil memperoleh tanggapan yang positif dari guru ataupun guru mempunyai beberapa kendala dalam menerapkannya, alhasil peserta didik juga akan terhambat dalam menerima proses pembelajaran. Karena pada dasarnya untuk mewujudkan tujuan kurikulum terdapat beberapa tahapan untuk mengelola kurikulum yang kooperatif, komprehensif, dan sistematik. Lalu dalam penerapan kurikulum sekolah penggerak, agar dapat mencapai tujuan manajemen kurikulum pastinya juga tidak mudah. Hal tersebut disebabkan selain adanya situasi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dilakukan secara daring, juga karena dalam proses pelatihan yang diberikan kepada guru, waktunya juga sangat mepet dengan dimulainya tahun ajaran baru. Akhirnya hal tersebutlah yang menjadi sebuah kendala bagi guru dalam proses manajemennya di situasi pandemi ini, terlebih lagi untuk guru walikelas mereka harus bekerja lebih extra untuk proses pendampingan dengan peserta didik. Maka diperlukannya sebuah koreksi pada kurikulum sekolah penggerak apabila dilakukan saat kondisi pandemi, karena pada dasarnya penerapan saat pandemi akan menjadi kurang efektif.
Perubahan zaman yang terjadi saat ini tidak dapat kita kehendaki atau batasi. Perubahan tersebut karena manusia dan lingkungannya mesti tetap mengikuti perubahan demi menciptakan berkembangnya peradapan, untuk itu pendidikan juga mesti mengikuti perubahan. Pendidikan atau ilmu pengetahuan tidak boleh stagnan dengan situasi zaman yang berubah. Stagnan yang artinya akan menghadirkan kondisi dimana manusia tidak berkembang. Konsep pendidikan dalam merespon hal tersebut yakni dengan cara digantinya kurikulum yang baru sebagai bentuk solusi positif yang dilakukan guna menjelaskan pola pikir di zaman berkembang saat ini. Terdapat empat kendala yang dirasakan oleh guru dalam proses penerapan sekolah penggerak, diantaranya alur maksud pembelajaran kurikulum sekolah penggerak, manajemen ruang dalam menerapkan pembelajaran kurikulum sekolah penggerak, manajemen waktu pelatihan kurikulum sekolah penggerak dan minimnya informasi kurikulum sekolah penggeraknya. Tentunya kendala-kendala yang terjadi tersebut bisa diberikan solusi yaitu dengan cara guru harus mempunyai akses digital misalnya laptop, gawai, dan akses internet yang memadai agar seluruh kendala terkhusus lagi pada manajemen ruang dapat teratasi. Kemudian guru juga harus lebih berpikir lebih kritis untuk hal memanajemen ruang maupun waktu karena masih dalam keadaan serba terbatas. Selain itu, untuk merespon hal tersebut terdapat solusi untuk menjawab kendala yang di atas yaitu guru sendiri yang harus mengarahkan kemandiriannya untuk mengatasi solusi yang ada, karena guru yang adalah perantara mengenai yang diharapkan para perumus kurikulum dengan hasil implikasi pada peserta didik.
Daftar Pustaka
- Caswel, R. D. (1974). Curriculum Improvement: Decision Making And Process . Boston: Allyn Bacon Inc.
- Ika Krisdiana, D. A. (2014). Analisis Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Guru Dan Peserta Didik Sekolah Menengah Pertama Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Matematika (Studi Kasus Eks-Karesidenan Madiun). Jurnal Ilmiah Pendekatan Matematika , 4.
- Sucik, Rahayu; Dwi, Vianita; Susana, Aditiya; Nuriana, Eka; Nuriani, Dwi. (2021) Hambatan Guru Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Kurikulum Sekolah Penggerak Dari Sisi Manajeman Waktu Dan Ruang Di Era Pandemi Covid-19 5 Jurnal Pendidikan Tambusai. Vol 5 No 3.
- Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Tekonologi. Jurnal Kependidikan, Vol. 1 No. 1 Nopember