Maafkan Bunda, Nak
Terik telah menyapa hari
Nyanyian burung tak lagi merdu kudengar
Rasa yang kusimpan dalam diam
Kini berganti menyisakan ketakutan
Rabbii..
Aku mencoba bertahan
Meski pandangan tak lagi punya cahaya
Berharap rasa sakit ini hanya sebentar
Aku merintih
Menanggung ngilu yang menyayat
Rasa sakit tetap tak ingin berdamai
Pendarahan lagi!
Air mataku jatuh
Kilasan takdir silih berganti menghampiri
Bilakah rasa sakit ini menjadi akhir bagiku?
“Placenta previa totalis”
Kembali merintih, perih
Kubasahi lisanku dengan asma-Nya
Genggaman ayahmu, Airin, menguatkan jiwaku
Denting waktu terus berjalan
Tak sedetik pun memberi jeda untuk berhenti meski sejenak
Aku pasrah
Sebab aku tak punya pilihan
Selamat datang ke dunia, Anakku
Tangisanmu, membuat hatiku mengharu biru