Cinta memang selalu indah untuk dibahas. Seperti kopi, selalu ada sensasi rasa bagi setiap penikmat rasanya. Di antara rasa pahit yang pekat, terdapat rasa manis yang nikmat. Keduanya telah menyempurnakan rasa dalam seduhan segelas kopi.
Begitulah cinta. Rasa pahit dan manis yang dilalui harus dijadikan sebagai penyempurna rasa. Semua akan terasa nikmat, baik dalam bentuk sajian panas, hangat, atau dingin. Tergantung cara kita meminta dan menerimanya.
Jatuh cinta adalah hal eksotis yang tak luput dari jiwa setiap insan. Sejatinya seorang wanita yang sedang memaknai cinta. Maka, cinta pertamanya selayaknya adalah ayahnya.
Ada kalanya orang berpikir bahwa tugas seorang ayah hanya sebatas memenuhi nafkah keluarga. Padahal, Rasulullah SAW telah mengajarkan bahwa tugas besar seorang ayah adalah mendidik anak-anaknya.
Seperti Luqmanul Hakim yang nama indahnya Allah sematkan dalam Al-Quran Surah Luqman.
Luqmanul Hakim mengingatkan anaknya dengan kalimat indah ini,
“WAHAI ANAKKU, JANGANLAH ENGKAU MEMPERSUKUTUKAN ALLAH! SESUNGGUHNYA MENYEKUTUKAN ALLAH ADALAH KEZHALIMAN YANG SANGAT BESAR!”
Seorang ayah adalah cinta pertama bagi anak perempuannya. Ayah semestinya harus maksimal dalam mendidik anaknya. Tidak semua ayah ditakdirkan untuk mapan dalam materi. Tapi, setiap ayah ditakdirkan untuk mapan dalam mencintai. Cinta sepenuh hati, segenap raga: Cinta karena Allah.
Andai seorang ayah memiliki kelebihan harta dalam mencintai anak-anaknya, maka harta bukanlah tujuan. Sejatinya harta hanya sebagai sarana berupa bonus dari Allah. Andai seorang ayah tak memiliki kelebihan harta dalam mencintai anak-anaknya, maka sabar dan syukur adalah anugerah terindah yang kelak akan berbuah jannah. Tanamkan dalam diri anak-anak kita bahwa “apapun profesi mereka kelak, pastikan agar mereka tetap menjadi anak yang soleh!”
Air mata seorang ayah kadang tersembunyi di balik wajah tangguhnya. Tapi, hati seorang ayah bisa meluruh selembut air. Ada satu masa, anak perempuan akan mengerti dalamnya cinta ayahnya untuknya. Kapan? Di saat ayahnya menyerahkan dirinya pada suaminya selepas ijab qabul.
Bersyukurlah duhai para ayah jika masih diberi waktu untuk menyemai cinta untuk anak perempuanmu. Maka, bersungguh-sungguhlah!
Bersyukurlah duhai anak perempuan jika masih diberi kesempatan untuk merasakan indahnya cinta pertama dari sang ayah.
Bagi anak perempuan, kepergian ayah dari dunia ini adalah patah hati pertama dan takkan hilang, selamanya..