sumber foto asli: pixabay

Sungai Nil

telah kupelajari sejarah
tentang luasnya kasih ibu yang
tersusur di sejauh arus sungai.
di setiap riakan
ia amanahkan petak cintanya
di dalam peti bayi

“Oh air, langkahmu terlampau gesit. Maka timanglah, timanglah, timanglah ia hingga hilirmu.”

Sebanyak tiga kali sang ibu berseru
agar suaranya tak kalah dari tutur air pada batu
dan angin pun bersilir
menggiring sekepal khawatir

“Duh Gusti, selamatkan ia.”

Siapa sangka, permaisuri sang musuhlah
tetiba mengasuh.
Di istana Fir’aun ia tumbuh
tentu saja dianggaplah galuh
bagi Asiyah.
Meskipun sebenarnya dialah Musa
yang kelak menewas-karamkan garwa

Madiun, 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini