sumber foto asli: pixabay

Selarik Harapan

Bumi belum sepenuhnya pulih
Kekacauan silih berganti menampakan diri, menamakan dirinya pandemi.
Pandemi atau ‘plann-demi’? Nyong ora ngerti.

Tapi pagi demi pagi lahir
Harapan selalu hadir
Secercah asa mentatih langkah menuju jalan bahagia.
Meninggalkan kenyataan yang getir.

Orang-orang tersayang telah diambil alih kenangan. Puisi adalah bentuk lain dari tangisan, sebab airmata sudah lebih dulu kering dikuras kenyataan.
Tapi, masa depan masih ada dan milik kita semua

Sajak lahir dari dada yang sesak
oleh kepanikan dan kecemasan, tapi doa dan harapan senantiasa mengudara di Arsy Tuhan. Lantas, kenapa musti kita takutkan?

Semangat harus kita tanam lagi, kawan.
Yakinilah, kita akan memanen kebahagian setelah kita mampu berantas hama ketakutan dan keputus asa-an.

Selarik harapan meresap ke sudut-sudut kota, pelosok desa, dukuh dusun, dan seluruh dunia.
Merasuk pada setiap kepala yang rindu gembira, hinggap di tiap jiwa-jiwa yang kangen akan ketenangan, meraga sukma pada setiap insan yang mendambakan kemerdekaan:
Merdeka dari penjajahan jiwa, raga, rasa.

Tegal, 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini