Nenek Di Hari Kemenangan
Cucuku sang putri jelita
Berlian mata buah hati
Kenapa tak bangkit jua
Di hari kemenangan ini
Bangun sang jelita, cucu ku tersayang
Bangun nak sang rupawan
Sampai hati cucu ku malang
Membiarkan nenek merenung kekelipan
Pandanglah nasi telah terhidang
Tikar pandan terbentang rapat
Sang jelita penyambut tamu yang datang
Penjelang salam kaum kerabat
Menggegar alam akan suara tabuh
Suara petasan gagap gempita
Sesak penuh di jalan rumah
Segala umat bersuka ria
Parau suara bercengkrama perkataan
Menghimbau sang jelita emas juita
Kenapa tak jelita dengarkan
Senangkah melihat nenek berduka
Merontak darah getarkan tulang
Melihat gadis-gadis duduk bersama
Tak sekalipun wajah jelita akan hilang
Seakan cucuku duduk beserta
Aduhai putri, cucuku tercinta
Apakah masih terasa
Dihari kemenangan di tahun dahulu
Engkau meratap dijemari kaki ku
Senyuman seakan racun berbisa
Peninggalan menjelma di bayang mata
Perangai berubah menjadi kenangan
Terasa mendengar suara cucu idaman
Tak terhingga, tak tertahankan
Pudar semangat lunyai anggota
Nasi tersekang dalam rangkuman
Kala terkenang pada sang jelita
Rimba mana kan hendak dicaca
Samudera mana kan direnangi
Agar berjumpa cucu ku jelita
Penghibur hati yang merinti
Cucuku,,, sang pujaan hati ku
Buah hati junjungan ulu
Pergi terbawah biduk perlahan
Menagis hati dipalu rawan
Lengang sudah kampung halaman
Sepi senyap di hari kemenagan
Terasa nenek hidup seorang diri
Semenjak sang jelita tiada lagi
Tiada berguna ladang dan bendar
Intan dan berlian tiada berharga
Istanah megah rasa terbakar
Karena kekuatan nenek telah tiada
Wahai cucuku,,, yang tersayang
Kini terbaring sudah dengan seorang
Rangkullah nenek sama berjalan
Mengapa nenek kau tinggalkan