gambar hanya ilustrasi. sumber: bing

Ombak tak Pulang

Sesekali
ombak kan datang mencapai pantai
tak mesti menunggu
musim angin barat daya berhembus

Disapanya pantai
disentuhnya kehidupan

lalu kembali lagi
ke tengah laut

Aku hanya bentukan sementara, serunya

yang lahir
dipukul angin
dideraskan air

jadi, begitu saja
ya begitu saja
serunya sambil menghilang

Bagansiapiapi, 8 April 2025

***

اومبق تق ڤولڠ

سسكالي
اومبق كن داتڠ منچاڤاي ڤنتاي
تق مستي منوڠڬو
موسيم اڠين بارت داي برهمبوس

ديسڤاڽ ڤنتاي
ديسنتوهڽ كهيدوڤن

لالو كمبالي لاڬي
ك تڠه لاوت

اكو هاڽ بنتوكن سمنتارا، سروڽ

يڠ لاهير
ديڤوكول اڠين
ديدرسكن ائير

جادي، بڬيتو ساج
ي بڬيتو ساج
سروڽ سمبيل مڠهيلڠ

باڬنسياڤياڤي، ٨ اڤريل ٢٠٢٥

Puisi ini dialihaksarakan oleh Riausastra.com. Jika terdapat kesalahan pada penulisan aksara Arab Melayu, mohon tunjuk ajarnya ke WA 0895622119785

Artikel sebelumnyaPuisi: Syaitan Kuboid
Artikel berikutnyaCerpen: Telaga Hitam di Tengah Hutan
Zulfadhli
Merupakan wartawan harian Riau Pos. Meraih nominator penulisan Novel Ganti Award 2006 dengan judul Novel ; Kehilangan Jembalang. Anugerah jurnalistik Sagang (2012), menghasilkan karya tulis buku berupa Kumpulan Cerita Rakyat Pesisir bersama penulis Murkan Muhammad. Menerbitkan buku puisi berjudul “Kampung Halaman” terbitan Garudhawaca. Memenangkan penghargaan jurnalistik tingkat nasional LKTJ TMMD tahun 2021. Menetap di Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rohil, Riau. Email : zulfadhlirp@gmail.com, facebook : fadhli muallim. Nomor kontak : 085215352979.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini