Riausastra.com – Pada Sabtu, 28 September 2024, Diskusi Sastra dan Apresiasi Karya Sastra di Riau Writers and Cultural Festival tahun 2024 sukses diselenggarakan di Perpustakaan Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru. Acara ini dihadiri oleh 100 peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, serta anggota komunitas sastra. Tiga narasumber yang hadir memberikan pandangan mengenai pentingnya sastra Melayu Riau dalam memperkaya kesusastraan Nusantara. Mereka adalah Dr. Mangatur Sinaga, M.Hum., Muhammad Kafrawi, M.Sn., dan Datuk Syaukani Alkarim.

Acara dimulai dengan sambutan dari Plt. Ketua Komunitas Riau Sastra, Azhar Gultom, dan Rektor Universitas Lancang Kuning, Prof. Dr. Junaidi, M.Hum. Pembukaan resmi dilakukan oleh Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat, Toha Machsum, M.Ag. Setelah itu, sesi utama diskusi sastra bertajuk “Sumbangsih Sastra Melayu Riau untuk Nusantara” digelar sebagai fokus utama festival ini, di mana para narasumber membedah berbagai aspek sastra Melayu yang berpengaruh besar dalam perkembangan kesusastraan Indonesia.

Dr. Mangatur Sinaga dalam paparannya membahas pentingnya menjaga tradisi sastra lisan Melayu seperti mantra, yang masih relevan hingga kini. Ia mengingatkan peserta untuk tetap melestarikan dan memperkaya sastra Melayu dengan merujuk pada bentuk-bentuk tradisional seperti mite, legenda, dan syair. Menurutnya, nilai-nilai sastra tradisional ini harus tetap hidup dalam karya-karya modern.

Muhammad Kafrawi mengulas perkembangan sastra Riau dari masa ke masa. Ia menekankan pentingnya menghargai sastrawan besar Riau seperti Hasan Junus, Soeman Hs., dan Soetardji Calzoum Bachri, yang karyanya memberikan kontribusi besar terhadap sastra Nusantara. Kafrawi juga menyoroti pengaruh digitalisasi dalam penyebaran sastra dan mengajak generasi muda untuk terus berkarya dengan identitas lokal Riau sebagai modal.

Sementara itu, Syaukani Alkarim membahas peran bahasa Melayu sebagai sumbangsih terbesar Riau terhadap Nusantara. Ia menegaskan pentingnya penguasaan bahasa dan aksara Arab Melayu sebagai fondasi karya sastra. Syaukani juga mengajak para peserta untuk menjaga warisan sastra Melayu yang kaya, terutama pantun dan syair, yang mencerminkan kedekatan masyarakat Melayu dengan alam dan budaya lokal.

Acara puncak festival ini adalah pemberian apresiasi kepada para penulis terbaik yang karyanya telah diterbitkan di portal sastra digital riausastra.com. Penghargaan diberikan kepada tiga penulis terbaik di masing-masing kategori cerpen, esai, dan puisi, dengan tema yang mengangkat lokalitas, historis, dan budaya Riau.

Dalam sesi diskusi, peserta juga berkesempatan berdialog dengan narasumber. Pertanyaan terkait tantangan yang dihadapi oleh generasi muda dalam menulis sastra Riau menjadi perhatian khusus. Narasumber menekankan bahwa untuk terus berkarya, generasi muda harus memiliki mental yang kuat dan tidak takut terhadap kritik.

Festival ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi karya sastra, tetapi juga forum diskusi yang mendorong generasi muda Riau untuk terus berkarya dan melestarikan tradisi sastra Melayu yang kaya dan berharga bagi Nusantara.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini