gambar hanya ilustrasi. sumber: bing

Riausastra.com – Karya sastra merupakan hasil ide manusia melalui lisan dan tulisan. Karya sastra adalah hasil dari imajinatif penulis yang di dalamnya menghadirkan polemik antara khayalan, mimpi, dan realitas (Sefia & Septiaji, 2018). Karya sastra tulisan disebut juga dengan kajian prosa. Kajian prosa terbagi atas 3 karya yaitu karya novel, cerpen, dan puisi. Menurut (Aminuddin 2004:134) puisi berbeda dengan cerpen, dan novel. Perbedaan terletak pada susunan, tata letak yang memiliki aturan ketat. Sehingga puisi tidak memungkinkan penyair untuk berkreasi dengan lebih leluasa dalam menulis puisi.

Puisi adalah ungkapan perasaan, ide, gagasan manusia yang ditulis berupa sajak untuk menyampaikan pesan yang ditulis penulis kepada pembaca. Herman J. Waluyo dalam Muntazir (2017: 211) menguraikan bahwa ruang lingkup puisi merupakan bentuk karya sastra yang menyampaikan pemikiran dan ide penulis secara imajinatif, dengan mengorganisir semua potensi bahasa yang berfokus pada aspek fisik dan batinnya. Penyampaian puisi yang ditulis oleh penulis biasanya lebih ringkas, padat, dan terang dibandingkan dengan jenis karya sastra lainnya, sehingga menjadi tantangan bagi penulis  Puisi menyajikan keindahan seni kepada masyarakat melalui bahasa sebagai medianya dan juga berfungsi sebagai alat untuk menekankan ide yang sesuai dengan ekspresi perasaan penyair (Inderasari, 2017).

Puisi sebagai salah satu karya sastra memiliki beberapa unsur pembangun yaitu susunan kalimat, gaya bahasa, pemilihan kata, citraan, pola dan pengulangan bunyi pada kata-kata. Puisi memiliki kebahasaan yang simbolik dan beragam  menjadikan penulis bebas untuk membuat puisi. Pemikiran penulis dengan ungkapan perasaan sebagai aliran romantisme mampu membuat menyentuh perasaan pembaca.

Salah satu sastrawan dari Indonesia yang terkenal adalah W. S. Rendra. Karya W. S. Rendra terkenal dengan tulisan-tulisannya mengkritik sosial dan politik. Tidak hanya tulisan yang mengkritik, tulisan W. S. Rendra ada juga yang romantis. Karya W.S Rendra sering mengangkat kisah cinta terhadap perempuan, keluarga, dan tanah air. Salah satunya adalah puisi yang berjudul “Burung Hitam” karya W. S. Rendra.  Puisi “Burung Hitam” karya W. S. Rendra memakai aliran romantisme.Aliran romantisme pada karya W.S Rendra memiliki ciri khas tersendiri di hati para pembaca sehingga karyanya sangat menarik oleh penulis.

Puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra merupakan puisi pemilihan diksi yang cukup memikat tapi juga menyajikan gaya bahasa dan pencitraan yang digunakan. Puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra sangat menarik sehingga mendorong penulis ingin lebih mengetahui detail pesan dan makna yang disampaikan. Dengan menganalisis gaya bahasa dan citraan  yang digunakan maka Stilistika hadir sebagai pendekatan karya sastra. Stilistika adalah ilmu yang berada diantara ilmu linguistik (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) dan ilmu sastra yang mempelajari gaya bahasa, citraan, ungkapan, peribahasa dan rima pada karya sastra. Stilistika berada diantara ilmu sastra dan ilmu linguistik.

Penelitian ini dapat menggali elemen-elemen bahasa, seperti majas yang digunakan untuk memperkuat pesan sosial yang ingin disampaikan. Berdasarkan hal tersebut, puisi tidak hanya berfungsi sebagai estetika semata, tetapi juga sebagai alat kritik terhadap kondisi sosial, serta penggunaan gaya bahasa memperdalam pemahaman pembaca terhadap isu-isu sosial yang ada (Ayuningrum, 2021).

 Penelitian terdahulu relevan dengan penelitian ini yakni ditulis oleh Diana Risa & Leonita (2025) “Menganalisis Gaya Bahasa dalam puisi “Sajak Sebatang Lisong” karya W.S Rendra” dengan ditemukannya majas metafora, majas personifikasi, majas hiperbola.. Citraan yang ditemukan adalah citraan penglihatan dan citraan pendengaran. Penelitian relevan sama-sama menganalisis gaya bahasa pada puisi W.S. Rendra, namun perbedaan dari yang akan diteliti penulis adalah objek penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa dan citraan yang digunakan pada puisi “Burung Hitam” karya W.S Rendra.

Hasil analisis menunjukkan bahwasanya W.S. Rendra secara efektif menggunakan gaya bahasa dan citraan. Gaya bahasa yang menarik seringkali menjadi ciri khas yang ditunjukkan oleh penulis untuk memikat perhatian pembaca (Fajri et al., 2024). Gaya bahasa merupakan suatu bentuk kemampuan dalam memilih kata yang dipakai oleh penulis untuk menghasilkan sebuah karya sastra, yang berpengaruh pada keberhasilan serta keindahan dari ekspresi dirinya baik dalam bentuk lisan maupun tulisan (Syahid, 2019). Angan-angan dalam citraan tersebut dapat berupa penglihatan, peraba, pengecapan, pendengaran dan penciuman atau dengan kata lain disebut panca indra (Sulaeman, 2016). Citraan dalam puisi menyajikan visual yang jelas untuk menciptakan atmosfer tertentu dan menghidupkan, gambaran di dalam benak dan panca indera juga untuk menarik minat, penyair pun memanfaatkan imaji-imaji (pikiran), selain teknik kepuitisan yang lainnya. Oleh karena itu, deskripsi-deskripsi dalam puisi tersebut dinamakan citraan (imagery) (Pradopo, 2021). Dengan berbagai ungkapan keadaan rasa rindu dan kecemasan penyair terhadap sang pujaan hati. Kajian elemen stilistika yang digunakan W.S. Rendra berkontribusi pada penguatan makna dan amanat yang ingin disampaikan kepada pembaca.Berikut hasil temuan penulis yang diperoleh puisi “Burung Hitam” karya W.S Rendra beserta pembahasannya.

Gaya Bahasa
1) Majas simile
Kutipan 1:
“Burung hitam manis dari hatiku”
Pembahasan:
Majas simile merupakan majas perbandingan yang mengaitkan satu dengan yang lainnya.Kutipan tersebut berada pada larik pertama yang bisa dipahami “dari” adalah kata konjungsi yang merupakan ciri dari majas simile.

2) Majas Metafora
Kutipan 1:
“Burung hitam adalah pohonan”
Pembahasan:
Majas metafora merupakan majas perbandingan antara dua hal yang berbeda memiliki makna yang sama secara imajinatif.
Kutipan tersebut berada pada larik ketiga “adalah” adalah satu kata atau ungkapan lain yang memiliki makna saling terikat yang merupakan ciri dari majas metafora. “Burung hitam” pada awal larik ketiga merupakan simbol bisa diartikan pujaan hati sang penyair.
Kutipan 2:
“Burung hitam di dada adalah bebungaan”
Pembahasan:
Kutipan tersebut berada pada larik keempat dengan adanya “adalah” adalah satu kata atau ungkapan lain yang memiliki makna saling terikat yang merupakan ciri dari majas metafora.
Kutipan 3:
“Burung hitam adalah cintaku yang terpendam”
Pembahasan:
Kutipan tersebut berada pada larik kesembilan dengan adanya “adalah” adalah satu kata atau ungkapan lain yang memiliki makna saling terikat yang merupakan ciri dari majas metafora.

3) Majas Hiperbola
Kutipan 1:
“Burung hitam manis dari hatiku”
Pembahasan:
Majas hiperbola merupakan majas perbandingan yang melebih-lebihkan untuk memberikan efek dramatis.
Kutipan tersebut berada pada larik pertama. Kutipan menekankan bahwasanya “manis” dilebih-lebihkan oleh penyair yang sebenarnya burung hitam tidak ada manis.
Kutipan 2:
“Betapa cekatan dan rindu sepi “syahdu”
Pembahasan:
Kutipan tersebut berada pada larik kedua. Kutipan menekankan bahwasanya penyair melebih-lebihkan ungkapkan rindunya kepada pujaan hati santai dan tenang.
Kutipan 3:
“Ia minum kali yang disayang”
Pembahasan:
Kutipan tersebut berada pada larik kelima. Kutipan menekankan bahwasanya penyair melebih-lebihkan rasa cintanya pada pujaan hati. Sehingga “minum” melebihi batas minum manusia.

4) Majas Simbolik
Kutipan 1-4:
“Burung hitam manis dari hatiku”
“Burung hitam adalah buah pohonan”
“Burung hitam di dada adalah bebungaan”
“Burung hitam adalah cintaku yang terpendam”
Pembahasan:
Majas simbolik merupakan simbol atau lambang yang mewakili sesuatu.
Kutipan tersebut berada pada larik pertama, larik ketiga, larik keempat, dan larik kedelapan. Penyair memilih “Burung hitam” karena melambangkan “burung” sebagai cinta dan “hitam” bisa dilambangkan dengan misteri karena penyair tidak mampu mengungkapkan rasa cintanya kepada sang pujaan hati.

5) Majas Perifrasis
Kutipan 1:
“Betapa cekatan dan rindu sepi syahdu”
Pembahasan:
Majas perifrasis merupakan majas perbandingan menggunakan frasa panjang untuk frasa pendek.
Kutipan tersebut berada pada larik kedua. Penyair menggunakan “syahdu” sebagai pengganti untuk gaya kepenulisan puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra.

Citraan

1) Citraan Pengecap
Kutipan 1:
“Burung hitam manis dari hatiku”
Pembahasan:
Citraan pengecap berkaitan dengan lidah.
Kutipan tersebut terdapat pada larik pertama. Karena “manis” merupakan rasa dari makanan dan minuman yang berkaitan dengan lidah sebagai indra pengecap.

2) Citraan Pendengaran
Kutipan 1:
“Betapa cekatan dan rindu sepi syahdu”
Pembahasan:
Citraan pendengaran berkaitan dengan telinga.
Kutipan tersebut terdapat pada larik kedua. “sepi” merupakan suasana tidak ada suara yang berkaitan dengan telinga yang merupakan indra pendengar.

3) Citraan Sentuhan
Kutipan 1:
“Burung hitam di dada adalah bebungaan”
Pembahasan:
Citraan sentuhan berkaitan dengan kulit.
Kutipan tersebut terdapat pada larik ketiga. “dada” merupakan bagian dari tubuh juga disana terdapat kulit sebagai lapisan pelindung luar.
Kutipan 2:
“Ia tidur di daunan bergoyang”
Pembahasan:
Citraan sentuhan berkaitan dengan kulit. Kutipan tersebut terdapat pada larik keenam. “tidur di daunan” secara tidak sengaja kurang lebih ketika “tidur” kulitnya akan bersentuhan dengan “daunan” yang merupakan citraan sentuhan.

4) Citraan Gerakan
Kutipan 1:
“Ia minum pada kali yang disayang”
Pembahasan:
Citraan gerakan berkaitan dengan makhluk hidup.
Kutipan tersebut terdapat pada larik kelima. “minum” merupakan kata kerja yang mengharuskan makhluk hidup gerak.

5) Citraan Imajinasi
Kutipan 1:
“Burung hitam manis dari hatiku”
Pembahasan:
Citraan imajinasi merupakan citraan memberikan visual kepada pembaca dan dapat dirasakan oleh pembaca.
Kutipan terdapat pada larik pertama. Kutipan tersebut menggambarkan sang penyair menyimpan rasa cinta dihatinya. Hal tersebut bisa langsung dirasakan oleh pembaca karena ketika orang jatuh cinta terhadap pujaan hatinya akan menyimpan rasa cinta dihatinya.
Kutipan 2:
“Ia minum pada kali yang disayang”
Pembahasan:
Citraan imajinasi merupakan citraan memberikan visual kepada pembaca dan dapat dirasakan oleh pembaca.
Kutipan terdapat pada larik kelima. Kutipan tersebut dapat dirasakan pembaca karena rasa rindu tak ada batas yang tak tertahankan jatuh hati pada pujaan hati ketika jatuh cinta.
Kutipan 3:
“Burung hitam di dada adalah bebungaan”
Pembahasan:
Citraan imajinasi merupakan citraan memberikan visual kepada pembaca dan dapat dirasakan oleh pembaca.
Kutipan terdapat pada larik keempat. Kutipan tersebut dapat dirasakan oleh pembaca karena ketika orang jatuh cinta akan memberikan kebahagiaan terhadap dirinya. Hal tersebut sama dengan yang dirasakan pembaca.
Kutipan 4:
“Burung hitam adalah cintaku yang terpendam”
Pembahasan:
Citraan imajinasi merupakan citraan memberikan visual kepada pembca dan dapat dirasakan oleh pembaca.
Kutipan terdapat pada larik kedelapan. Kutipan tersebut dapat dirasakan oleh pembaca karena orang yang jatuh cinta pernah memendam rasa cintanya kepada pujaan hati karena beberapa alasan. Hal tersebut sama yang dirasakan oleh pembaca.

Kesimpulan yang didapatkan Puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra ditemukan tujuh majas. Diantaranya majas simile, majas metafora, majas hiperbola, majas asosiasi, majas simbolik, dan majas perifrasa. Majas simile berjumlah 1 kutipan, majas metafora berjumlah 3 kutipan, majas hiperbola berjumlah 3 kutipan, majas asosiasi berjumlah 1 kutipan, dan majas perifrasa berjumlah 4 kutipan. Total kutipan majas yang ditemukan berjumlah 12 kutipan. Citraan yang ditemukan puisi “Burung Hitam” karya W.S Rendra berjumlah 6. Diantaranya citraan pengecap, citraan pendengar, citraan sentuhan, citraan gerakan, citraan imajinasi. Citraan pengecap ditemukan 1 kutipan, citraan pendengaran ditemukan 1 kutipan, citraan sentuhan ditemukan 1 kutipan, citraan sentuhan ditemukan 2 kutipan, citraan gerakan ditemukan 1 kutipan dan citraan imajinasi ditemukan 4 kutipan. Kutipan yang ditemukan pada citraan berjumlah 10 kutipan. Total semua kutipan yang ditemukan puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra berjumlah 24 kutipan.

Puisi “Burung Hitam” karya W.S Rendra mengangkat kisah cinta pengarang yang memendam rasa cinta pada pujaan hati. Puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra termasuk aliran romantisme karena unsur pemikiran pengarang terikat pada aliran romantisme melalui ungkapan perasaan, sehingga mereka dapat menciptakan dan menyentuh emosi para pembacanya. Dengan melaukukan penelitian terhadap puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra penulis juga dapat memahami isi dan makna. “Burung Hitam” memiliki makna “burung” sebagai hewan yang terbang bebas yang lambangkan dengan cinta, “hitam” berkaitan dengan misteri. Penyair memilih diksi tersebut karena belum mengenal lebih dekat pujaan hatinya sehingga penyair melilih diksi tersebut. Puisi “Burung Hitam karya W.S. Rendra memiliki 8 larik, masing-masing larik memliki makna yang mendalam. Larik pertama memiliki makna sang pujaan hati penyair memiliki tempat tersendiri di hatinya. Larik kedua memiliki makna perasaan cinta penyair begitu cepat jatuh hati kepada pujaan hati karena penyair belum mengungkapkan perasaannya kepada pujaan hati penyair memilih cinta diam-diam. Pada larik ketiga bisa memiliki makna bahwa sang pujaan hati memberikan rasa tenang dan damai ketika melihat dan juga didekatnya. Larik keempat memiliki makna ketika sang penyair benar-benar jatuh cinta kepada pujaan hatinya karena meletakkannya di dada dan sang pujaan hati diibaratkan bunga yang terkenal denngan hal-hal romantis. Larik kelima memiliki makna rasa haus cinta sang penyair tidak memiliki batas sehingga menghilangkan rasa haus dengan bertemu sang pujaan hati. Larik ketujuh memiliki makna ungkapan jiwa pengarang mengungkapkan perasaanya untuk pujaan hati dengan sifat setia dan tenang terhadap mencintai sang pujaan hati dengan menyembunyikannya. Meski dilambangi “hitam” bukan berarti kesedihan melainkan kekuatan dan keberanian sang penyair terhadap rasa cintanya sendiri. Larik kedelapan atau larik terakhir memiliki makna ungkapan rasa cinta yang terpendam sang penyair terhadap perasaan, cinta kepada pujaan hati yang disimpan di pikiran hatinya. Puisi “Burung Hitam” karya W.S. Rendra memiliki cinta tanda dengan penanda.

***

ڬاي بهاس دان چيترائن ڤادا ڤويسي “بوروڠ هيتم” كريا و.س. رندرا؛ تينجاوان ستيليستيك

كريا سسترا مروڤاكن إد مانوسيا ملالوي ليسن دان توليسن. كريا سسترا اداله هاسيل داري إمجيناتيف ڤنوليس يڠ د دالمڽ مڠهاديركن ڤولميك انتارا خيالن، ميمڤي، دان رياليتس (سفيا دان سڤتياجي، ٢٠١٨). كريا سسترا توليسن ديسبوت جوڬ دڠن كاجيان ڤروس. كاجيان ڤروس ترباڬي اتس ٣ كاريا يايتو نوۋل، چرڤن، دان ڤويسي. منوروت (امينوددين ٢٠٠٤:١٣٤) ڤويسي بربد دڠن چرڤن، دان نوۋل. ڤربدائن ترلتق ڤادا سوسونن، تات لتق يڠ مميليكي اتورن كتت. سهيڠڬ ڤويسي تيدق مموڠكينكن ڤڽائير اونتوق بركرياسي دڠن لبيه للواس دالم منوليس ڤويسي

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini