gambar: istimewa
Judul: Hal Baik Berakhir Baik: Jika Buruk Itulah Terbaiknya
Penulis: Kiki Musthafa
Penerbit: Republika Penerbit, PT Pustaka Abdi Bangsa
Tempat Terbit: Jakarta
Tebal: xviii + 144 Halaman
ISBN: 978-623-279-231-9
Cetakan: I Oktober 2024
Harga: 70.000

Riausastra.com – “Kadang, sesuatu yang kita anggap akhir, ternyata hanyalah awal yang baru.” Kutipan itu seolah menjadi cerminan dari napas kehidupan yang dihadirkan dalam buku Hal Baik Berakhir Baik: Jika Buruk Itulah Terbaiknya karya Kiki Musthafa. Sejak halaman pertama, buku ini tidak berusaha tampil sebagai buku motivasi yang kaku atau penuh teori. Sebaliknya, ia hadir dengan sentuhan yang lembut dan tulus, seolah berasal dari seorang sahabat yang memahami luka, kelelahan, dan pencarian makna hidup kita. Kiki Musthafa menulis dengan bahasa yang sederhana, tapi jujur. Setiap katanya terasa hidup dan dekat dengan pengalaman manusia sehari-hari tentang kecewa, kehilangan, sabar, dan syukur. Membaca buku ini ibarat duduk diam di sore hari sambil merenung; tidak tergesa, tidak berlebihan, hanya menenangkan.

Buku ini membawa pembaca menelusuri perjalanan batin manusia dalam memahami arti hidup dan cara menerima takdir dengan lapang. Isinya bukan kumpulan kisah yang dramatis atau penuh kejutan, melainkan refleksi kehidupan yang membumi. Kiki Musthafa menghadirkan pandangan bahwa tidak semua hal yang terlihat buruk benar-benar buruk. Terkadang, di balik sesuatu yang kita anggap musibah, tersimpan hikmah yang belum kita pahami. Dalam setiap bab, penulis mengajak pembaca untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia dan menatap ke dalam diri menemukan kembali makna sabar, ikhlas, dan tawakal yang sering terlupakan di tengah rutinitas.

Gaya penulisan Kiki Musthafa terasa seperti percakapan lembut. Ia tidak menggurui, tidak menuntut pembaca untuk sepakat, melainkan menuntun dengan cara yang halus. Ada kalimat-kalimat pendek yang terasa seperti doa, ada pula paragraf panjang yang mengalir seperti nasihat seorang teman tua yang sudah banyak belajar dari pengalaman hidup. Misalnya, ketika ia menulis, “Jangan berhenti. Teruslah bergerak. Gagal adalah kepastian,” pembaca tidak merasa ditekan oleh tuntutan untuk kuat, tetapi justru disemangati dengan cara yang manusiawi. Penulis seolah memahami bahwa tidak semua orang butuh motivasi keras; sebagian hanya butuh diyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, asal tetap berjalan.

Tema  buku ini adalah tentang penerimaan sebuah konsep yang sederhana tapi sering kali paling sulit dilakukan. Melalui sudut pandang religius yang penuh keikhlasan, Kiki Musthafa menunjukkan bahwa setiap kesulitan adalah bagian dari rencana Allah yang baik. Bukan berarti pembaca diajak pasrah tanpa usaha, melainkan belajar percaya bahwa hasil terbaik tidak selalu datang dalam bentuk yang kita harapkan. Dalam prosesnya, kita diajak memahami bahwa kesedihan, kegagalan, dan kehilangan bukan tanda keburukan, melainkan cara Tuhan mengarahkan kita pada hal yang lebih indah. Buku ini seperti menenangkan hati yang sedang bimbang; menuntun pembaca untuk melihat bahwa setiap ujian membawa kedewasaan, dan setiap luka menyimpan pelajaran.

Setiap kata dalam buku ini terasa seperti aliran emosi yang jujur, menembus hati pembaca tanpa perlu banyak penjelasan. Bahasa yang digunakan begitu ringan dan apa adanya, namun tetap menyimpan kedalaman makna. Ada ketenangan yang lahir dari cara penulis menyampaikan pesan tanpa paksaan, tanpa kesan menggurui. Ia menulis seolah sedang berbicara langsung kepada jiwa pembaca, dengan kehangatan yang menenangkan dan kejujuran yang tulus. Membaca setiap halamannya terasa seperti menemukan kembali diri sendiri, perlahan tapi pasti.

Meski demikian, buku ini tidak berusaha mencuri perhatian lewat cerita yang rumit atau konflik yang besar. Ia mengalir tenang, seperti percakapan di sore hari yang menuntun kita untuk berhenti sejenak dari hiruk pikuk dunia. Bagi sebagian orang, ketenangan semacam ini mungkin terasa terlalu lembut, tapi justru di situlah letak pesonanya. Buku ini tidak mencari sensasi; ia hadir untuk menenangkan. Dalam keheningan yang ditawarkannya, pembaca diajak bernapas lebih pelan dan menemukan makna sederhana yang sering terlewat dalam kehidupan sehari-hari.

Buku ini berhasil menggabungkan nilai-nilai religius, psikologis, dan motivasional secara seimbang. Dari sisi religius, penulis mengingatkan pembaca bahwa setiap peristiwa hidup berada di bawah kendali Allah, dan tidak ada yang terjadi tanpa tujuan. Aspek psikologisnya tampak dalam ajakan untuk berdamai dengan diri sendiri, menerima kekurangan, serta menjaga kesehatan batin. Sedangkan unsur motivasionalnya muncul dalam dorongan halus untuk tetap bergerak maju, tidak menyerah, dan terus percaya pada kebaikan meski hidup sedang tidak ramah. Keseimbangan antara tiga unsur ini membuat buku ini terasa utuh dan relevan bagi banyak kalangan.

Pada akhirnya, Hal Baik Berakhir Baik: Jika Buruk Itulah Terbaiknya bukan hanya buku motivasi, melainkan cermin kehidupan. Ia mengajarkan bahwa ketenangan tidak datang dari berkurangnya masalah, tetapi dari meningkatnya kemampuan kita untuk menerima. Buku ini cocok untuk siapa pun yang sedang mencari ketenangan di tengah kekacauan, yang ingin percaya lagi bahwa di balik setiap kesulitan selalu ada makna. Dengan bahasa yang lembut dan pesan yang tulus, Kiki Musthafa berhasil menulis bukan hanya untuk dibaca, tapi untuk dirasakan. Buku ini menjadi pengingat sederhana namun mendalam: bahwa setiap hal, bahkan yang tampak buruk sekalipun, selalu menyimpan kebaikan jika kita mau melihatnya dengan hati yang ikhlas dan tenang.

***

رسنسي بوكو “هل بايك براخير بايك، جيك بوروق إتوله تربايكڽ” كريا كيكي موسطاف: منموكن كتناڠن د باليك اوجيان هيدوڤ

“كادڠ، سسواتو يڠ كيت اڠڬڤ اخير، ترڽات اداله اول يڠ بارو”. كوتيڤن إتو سئوله منجادي چرمينن داري ناڤس كهيدوڤن يڠ ديهاديركن دالم بوكو هل بايك براخير بايك: جيك بوروق إتوله تربايكڽ كريا كيكي موسطاف. سجق هلامن ڤرتام، بوكو إني تيدق بروساه تمڤيل سباڬاي بوكو موتيۋاسي يڠ كاكو اتاو ڤنوه تيوري. سباليكڽ، إيا هادير دڠن سنتوهن يڠ لمبوت دان تولوس، سئوله براسل داري سئورڠ سهابت يڠ ممهامي لوك، كللاهن، دان ڤنچاريان مكن هيدوڤ كيت. كيكي موسطاف منوليس دڠن بهاس يڠ سدرهان، تاڤي جوجور. ستياڤ كتاڽ تراس هيدوڤ دان دكت دڠن ڤڠلامن مانوسيا سهاري-هاري تنتڠ كچوا، كهيلاڠن، سابر، دان شوكور. ممباچ بوكو إني إبارت دودوق ديام د سور هاري سمبيل مرنوڠ؛ تيدق ترڬس، تيدق برلبيهن، هاڽ مننڠكن

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini