Riausastra.com – Perkembangan teknologi digital membawa perubahan besar dalam dunia literasi, termasuk dalam cara penulis menulis dan menerbitkan karyanya. Topik ini menjadi sorotan dalam episode terbaru Siniar Sanggam bertajuk “Novel Digital dan Kemandirian Penulis” yang ditayangkan melalui kanal YouTube Riau Sastra TV.
Dalam episode berdurasi satu jam tersebut, Siniar Sanggam menghadirkan Marlina, S.Pd., seorang penulis novel dan pegiat literasi, sebagai narasumber. Marlina membagikan pengalaman dan refleksinya seputar proses kreatif menulis novel digital, peluang-peluang baru yang terbuka melalui platform daring, serta tantangan yang dihadapi penulis dalam mempertahankan konsistensi dan kualitas karya secara mandiri.
Bahwa menulis di ranah digital bukan hanya tentang penyesuaian terhadap medium, tetapi juga tentang pembangunan keberanian untuk mempublikasikan karya secara mandiri tanpa selalu bergantung pada penerbit konvensional, disampaikan oleh Marlina dalam perbincangan yang dipandu oleh Listi Mora Rangkuti, S.S., M.Hum., selaku Ketua Dewan Pembina Komunitas Riau Sastra.
Marlina menambahkan, kemandirian penulis menjadi isu penting dalam era literasi baru. Penulis dituntut tidak hanya menghasilkan karya, tetapi juga memahami cara mengelola, memasarkan, dan membangun komunitas pembaca secara aktif di media sosial maupun platform daring lainnya.
Episode ini juga menyoroti pentingnya literasi digital sebagai bentuk kesiapan penulis menghadapi perubahan ekosistem penerbitan. Menurut Marlina, tantangan seperti persaingan konten, hak cipta, hingga keterampilan teknis digital, harus dijawab dengan kreativitas dan ketekunan.
Siniar Sanggam merupakan program audio-visual yang digagas oleh Komunitas Riau Sastra, dengan misi mendokumentasikan dan membagikan pemikiran, pengalaman, dan praktik sastra-budaya di Nusantara. Program ini hadir sebagai ruang dialog lintas generasi, yang menyoroti isu-isu kebudayaan dari perspektif penulis, peneliti, dan pelaku sastra.
Episode ini dapat disimak melalui YouTube Riau Sastra TV. Masyarakat diharapkan dapat menjadikan siniar ini sebagai referensi dalam memahami dinamika literasi modern sekaligus mendorong semangat menulis dan membaca secara berkelanjutan.
























