gambar hanya ilustrasi. sumber: bing

“Pak Menteri mau datang”

“Pak Menteri mau datang”

“Pak Menteri mau datang”

Riausastra.com – Tidak sekali, dua kali, atau tiga kali saya menemukan kata ini, pada cerpen yang berjudul “Pak Menteri Mau Datang” yang ditulis oleh A.A. Navis. Namun, berkali-kali saya dapat menemukan kata ini tertulis pada cerpen yang ditulis oleh beliau. Entah apa tujuan kata itu terus-menerus tertulis hampir pada setiap halaman cerpen tersebut.

Saya sempat berpikir sejenak, sehebat apakah kata singkat tersebut yang dapat membuat seluruh masyarakat dari berbagai instansi sibuk dalam menyiapkan kedatangan “Pak Menteri” itu hingga mengenyampingkan berbagai kegiatan utama yang seharusnya mereka kerjakan. Selain dari kata “Pak Menteri mau datang” saya juga dibuat tertawa dan tidak menyangka dengan persiapan yang dilakukan oleh karakter yang ditulis. Bagaimana tidak, sifat-sifat buruk dari manusia hampir atau bahkan tertulis jelas di dalam cerpen tersebut, ingkar janji, egois, tamak, tak mau tahu, pemaksa, terburu-buru dan sebagainya.

Sebagai generasi muda, khususnya kita yang saat ini tinggal di Indonesia tentu saja tidak asing dengan alur cerita yang disajikan. Cerpen ini secara jelas menyindir para petinggi yang menyalahgunkan kekuasaan yang dimilikinya, di luar dari penggambaran sifat dari para petinggi itu saya juga menangkap bahwa A.A. Navis juga menggambarkan orang yang tidak memiliki kekuasaan.

Pada akhir paragraf dari cerpen ini, saya sungguh tertarik mengenai bagaimana A.A. Navis dapat memberikan setiap tokoh gambaran atau karakter dari sifat manusia yang berbeda-beda. Seperti Pak Menteri yang pembohong dan memberikan janji palsu kepada masyarakat,  Kalikulah yang memiliki sifat pendesak, egois, dan keras kepala.  Kepala  Bagian Keuangan yang terlihat memiliki sifat gegabah, dan tidak mau tahu. Hingga Pak Ayup yang digambarkan memiliki sifat tidak enakan, dan penakut. Dari tokoh-tokoh tersebut A.A. Navis berhasil menjelaskan dengan baik bagaimana sifat buruk manusia itu bekerja saat menginginkan sesuatu atau pada saat terburu-buru. Baliau dengan baik menggambarkan bagaimana sifat manusia itu bisa berubah sewaktu-waktu.

Cerita “Pak Menteri Mau Datang” yang ditulis oleh A.A. Navis mungkin bukan merupakan sebuah karya yang ditulis pada masa sekarang. Namun, alur cerita dan penjelasan dari setiap gambaran sifat-sifat tokoh masih bisa menjadi penggambaran tentang hal yang terjadi pada masa sekarang. A.A. Navis bisa memberikan pemaknaan cerita yang tidak lekang dengan waktu walaupun penggambarannya melibatkan dunia politik sekalipun. Cerita dapat tergambar dengan jelas bagaimana awalnya manusia yang saling bahu-membahu hingga menjadi tidak tahu-menahu mengenai kondisi orang-orang yang terlibat dalam penyambutan kedatangan Pak Menteri.

“Pak Menteri mau datang”

“Sekarang tidak ada urusan kawin. Pak Menteri mau datang”

“Kedatangan Pak Menteri”

Entah ajian apa yang ada pada kata ini yang membuat orang yang kurang tidur untuk tetap mau terus bekerja, anak-anak sekolah diizinkan untuk tidak mengikuti pembelajaran, hingga orang yang belum menerima haknya pun dibuat harus menunggu kedatangan Pak Menteri yang mana tentu saja kedatangan dari Pak Menteri itu tidak memiliki hubungannya dengan hak dan tanggung jawab yang berbeda-beda yang dimiliki setiap orang. Singkatnya apa yang harusnya orang itu dapatkan secara pribadi dengan instansi terkait, tidak ada hubungannya dengan kedatangan Pak Menteri.

Dari saya kecil hingga sekarang, tentu saja saya tumbuh dengan banyak hal yang dapat saya amati. Apalagi mengenai sifat buruk dari sebuah petinggi yang menjadi buah bibir di setiap media massa. Dan yang menakjubkan dari cerpen ini, kondisi politik, keburukan sebuah instansi, hingga bagaimana sifat buruk manusia itu bekerja pada masa itu, bisa menjadi sebuah cermin tentang apa yang terjadi pada masa kini.

Paragaraf terakhir yang ada pada cerpen ini membuat saya tertawa dengan perasaan jengkel dan juga rasa kasihan yang juga menyelimuti saya. Tertawa karena saya puas karena orang-orang yang bermain curang, dan mendambakan harapan besar (kenaikan pangkat, hingga pujian yang akan membuat mereka besar kepala) tidak dapat mencapai hasrat mereka tersebut. Namun rasa kasihan dan jengkel yang juga beriringan datang pada diri saya, disebabkan oleh rasa iba terhadap orang-orang yang bekerja dibawah, yang hanya berharap gaji mereka dibayar namun, ditahan karena hal ini, masyarakat yang telah menyiapkan banyak hal, mengorbakan banyak waktu tetapi semua itu dibayar dengan kata.

“Pak Menteri tak jadi datang. Kabinet terancam jatuh”

***

بياڠن اتس ڤڽمبوتن بسر “ڤق منتري ماو داتڠ” كريا ا.ا. ناۋيس

“ڤق منتري ماو داتڠ”

“ڤق منتري ماو داتڠ”

“ڤق منتري ماو داتڠ”

تيدق سكالي، دوا كالي اتاو تيڬ كالي ساي منموكن كات إني ڤادا چرڤن يڠ برجودول “ڤق منتري ماو داتڠ” يڠ ديتوليس اوله ا.ا. ناۋيس. نامون، بركالي-كالي ساي داڤت منموكن كات إني ترتوليس ڤادا چرڤن يڠ ديتوليس اوله بلياو. انته اڤ توجوان كات إتو تروس-منروس ترتوليس همڤير ڤادا ستياڤ هلامن چرڤن ترسبوت

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini