Riausastra.com – Namaku Abim, saat ini aku kelas 4 SD dan katanya orang- orang sih aku anak yang cerdas tapi ada sisiku yang kurang yaitu aku sedikit temperamental dan cengeng. Seperti saat suatu hari aku datang sedikit terlambat ke sekolah sebab maklum sekolahku mungkin agak jauh yaitu kurang lebih ada 6 km dari rumah, pun juga mamaku sibuk kerja, sedang ayahku sedang terbaring sakit. Alhasil terlambatlah aku tiba ke sekolah. Aku pun telat mengikuti program sekolah yang menurutku bagus yaitu sholat dhuha bersama. Akibatnya, aku pun lantas menangis sesenggukan di depan masjid karena itu. Seorang guru yang di sekolahku kupanggil ustadzah, karena memang di sekolah kami guru – guru dipanggil ustadz dan ustadzah meski di masyarakat sebutan tersebut hanya untuk ahli agama. Ustadzah tersebut lantas mendekatiku dan berkata dengan nada lembut,
“Kenapa kamu nangis bim?”
Dengan nada masih sesenggukan akhinya kujawab dengan pelan,
“A…a…aku terlambat ikut sholat dhuha “, jawabku sembari mengusap air mata yang menetes dimukaku. Ustadzah itupun tersenyum dan mengelus kepalaku,
“Gak papa Bim, sekarang kamu menyusul saja, boleh kok, ini ustadzah tungguin ya,” ucapnya dengan sabar dan kemudian menggandengku ke tempat wudlu. Dari dalam masjid teman – temanku dan juga kelas lain terlihat berhamburan keluar tanda sholat sudah usai. Sebenarnya aku paham kalau sholat dhuha itu tidak wajib dan itu hukumnya Sunnah. Akan tetapi jiwaku yang disiplin ini seakan moranta dan menjerit, sehingga jika ada sesuatu yang kurang pas di hatiku aku akan menangis. Pernah aku menangis juga dan membuat wali kelas ku bingung, gegara aku sedih saat teman- temanku banyak yang ramai dan tidak memerhatikan ustadzah yang menjelaskan sebuah pelajaran. Itulah aku, yang punya karakter sedikit berbeda dengan teman – teman lainnya.
Hari Sabtu itu seperti biasanya aku libur sekolah. Namun aku tetaplah bangun pagi, karena keluarga kami membiasakan untuk bangun maksimal jam 5 pagi. Sesuatu yang bagiku awalnya teramat berat untuk dijalani, karena sekolahku full- day dan pulang nya jam 4.30 sore. Tetapi setelah menjadi sebuah kebiasaan bagiku tidaklah terasa berat. Sehabis aku menunaikan sholat Subuh, pagi itu ayahku tiba – tiba berbicara kepadaku dan kakakku Dylan, sebenarnya aku punya kakak tiga orang, yang satu sudah kuliah keluar kota, dan satunya adalah kakakku yang ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Tentu saja ayahku tidak meminta pendapatnya karena maklum saja dia selalu kehilangan short memory nya terkait apapun termasuk tempat – tempat wisata.
“Kalian ingin pergi berlibur hari ini?”, ucap ayahku serius sembari merapikan beberapa buku yang tercecer di lantai. Maklumlah aku, kakakku Dylan, juga kakakku Dias setelah selesai malam hari belajar atau sekedar membaca buku kadangkala kami lupa mengembalikannya ke rak buku. Tentunya kami pun sudah bisa menebak kemana ayah kami mengajak pergi berlibur, tak lain adalah Kebun Teh yang menjadi tempat favorit kami.
“Iya yah.”sudah 3 bulan kita tidak berlibur,”kakakku Dylan yang sekolah di SMP dan memang hobby dolan dengan sigap menimpali ayahku.
“Kamu gimana Bim”,? Ayah menoleh ke arahku
“Kalau aku pasti setuju , yah”.
“Baiklah kalau gitu kalian mandi dan segera bersiap”.
Pagi itu kamipun segera mandi dan ganti dengan baju yang bagus. Setelah ganti baju, kami segera sarapan pagi yang telah disiapkan mamaku. Aku merasa beruntung karena mamaku jago masak, apapun masakannya rasanya selalu enak, istilahnya selalu nendang. Sesaat setelah sarapan kamipun masuk mobil dan berangkat ke Kebun Teh tempat favorit kami berlibur karena udaranya sangat sejuk dan juga berhawa dingin, hal tersebut karena perkebunan teh biasanya berada di lereng pegunungan. Kami suka berada disana karena fasilitasnya ada hotel, villa, kolam renang, restoran dan juga ada tempat bermain untuk anak – anak. Selama perjalanan mamaku selalu melarang bermain HP dan meminta kami menikmati pemandangan sekitar saat kami jalan. Saat kami tiba, kami langsung menuju villa yang sudah ayahku pesan sebelumnya. Kami biasanya memang menyewa villa tersebut jika kami berlibur disitu. Aroma daun- daun teh yang ada disekitar villa kami pun berhembus wangi dan udara segar tanpa polusi pun serasa memasuki rongga tubuhku, inilah yang membuat kami selalu senang berlibur disini.
Keesokan pagi seperti biasa kami bangun pagi dan segera bersiap, karena ayah dan mamaku, mengajak kami jalan pagi berkeliling Kebun Teh. Perlu kalian tahu, aku dan kakakku memang memangiil orang tua kami ayah dan mama alih – alih ayah- bunda, ataupun papa – mama. Bagi kami panggilan ayah – mama lebih nyaman dan bermakna. Kamipun jalan pagi dan mampir beberapa kali di spot – spot foto yang telah disediakan di Kebun Teh. Setelah berpuas berfoto ria kamipun melanjutkan acara jalan pagi kami. Kamipun berpapasan dengan beberapa pekerja perkebunan yang menenteng keranjang –keranjang bambu untuk tempat daun tehnya. Namun saat kami berpapasan dengan rombongan berikutnya dengan pemetik teh berjumlah 6 orang, mereka memandangku dan tersenyum, lantas berkata,
“Wah kok ada anak Jerman disini”, sambil mereka berhenti sesaat dan tersenyum tulus kearahku. Kami pun juga berhenti sejenak dan membalas senyum mereka. Saat itu terus terang perasaanku membuncah dan campur bangga. Karena bagiku ucapan itu bukan hanya bermakna fisik tapi terutama terkait motivasi bagiku. Memang secara fisik dengan tubuhku yang bongsor, kulitku yang bersih, hidungku yang kalau untuk rata – rata orang Indonesia mancung dan juga rambut ikalku seperti bukan pribumi dari Indonesia. Tetapi bukan itu yang membuatku bangga. Dengan ucapan itu impian dan tekadku untuk suatu saat belajar di Jerman sebagai salah satu pusat teknologi semakin memotivasiku, ingin rasanya aku seperti eyang Habibie yang ilmunya mumpuni dan menjadi ahli pesawat terbang. Akupun semakin termotivasi belajar, baik ilmu pengetahuan maupun Bahasa asing karena impianku dan juga ucapan tersebut.
Tamat.
***
إمڤيانكو
نماكو ابيم، سائت إني اكو كلس ٤ س.د. دان كتاڽ اورڠ-اورڠ سيه اكو انق يڠ چردس تاڤي ادا سيسيكو يڠ كورڠ يايتو اكو سديكيت تمڤرامنتل دان چڠڠ. سڤرتي سائت سواتو هاري اكو داتڠ سديكيت ترلمبت ك سكوله سبب مكلوم سكولهكو موڠكين اڬق جاوه يايتو كورڠ لبيه ادا ٦ ك.م. داري رومه، ڤون جوڬ مماكو سيبوق كرج، سدڠ ايهكو سدڠ ترباريڠ ساكيت. الهاسيل ترلمبتله اكو تيب ك سكوله. اكو ڤون تلت مڠيكوتي ڤروڬرم سكوله يڠ منوروتكو باڬوس يايتو صلات دوه برسام. اكيبتڽ، اكو ڤون لنتس مناڠيس سسڠڬوكن د دڤن مسجيد كارن إتو. سئورڠ ڬورو يڠ د سكولهكو كوڤڠڬيل اوستازه، كارن ممڠ د سكوله كامي ڬورو-ڬورو ديڤڠڬيل اوستد دان اوستازه مسكي د مشراكت سبوتن ترسبوت هاڽ اونتوق اهلي اڬام. اوستازه ترسبوت لنتس مندكاتيكو دان بركات دڠن نادا لمبوت