gambar hanya ilustrasi. sumber: bing

Riausastra.com – “Kretak -kretak, brak…” Suara ranting-ranting yang kupatahkan dan kulempar pada nyala api. Irama gesekan angin pada dahan-dahan jati membuat malam ini semakin dingin. Bulan purnama yang tadi terang kini tenggelam dalam bayangan awan gelap. Bawaku pada kenangan kepedihan. Di tempat ini aku katakan cinta padanya. Di tengah hutan jati Pagak, saksi kami. Setelahnya aku melamarnya dan begitulah dia adalah permata penghias hatiku selamanya. Masa muda yang begitu penuh bahagia, kami telah merencanakan tanggal pernikahan juga. Pekerjaan menjadi begitu banyak, namun lelah kerja langsung menguap saat melihat senyum bahagianya.

Orin nama permata hati yang adalah segalanya bagiku. Perempuan itu selalu bersinar dengan caranya sendiri dalam sepelik apa masalah hidup yang kami alami. Namun, beberapa bulan terakhir, ada yang berubah. Orin semakin sering absen dari kehidupan mereka, jarang menjawab pesan, dan selalu punya alasan untuk menunda pertemuan. Awalnya aku memaklumi karena ia sedang sibuk pembukaan cabang baru usaha keluarganya.

Setelah sekian lama menanti malam itu, ia meminta bertemu di kedai es krim kesukaannya. Hatiku berdegup kencang, ada harapan dan juga kecemasan. Ketika Orin tiba, ada sesuatu dalam sorot matanya yang tak pernah kulihat sebelumnya— terasa begitu dingin dan jauh.

“Ada yang ingin aku bicarakan, Mas,” suara Orin bergetar, namun tegas.  Kutaruh gawai di meja dan menegakkan tubuh, berusaha tenangkan hati yang mulai penuh prasangka.

“Apa, Dek?” Kamu mau pesen Es Krim dulu kah, sebelum kita ngobrol? tanyaku lembut, walau hati ini  sudah diliputi kecemasan.

Ia menggelengkan kepalanya, lalu duduk dengan gestur penuh kegusaran. Orin menarik napas panjang sebelum melanjutkan, “Aku pikir… kita harus selesai sampai di sini.”

Duniaku seolah runtuh dalam sekejap. Kutatap mata Orin lekat-lekat, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. “Kenapa?” tanyaku dengan suara parau.

Orin menunduk, menghindari tatapanku. “Aku butuh kepastian, Mas. Dengan suara yang pelan dan bibir yang bergetar.

“Aku kurang apa Dek?” Aku kerja keras dan kamu tahu itu!” Kita sudah tunagan dan hari pernikahan semua orang sudah tahu Dek? Tak disangka aku lepas kendali dan berkata dengan begitu keras. Semua pengunjung sontak melihat keributan yang kami buat.

“Justru itu masalahnya Mas!” Jawab Orin tak kalah keras dari suaraku.

“Ini sudah kamu ubah dua kali tanggal pernikahan kita, mau sampai kapan Mas? Jawab Mas!”

Tatap Orin kepadaku dengan nafas naik turun setelah melepaskan amarahnya yang begitu kuat kurasakan.

Aku tersentak. Kucoba tenangkan diri. “Kamu juga tahu sendiri itu karena orang tuamu minta dipestakan Dek? Padahal kesepakan kita berdua hanya keluarga inti dan sahabat kita saja yang datang. Sabar sedikit waktu lagi ya Dek. Ini dana Mas bentar lagi ngumpul.” Aku raih tangan Orin dan membujuknya dengan suara memohon.

“Maaf  Mas, Orin tidak bisa menunggu lebih lama lagi dan saat ini orang tua Orin sudah kerumah Mas Muel untuk membatalkan pertunangan kita. Orin perlu kepastian masa depan yang lebih jelas. Orin tahu selama ini kamu kerja keras Mas, tapi… tapi aku gak yakin bisa terus bertahan. Aku… aku ketemu dengan seseorang. Dia seorang yang masa depannya pasti, dan aku butuh itu.” Suara Orin penuh dengan keraguan dan kesedihan. Aku melihat beberapa air mata berjatuhan yang juga membuat kepedihan hatiku.

Aku hanya bisa terdiam. Rasanya seperti tertusuk ribuan pisau sekaligus. “Kamu memilihnya karena… dia lebih mapan?” tanyaku pelan, seolah tak percaya.

Orin menggigit bibirnya, air matanya jatuh semakin deras. “Orin harus realistis, Mas. Orin tidak bisa hidup hanya dengan cinta. Maaf…”

Aku hanya bisa menarik napas dalam-dalam, mencoba kuasai emosi yang bergolak. Aku tahu Orin punya hak untuk memilih jalan hidupnya. Tapi tetap saja, rasa sakit itu tak terelakkan. “Aku mencintaimu, Rin. Dan aku bekerja keras untuk itu. Aku kira kamu percaya pada janji kita.”

Orin hanya terdiam. Susana hening, semua menatap kami seoalh ada tontonan yang menairk untuk dilihat.  “Maaf, Mas. Ini keputusan terbaik untukku.” Orin melepas cincin yang melingkar di jarinya, lalu ia berdiri dan menaruhnya di meja. Sambil sesenggukan dan tanpa kata lain, Orin bangkit dan pergi tinggalkanku membawa serta mimpi-mimpi yang pernah kami bangun bersama. Aku hanya bisa menatap punggungnya yang pergi perlahan dan ternyata sudah disambut punggung lain yang merasakan pelukanya. Sambil mengusap air mata Orin pemuda dengan seragam dinas polisi itu membuka pintu mobil sport edisi terbatas. Dan hilang dalam keriuhan jalan.

“Kretak -kretak, bruk…” Suara ranting-ranting yang kupatahkan dan kulempar pada nyala api unggun. Irama gesekan angin pada dahan-dahan jati membuat malam ini semakin dingin. Bulan purnama yang tadi terang kini tenggelam dalam bayangan awan. Di tempat ini aku katakan cinta padanya. Di tengah hutan jati Pagak jadi saksi kami. Di tengahmalam yang semakin dingin ini, aku masih beluma bangkit dari luka hati. Hidup masih sama dan tidak ada yang berubah, tetapi aku belajar bahwa cinta bukan hanya tentang janji, melainkan tentang kesetiaan dan keberanian untuk menghadapi ketidak pastian. Dalam kesendirian, aku menemukan bahwa hidup tak selalu berakhir sesuai rencana, namun selalu memberikan pelajaran berharga.

***

اڤي اوڠڬون د ڤاڬق

“كرتق-كرتق-برق…” سوارا رنتيڠ-رنتيڠ يڠ كوڤاتهكن دان كولمڤر ڤادا ڽالا اڤي. إرام ڬسكن اڠين ڤادا داهن-داهن جاتي ممبوات مالم إني سماكين ديڠين. بولن ڤورنام يڠ تادي ترڠ كيني تڠڬلم دالم بياڠن اوم ڬلڤ. بواكو ڤادا كناڠن كڤديهن. د تمڤت إني اكو كتاكن چينت ڤداڽ. د تڠه هوتن جاتي ڤاڬق، سكسي كامي. ستلهڽ اكو ملامرڽ دان بڬيتوله ديا اداله ڤرمات ڤڠهياس هاتيكو سلماڽ. ماس مودا يڠ بڬيتو بهاڬيا، كامي تله مرنچناكن تڠڬل ڤرنيكاهن جوڬ. ڤكرجائن منجادي بڬيتو باڽق، نامون للح كرج لڠسوڠ مڠواڤ سائت مليهت سڽوم بهاڬيا

اورين نام ڤرمات هاتي يڠ اداله سڬلاڽ باڬيكو. ڤرمڤوان إتو سلالو برسينر دڠن چراڽ سنديري دالم سڤليك اڤ مساله هيدوڤ يڠ كامي الامي. نامون، ببراڤ بولن تراخير، ادا يڠ بروبه. اورين سماكين سريڠ ابسن داري كهيدوڤن مرك، جارڠ منجاوب ڤسن، دان سلالو ڤوڽ الاسن اونتوق منوندا ڤرتموان. اولڽ اكو ممكلومي كارن إيا سدڠ سيبوق ڤمبوكائن چابڠ بارو اوساه كلوارڬاڽ

ستله سكيان لام مننتي مالم إتو، إيا ممينت برتمو د كداي اس كريم كسوكائنڽ. هاتيكو بردڬوڤ كنچڠ، ادا هراڤن دان جوڬ كچماسن. كتيك اورين تيب، ادا سسواتو دالم سوروت متاڽ يڠ تق ڤرنه كوليهت سبلومڽ -تراس بڬيتو ديڠين دان جاوه

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini