sumber foto: istimewa

Riausastra.com – Mental health atau yang biasa disebut kesehatan mental kini mulai jadi topic perbincangan masyarakat. Menurut WHO kesehatan mental adalah suatu keadaan (status) sehat utuh secara fisik, mental, dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan. Gangguan kesehatan mental merupakan suatu penyakit yang sering dialami oleh anak, terutama pada remaja. Hal ini disebabkan kesehatan mental anak pada masa ini terus mengalami peningkatan dan sangat mengkhawatirkan. Dari banyaknya masalah kesehatan mental pada anak, salah satu faktornya adalah kurangnya perhatian atau komunikasi anak dengan orang tua.

Penyebab dari gangguan mental sendiri sering terjadi karena banyaknya tekanan dari orang sekitar, terutama dari orang tua atau keluarga. Tetapi banyak orang tua yang tidak peduli atau tidak menggap penting pada kesehatan mental pada anak. Selain itu, kebiaasan orang tua yang selalu merendahkan atau memarahi anak juga menjadi factor pemicu yang berkaintan dengan kesehatan mental.

Contohnya Jaman dahulu ada seorang anak SMP yang mempunyai latar belakang orang tua yang sibuk bekerja. Anak itu tertekan dengan orang tua yang selalu sibuk bekerja sampai orang tuanya tidak memperhatiakan anaknya. Pada suatu hari anak itu bertanya kepada ibunya “ kenapa ibu bekerja terus, aku disini kesiepian”, ibunya pun menjawab “ ibu itu bekerja demi kamu nak, demi membiayai kehidupanmu, sudahlah belajar sana jangan nganggu ibu lagi, ibu baru sibuk”, setelah mendengar jawaban dari ibu, dia langsung pergi ke kamar dan menangis dan dia berfikir kenapa sih orang tuaku tidak ingin tahu kehidupan ku, tidak ingin bertanya ada masalah hari ini? dan kenapa selalu mementingkan pekerjaan daripada anaknya sendiri. Kadang dia berfikir apa susahnya sih bertanya kabar kepada anak sendiri? Sebegitu sulitkah bertanya?, monologku. Seiring berjalannya waktu dia mencoba untuk betanya lagi kepada ibunya karena keadaan mentalnya yang sudah jauh dari kata baik baik saja, “ ibu aku mau konsul ke psikolog boleh tidak?  ibunya pun menjawab “ kamu ngapain ke psikolog, emang kamu punya gangguan kejiwaan sampai harus ke psikolog, kamu itu ya kurang dekat dengan Tuhan, kurang sholat, kalau ada masalah itu cerita ke tuhan bukan ke psikolog (dengan nada tinggi), mendengar jawaban dari ibu seperti itu dia hanya bisa menangis, dadanya merasa sesak, hatinya hancur, dan setelah kejadian itu dia sudah tidak pernah bertanya kepada ibunya lagi. Komunikasi dia dengan ibunya pun mulai renggang dan setiap dia ada masalah lebih baik  memendamnya dari pada cerita ke ibu.

Kata kata seperti itu tentu akan membuat anak merasa tertekan dan mulai menutup diri dari orang tuanya. Secara tidak langsung hal itu juga dapat mempengaruhi mental anak.

Adapun dampak yang dirasakan pada anak akibat kurangnya komunikasi dan adanya tekanan yang diberikan orang tua kepada anak :

  1. Anak cenderung lebih pendiam dan tertup kepada orang tua karena terlalu takut untuk berbagi masalah yang dialami pada dirinya.
  2. Anak juga merasa tidak percaya diri jika keluar rumah.
  3. Adanya tekanan dari dalam dapat memicu timbulnya kepribadian yang keras terhadap dirinya sendiri dan orang lain.
  4. Anak dapat mengalami gangguan kecemasan, stress, bahkan dididkan keras yang diberikan oleh orang tua.

Berdasarkan dampak tersebut, tentu perlu adanya pola perbaikan perilaku orang tua dan anak. Pentingnya menjaga komunikasi yang baik antara orang tua dan anak dapat diterapkan sejak dini sehingga dapat mencegah timbulnya dampak tersebut pada anak. Khususnya pada remaja, orang tua harus dapat memperhatikan dan memahami kondisi emosional remaja yang sedang mencari jati diri, yang mana remaja seorang anak atau emosi seorang anak masih dalam fase kurang stabil.

Komunikasi yang terjalin baik antara orang tua dan anak dapat membantu perkembangan anak dalam belajar untuk memahami perasaan dirinya dan orang lain. Kualitas komunikasi orang tua dan anak yang baik akan membuat anak nyaman untuk berinteraksi, sehingga anak  bebas mengekspresikan perasaannya. Orang tua harus bisa memahami bahwa emosi anak tidak selalu stabil karea seorang anak masil belajar dalam mengelola emosi. Orang tua juga harus bisa menghargai apa pun pencapaian anak, serta memberikan dukungan atau support dan motivasi kepada anak. Hal itu penting agar anak dapat meningkatnya semangatnya dalam beraktivitas. Memahami bahwa kesalahan yang dilakukan anak adalah suatu proses belajar, maka dari itu sebaiknya orang tua tidak memarahi anak dengan keras.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini