Bukan Aku Satu-satunya
Sepanjang perjalanan kita saling melangitkan harapan
Saling menanam tanaman pengertian
Menaburkan pupuk-pupuk perhatian
Saling menyirami dan merawat kedekatan
Seketika musim berubah perlahan
Yang dulu berlaku tidak dengan demikian
Ku telah salah dalam menafsirkan
Ternyata bukan aku satu-satunya impian
Diantara do’a-do’aku yang telah terlepas
Ada seseorang yang datang menerabas
Diantara benih rasa yang telah kurawat
Ada seseorang yang telah kau genggam erat
Apakah masih miskin pengorbananku?
Bukankah mata ini tak pernah ingkar untuk melihat rintihmu?
Bukankah tangan ini tak pernah absen menggenggam dukamu?
Lantas kenapa kau balas dengan duri yang amat ganas?
Di riuh pilu dan kekecewaan
Aku tetap berlaku adil dalam perasaan
Kebersamaanmu bersamaannya perlahan Menggerogoti jiwa yang bernama cemburuan
Kucoba restui bersama keihklasan
Ruang Tamu, 25, Juli 2022.