Rumah tanpa Alamat
Tubuhmu rumah tanpa alamat.
Telah lama kususuri jalanan demi menemukan
rumah yang ingin kutuju. Saban waktu
aku sampai kehabisan akal, lantas kuhampiri
seorang penyair banyak akal yang seketika berkata,
“Rumah itu takkan ditemukan selama engkau
belum berdamai dengan kenangan.”
Maka aku pergi ke tempat yang teramat
kukenal; tempat di mana aku dan kenangan
dahulu sering berangan sambil menjahit masa depan.
Kemudian aku mendatangi kenangan yang tengah
bermalas-malasan sembari membacai pesan-pesan
lama, lantas berucap, “Maaf karena membuatmu
terluka. Aku berjanji akan menyembuhkanmu
begitu aku temukan alamat yang hendak kutuju.”
Tubuhmu rumah tanpa alamat.
Selepas melalui perjalanan panjang, akhirnya aku
sampai juga ke beranda tubuhmu. Dengan langkah
gemetaran, harapan bercucuran, aku berjalan
menuju pintu masa depan seraya mengatakan,
“Hai, boleh kenalan?”
Tubuhmu rumah yang alamatnya baru saja kudapatkan.