Puncak Kehancuran
Hari demi hari terus berotasi
Kesibukan membuat kisah kita terabaikan
Notifikasi di handphone kembali sepi
Pesan singkat yang kunanti tak kunjung menghampiri
Kau seperti tak peduli
Namun aku tetap tabah mengabari
Walaupun hanya sebaris ucapan ringan
Sekedar sapaan selamat pagi
Kutepis segala prasangka buruk
Hati dan jiwa berontak dengan hiruk-pikuk
Kutatap realita dengan keyakinan
Bahwa kau layak untuk kuperjuangkan
Di sini aku terus menanti
Berharap do’a berujung pasti
Setibanya datang notifikasi;
“Aku ingin sendiri, bolehkah aku pergi?”
Meskipun terluka sejadi-jadinya
Jika sudah begitu pintamu
Maka ketika terluka aku tetap berkata;
“Baiklah. Aku kabulkan segala kebahagiaanmu”
Do’a-do’a penantian terus kulangitkan
Meskipun di sana kau semakin tak terjangkau
Sepenuhnya risau menghiasi hari yang kacau
Ternyata benar bahagiamu ketika tidak bersamaku
Persimpangan, 24 Juli 2022.