Aku Harus Menulis Tentangmu
Kukatakan pada diri sendiri:
“Aku harus menulis tentangmu.”
Aku harus menulis tentang seorang
gadis manis yang aku pandang
di sebuah Sabtu yang sadis.
Akhir pekan menjelma masa yang berakhir
sia-sia ketika parasmu menjadi
satu-satunya yang tersisa; kisahmu
yang membuatku lupa bahwa kita bermula
dari dua manusia yang dipertemukan
oleh keengganan, sebelum berevolusi
menjadi kenangan di dalam angan.
Kukatakan pada diri sendiri:
“Aku harus menulis tentangmu.”
Aku hanyalah penulis tanpa kisah
yang berkata pada segala bahasa asmara
bahwa dirimu mustahil dituliskan dalam aksara.
Ambillah hatiku hingga ke serpihan terkecilnya,
maka kau akan tahu nikmatnya terbebas dari
cengkeraman kesepian pembunuh impian.
Hancurkan hatiku hingga ke serpihan terkecilnya,
maka kau akan paham sakitnya dihukum atas dosa
yang tak pernah salah: memberikan ruang kosong
di dalam jiwa kepada kepada sebuah nyawa
yang hanya berniat untuk singgah sementara.
Kukatakan pada seorang gadis manis
yang aku pandang di sebuah Sabtu yang sadis:
“Aku sudah menulis tentangmu.”
Sudahkah kau menulis tentangku dalam bahasa
asmara di ruang kosong jiwamu yang pernah terluka?