Ghatib Beghanyut
Kutemukan aliran sungai yang membentang di denyut jantung Mempura dan Bukitbatu. Di sepanjang air mengalir menuju hilir, ada warisan leluhur mengukir di mata cakrawala. Menjadi maskot tahunan; wajib lestari juga terlaksana.
Sebelum arus gelisah menuangkan buihbuih bala di lembahlembah dusun, sebelum endemi menyampar di tengahtengah belukar, ratusan kaki berbaju putih mendengungkan doa. Rosaria dzikir mampir di makam Sultan lalu berkeliling kampung dengan obor sebagai lentera.
Di kala senja semakin kelam; di bulan Syafar selepas isya; ritual Ghatib Beghanyut berlabuh di Sungai Jantan yang surut. Pendar-pendar dzikir mendayung di atas puluhan sampan dan kapal. Sayup-sayup suara melengking bertakbir “Allahuakbar Allahuakbar Allahuakbar”.
Desir angin takbir berhembus sepanjang mata tak katup, bergelantung di langit pesisir membentang derai asa, lamat-lamat membasuh dada;
Tolak bala menolak segala petaka menolak segala celaka menolak segala yang berbisa supaya menjauh dendam kesumat supaya menjauh segala yang jahat supaya menjauh kutuk dan laknat supaya setan tidak mendekat supaya iblis tidak melekat supaya terkabur pinta dan niat supaya selamat dunia akhirat.
Helai-helai hari?
Suara-suara angin?
Harapan dan impian.
Pasuruan, 06 Juli 2022