sumber foto asli: pixabay

Pulang

/1/
Pada jalan berliku
kabut dan dingin mencipta kaku
aku pulang ke palung ke dasar paling relung -di hatimu.

Menemuimu
Pagi, petang, hingga malam datang dan berulang.
Aku menunggu, sampai kau membukakan pintu: menyambutku.

Ke haribaanmu, aku mudik.
Menyejukan jiwa yang terik. Satu tembang selalu ku dendang.
seperti udara yang ku hela kau selalu ada, Dealova.

Ke pelukanmu, aku kembali.
Meneduhlah gaduh, meredamlah angkuh, sirnalah keakuan pada diriku.

:”Manunggaling kawula rindu”

/2/
Ada banyak jalan, berbagai tanjakan, bermacam belokan,
hakikatnya tetap satu tujuan:
Pulang.

Kemana?

Kesini, katamu
Pulangkan semua dirimu
“Pada tanah yang membeku, pada air yang mengalir, pada udara yang tak menentu, dan pada api yang kan membakar aku-mu.”

Disini, kembalikan dirimu. Utuh, atuh
ke tempat semestinya kau menyatu.
“Seperti telor, mentega, dan tepung, menyatu di kue bolu, ucapmu”

Tidak ada lagi mimpi
Sebab, kesadaran telah membangunkan lelap lupamu

Tidak ada lagi angan-angan
Ingin dan angan cikal bakal kepedihan
Terbangkan! anginkan!, bersama dirimu yang lalu.

Hingga, tidak ada lagi dirimu
Yang ada hanya rindu
merasuk dan mengambil alih seluruhmu
:”Fana fii syauq”

Pulanglah, kekasih telah lama menunggu
Pulanglah, sebelum kenangan memulangkanmu lebih dulu ke keabadian.

Tegal, 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini