Segelas Wedang Jeruk
di atas selembar talenan
jeruk tua yang mulai keriput
mendadak mengkerut
lalu membelah diri
di depan sepasang mata pisau
yang tak lepas mengawasi
dan mencatat segala rasa
ke dalam resep puisi.
sebelah menjelma surga
dengan mata air dan gula-gula
sebelah lain menyalakan neraka
dengan percik pematik dan bara.
bintang dan bulan berjatuhan
dari langit-langit kulit
tatkala surga dan neraka diperas.
laut muncrat menebar aroma kecut
ke dalam gelas.
sebiji penyair terloncat lalu terkejut
melihat dirinya merindang
serupa kata-kata
yang kerap ditumbuhkannya.
duhai penyair,
puisi mana lagi yang kau dustai?
Karawang, 24 Agustus