Ambu Geni Mahameru
Kala abhati direnggut awan hitam
Membawa peti nestapa beramai di segala dusun
Tak memandang manusia di hadapannya
Berteriak kesakitan lumpuh tak berdaya
Lontaran batuan pijar berjatuhan di bumi Pronojiwo
Kala amarah kawah jonggring saloko
Merebak hingga tubuh tertimbun lumpur panas
Merata dengan tanah
Sabana yang selalu menghiasai alam Mahameru
Seketika itu berubah menjadi abu
Suar berhamburan keluar dari perut kerucutnya
Seakan senja itu adalah hari terakhir
Halai balai raut wajah tak lagi ramah
Gelebah hati tak lagi menyanjung riang
Tergamang pilu
Hingga air kehidupan menjadi genangan keruh
Dalam kalbu
Hati terasa tersayat perih
Ketika semesta sudah berang
Tak lagi apa yang bisa terucap?
Hanya tinggal rintihan doa dan tangis pengampunan
Pada Ilahi Rabbi
Probolinggo, 10 Desember 2021