Puisi di Perjalanan Pulang
Malam ini, puisi berteriak,
Gemanya, memenuhi alam raya.
Seolah lomba orasi,
ia kali ini berbait panjang berliku-liku
Bahasanya halus, namun menikam
Nadanya tinggi,
Suaranya parau,
Mendongkrak perasaan hingga ada di puncaknya yang paling tinggi
hingga terjatuh, nista kian pasrah terlukai.
Tetapi yakinlah, bahwa jatuh mungkin hanya sebentar jika jarak kejatuhannya tidak terlalu tinggi.
Namun ini, jatuh dari puncak yang paling tinggi!
Selain sedikit lebih lama, juga pasti sedikit lebih sakit.
Ah tidak, tidak. Ini perasaan, bukan benda mati.
Rasanya tak pernah aku lihat perasaan terpengaruhi gaya gravitasi.
Atau begini saja, puisi! Kau, pulanglah dengan sesuka hati,
Meski kau pasti tenggelam dalam lautan gundah,
Maka nikmatilah.
Karena aku tahu, tiada kegundahan yang paling merobek hati,
Selain renungan di jalan pulang nanti.
Pandeglang, 29 Nov. 21