Kuncup-Kuncup Kehidupan
Bumi meringis panas dingin
Hawa raga menarik jejak perjalanan makhluk bermahkota
Mengikrarkan keberadaan keturunan anak cucunya
Memeluk makhluk pemimpin peradaban dengan luka dan duka
Lelah mengalah dalam pertarungan lingkungan yang abadi
Bumi kian renta, penuh kerutan dan uban yang menjuntai
Isyarat itu semakin nyata meresap di air tanah pada tahun kematian
tetapi insan masih terjebak pada lubang sempit bernama keangkuhan
Musim mengejek sungai hingga menangis
kemudian pergi tanpa berpamitan pada muara
Memohon lari ke langit berharap mendapat singgasana dan merdeka
tetapi yang dirasa hanya rindu kepada akar-akar bumi
kemudian bermohon kembali menjadi hujan
Menelusuri jejak dedaunan layu di bawah pusara cinta
yang terbaring kaku diselimuti kafan yang mulai lusuh
Kilometer kehidupan tetap berakhir di pelabuhan tepi pantai
yang menenangkan bagai pelukan Ibu
Jakarta, 29 November 2021