Dari Rioh ke Riau
Sesungguhnya para awak perahu yang hilir
telah lama riak sungainya diserahkan kepada arus
ragu-ragu menuju limpahan aroma yang harum
menghanyut perahu tak henti bercerita
bukan dermaga dituju, melainkan negeri yang rioh
Kabut samar mengalir dari selat Malaka
bergerak mempersiapkan pertemuan di bantaran
sebelum riak arus diserahkan kepada cahaya
hanyut perahu saudagar muncul dari pesisir timur
lalu di sungai Carang menjelma menjadi pemberani
menghilir ke mana-mana, ditunggu getah karet
dibujuk sawit yang dironce dengan wangi rempah
Pohon-pohon di bantaran sungai berjajar mengemas hulu
sebagai negeri baru di alur penuh simpangan
setengah tubuh air sungai Carang perahu bersilang rupa
pedagang-pedagang dari seberang berwajah angin
bertatapan si empunya timah dan lada serupa sihir
hulu yang rioh di ujung pedang Laksamana Tun Abdul Jamil
dengan sepasukan orang laut yang setia menjaga Selat Malaka
Begitulah, pesisir timur sesungguhnya nadi sejarah berdenyut
negeri baru yang rioh oleh para pedagang berniaga
rioh para penjelajah yang menjajah sepanjang peta bermantra
kadang menjadi peperangan yang darahnya mengalir
meresap ke tanah leluhur menjadi minyak berladang-ladang
sisanya menumbuhkan sawit bermekaran sepanjang musim
Kini, entah akan dibawa ke mana cerita rioh di hulu sungai Carang
menjadikannya lembaran sejarah yang tersimpan rapi di rak buku
atau menjadi harta kekayaan leluhur ditulis pada puing-puing puisi
di peta lain, rioh telah menjelma cerobong-cerobong tambang
meninggalkan masa lalu menuju peradaban bertubuh cahaya.