sumber foto asli: pixabay

Dari Rioh ke Riau

Sesungguhnya para awak perahu yang hilir
telah lama riak sungainya diserahkan kepada arus
ragu-ragu menuju limpahan aroma yang harum
menghanyut perahu tak henti bercerita
bukan dermaga dituju, melainkan negeri yang rioh

Kabut samar mengalir dari selat Malaka
bergerak mempersiapkan pertemuan di bantaran
sebelum riak arus diserahkan kepada cahaya
hanyut perahu saudagar muncul dari pesisir timur
lalu di sungai Carang menjelma menjadi pemberani
menghilir ke mana-mana, ditunggu getah karet
dibujuk sawit yang dironce dengan wangi rempah

Pohon-pohon di bantaran sungai berjajar mengemas hulu
sebagai negeri baru di alur penuh simpangan
setengah tubuh air sungai Carang perahu bersilang rupa
pedagang-pedagang dari seberang berwajah angin
bertatapan si empunya timah dan lada serupa sihir
hulu yang rioh di ujung pedang Laksamana Tun Abdul Jamil
dengan sepasukan orang laut yang setia menjaga Selat Malaka

Begitulah, pesisir timur sesungguhnya nadi sejarah berdenyut
negeri baru yang rioh oleh para pedagang berniaga
rioh para penjelajah yang menjajah sepanjang peta bermantra
kadang menjadi peperangan yang darahnya mengalir
meresap ke tanah leluhur menjadi minyak berladang-ladang
sisanya menumbuhkan sawit bermekaran sepanjang musim

Kini, entah akan dibawa ke mana cerita rioh di hulu sungai Carang
menjadikannya lembaran sejarah yang tersimpan rapi di rak buku
atau menjadi harta kekayaan leluhur ditulis pada puing-puing puisi
di peta lain, rioh telah menjelma cerobong-cerobong tambang
meninggalkan masa lalu menuju peradaban bertubuh cahaya.

Artikel sebelumnyaPuisi: Aku Pesan Doa
Artikel berikutnyaPuisi: Batang Taring Belang
Tri Astoto Kodarie
Lahir di Jakarta, 29 Maret, besar di Purbalingga, belajar di Yogya dan menetap di Parepare, Sulawesi Selatan. Buku puisi yang telah terbit: Nyanyian Ibunda (Artist, 1992) Sukma Yang Berlayar (KSA, 1995), Hujan Meminang Badai (Akar Indonesia Yogyakarta, 2007), Merajut Waktu Menuai Harapan (Frame Publishing Yogyakarta, 2008), Sekumpulan Pantun,: Aku, Kau dan Rembulan (De La Macca, Makassar 2015), Merangkai Kata Menjadi Api (Akar Indonesia Yogyakarta, 2017), Kitab Laut (YBUM Publishing Parepare, 2018), Tarian Pembawa Angin (YBUM Publishing Parepare, 2020) Tembang Nelayan Dini Hari (Satria Publisher Banyumas, 2021), Tak Ada Kabar Dari Kotamu (Satria Publisher Banyumas, 2021) serta puluhan antologi puisi bersama di berbagai kota. Kini pensiunan guru dan tinggal di Parepare, Sulawesi Selatan. Alamat : Jalan Atletik No. 22 Parepare 91111, Sulawesi Selatan. HP/WA: 08124240423 E-mail: astotosaja@yahoo.co.id

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini