Ayah, Aku Pulang Dulu, Ya
Tertumbuk pandangan, ini rasanya kehilangan.
Untuk pertama kalinya, jiwa ini mengetahui kemana kau pergi.
Mereka mengusung keranda yang kau tumpangi, dibawa ke pusara.
Jiwa ini menyaksikan, tubuhmu dimasukan ke lubang. Sungguh, ini nyata.
Papan menghimpit, tanah-tanah menutupi tubuhmu.
Tumpukan tanah tertacap kayu, bertulis namamu.
Seketika angin melintasi akal pikirku.
Mengajak untuk masuk menemani dirimu.
Kau pasti kesepian, kegelapan, sempit.
Cahaya menampar durja, setiap makhluk memiliki jadwal menghadapi sang pencipta.
Ayah, kau meninggalkanku tanpa pamit. Membawa sejuta kenangan, menyiksa pilu.
Ayah, Aku pulang dulu, ya.
Besok kita becerita lagi seperti semula.