sumber gambar asli: pixabay

Cahaya yang Hilang

Hujan ini akan lebih lama
membasuh luka-luka purba
sejak musim kemarau
membawa angin risau

Di ujung daun yang basah
dingin telah menciptakan sejarah
menggenangi gerahnya jiwa
dengan bercak-bercak harap
yang tak kunjung reda

Seberapa lama hujan ini berkeliaran
sejak itu pula sedihku dititahkan
maka, mengalirlah tetesan cinta
yang rela melepas segala cahaya.

Sumenep, 2021

Artikel sebelumnyaPuisi: Menanam di Ladang-Mu
Artikel berikutnyaPuisi: Ritual Pemanggil Hujan
Agus Widiey
Lahir di Batuputih, Sumenep, Madura, 17 Mei 2002. Sekarang masih tercatat sebagai santri aktif pondok pesantren Nurul Muchlishin Pakondang, Rubaru, Sumenep, Madura. puisi-puisinya tersiar di berbagi media seperti Radar Madura, Cakra Bangsa, Harian Sib, Bangka Pos, Takanta id, Tajdid id, Litera Id, Puisi Alit, Puisi Pedia, dan antologi puisinya antara lain; Rumah Sebuah Buku(2020) Hidup Itu Puisi(2020) Subuh Terakhir(2020) Seruling Sunyi Untuk Mama(2020) Sumpah Pemuda (2021) Merapal Jejak(2021) Goresan Kenangan(2021). No HP/WA ; 085932210147

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini