Besi Tua Berdarahkan Bangsa
(Pembangunan Rel Kereta Api Muaro Sijunjung-Pekanbaru 1942-1945)
Di masa dahulu
Untuk menciptakan mu
Penuh rasa haru begitu pilu
Tanpa alat bantu hanya satu bahu
Di masa dahulu
Untuk membangun mu
Antara Muaro Sijunjung-Pekanbaru
Penuh nyamuk bagai disarang hantu
Pohon kayu batu-batu dihancurkan
Semak belukar diterangkan
Bukit-bukit besar didatarkan
Sungai-sungai dikasih jembatan
Meski nyawa menjadi taruhan
Tidak terbilang anak kehilangan ayahnya
Tidak terhitung istri kehilangan suaminya
Entah berapa bapak kehilangan anaknya
Mereka mati dalam bekerja secara paksa
Begitulah kejamnya kaum penjajah
Itulah engkau besi tua berdarahkan bangsa
Penuh lintah penuh petaka
Seakan hidup dalam neraka
Menyisakan luka tiada tara
Dalam kalbu selalu bertanya
Entah kapan berhenti, insan nasib sengsara
Semua diam hanya geleng-geleng kepala
Akhirnya 17 Agustus 1945 memberi jawabannya
Merah putih berkibar megah
Saat Jepang merangkak kalah
Memberi kabar patriot pekerja paksa
Dalam mempertahankan tanah pustaka
Itulah engkau besi tua berdarah bangsa
Panjang lurus indah didepan mata
Dipunggung seakan mencabik rasa
Karena darah, tenaga, dan nyawa habis dikurasnya
Terbujur lalu terbelintang patah
Mayat-mayat tak berdosa ditatah
Semuanya lenyap ditelan tanah
Seakan lupa dalam coretan sejarah
Itulah engkau besi tua berdarahkan bangsa
Umur singkat, hampir binasa
Dari kaca mata para pemuda
Apalagi para pejabat bangsa
Dahulunya peristiwa di hutan belantara Sumatera
Dikenal jalan kereta api maut Sumatera
Bahkan ada mengatakan Pekanbaru Rail Line
Orang Belanda menyebutnya The Death Railway
Dan juga Logas Neraka Bikinan Jepang
Itulah engkau besi tua berdarahkan bangsa
Yang pernah eksis di masa kerja paksa
Pengangkut batu bara sebagai bahan mentah
Saksi sejarah merdekanya Indonesia dari penjajah