Riausastra.com – Airin terlahir prematur, banyak organ-organ tubuh mungilnya yang belum berfungsi normal. Berjuang hidup dalam kotak kecil bening, dalam balutan kabel-kabel tipis, hampir memenuhi seluruh tubuhnya. Hampir-hampir tipis harapan untuk hidup.
Bang Dame dan istri, selaku kedua orang tua Airin, memutuskan untuk berjuang sampai titik darah terakhir. Sudah pasti hari-hari keluarga mereka selanjutnya begitu sesak, setiap panggilan telpon dari rumah sakit rasanya seperti panggilan sakaratul maut saja. Bikin dada sesak setiap ada panggilan telpon. Perlu darah, perlu obat-obatan, perlu inilah, perlu itulah, tentu perlu dana, tabungan semakin menipis, dan pada akhirnya memang habis. Kandas.
Bertubi-bertubi kesulitan yang mereka hadapi. Bahkan di endingnya, ada kesulitan baru muncul, ujian yang tak kalah menguras pikiran, mental dan jiwa. Padahal sudah mengira, kesulitan pasti berakhir, ternyata tidak.
Membaca buku ini, membuat kita sadar, hidup ini isinya aliran ujian saja. Kiranya betul, mengaku beriman tanpa ujian, seperti mengaku juara tanpa perlombaan.
Bacalah, biarkan menjadi teman di kala datang susah menghempit, menjadi penawar bagi kita, bahwa nun disana ada keluarga Airin yang tegar dan teguh melewati semua penderitaan.
Love you Airin.
Kamu istimewa.
Salam Dul