Pict : Wajibbaca

Riausastra.com – Sahabat identik dengan orang terdekat yang menjadi teman berbagi, teman dalam suka duka, dan teman sejati. Sebaik-baik sahabat adalah yang mengajak pada kebaikan, mengingatkan di kala salah, menguatkan di kala lemah, dan menyayangi karena Allah.

Benar sekali ucapan sahabat Rasulullah, Umar bin Khattab, yang mengatakan, “Jika ingin mengenaliku, maka kenalilah siapa sahabatku”. Semoga Allah memberikan kita rezeki berupa sahabat yang membawa kita ke syurga.

Namun, bagaimana jika sahabat kita adalah musuh Allah? Sungguh mengerikan apabila bersahabat dengan iblis di dunia hingga ke neraka. Naudzubillahi min dzalik. Sudah semestinya kita mawas diri dan menjaga diri dan keluarga kita. Seperti apa yang dikatakan bersahabat dengan iblis?

Berikut 10 golongan sahabat sejati iblis di neraka:

  1. Hakim, jaksa, penegak hukum, dan pemimpin yang zalim
  2. Orang-orang kaya tapi sombong, congkak, bakhil, dan takabur
  3. Pedagang yang curang
  4. Pemabuk dan pecandu narkoba
  5. Suka fitnah dan adu domba
  6. Pezina
  7. Meremehkan salat
  8. Orang yang tidak mau berzakat
  9. Orang yang suka makan harta anak yatim
  10. Orang yang suka panjang angan-angan

Kesepuluh poin di atas disampaikan oleh Ustadz Reno saat mengisi Kajian Wirid yang ditaja oleh ibu-ibu dari RW 09 Kelurahan Limbungan, Kecamatan Rumbai Pesisir, Kota Pekanbaru

Agar tidak menjadi sahabat iblis di neraka, maka setiap orang harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan selama di dunia.

Ada satu poin penting yang disampaikan oleh Ustad Reno, yaitu poin kelima,

“suka fitnah dan adu domba”.

Beliau kemudian menceritakan sebuah kisah di zaman para sahabat Rasulullah dahulu.

Seorang saudagar kaya hendak membeli seorang budak di pasar. Saat akan memilih budak yang ingin dibelinya, saudagar kaya tersebut menanyakan kelebihan dan kekurangan dua buah budak yang ditawarkan oleh tuannya.

Budak yang pertama, tubuhnya kurus dan kecil. Dengan kondisi tubuh yang demikian, sudah tentu tenaganya juga terbatas. Akan tetapi, budak tersebut bersifat amanah dan jujur.

Sedangkan budak yang kedua, tubuhnya kekar, kuat, tenaganya super, serta sangat sigap dan cekatan saat bekerja. Pekerjaan berat sekalipun akan mudah diselesaikan olehnya. Akan tetapi, budak tersebut memiliki kekurangan. Dia sangat suka memfitnah dan mengadu domba.

Saudagar memilih untuk membeli budak yang kedua, yaitu budak yang memiliki tubuh kekar dan kuat. Saudagar itu memang membutuhkan orang yang bisa diandalkannya bekerja di toko miliknya. Tanpa berpikir panjang, saudagar tersebut menetapkan pilihannya dan segera membayar budak tersebut.

Hari berganti hari. Saudagar kaya memperhatikan kinerja dari budak yang dibelinya. Pekerjaannya sangat bagus. Saudagar kaya sangat puas telah memiliki budak yang sangat telaten dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pada suatu hari, saudagar kaya sedang berada di pasar. Sedangkan istri saudagar berada di toko milik saudagar untuk mengawasi toko. Budak kekar tersebut mendekati majikan dengan mengatakan bahwa tuannya sedang berselingkuh dengan wanita lain di pasar. Istri saudagar sangat terkejut mendengar pengakuan itu. Awalnya, istri saudagar menepis kabar yang dihembuskan oleh si budak kekar. Namun, dengan kelihaiannya, si budak mampu meyakinkan istri saudagar.

“Aku sudah lama bekerja dengan tuan saudagar. Setiap gerak-gerik dan kebiasaannya sudah aku hapal. Tuan saudagar sering ke pasar. Setiap ke pasar, tuan akan menyempatkan bertemu dengan wanita selingkuhannya,” ucap budak kekar.

Akhirnya istri saudagar percaya dengan cerita si budak tersebut.

“Suamiku sudah tua. Tidak mungkin dia berselingkuh,” ujar istri saudagar.

“Meskipun sudah tua, suami nyonya masih mempesona, apalagi dengan adanya jenggotnya,” jawab budak kekar.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan agar suamiku tidak berselingkuh lagi?” Tanya istri saudagar.

“Nyonya ambil pisau. Saat tuan sedang tidur, potong saja jenggotnya,” ucap budak kekar.

Pada hari berikutnya, budak kekar sedang bersama dengan tuannya. Budak kekar menceritakan pada tuannya bahwa istri saudagar tersebut berselingkuh.

“Bagaimana mungkin istriku berselingkuh. Dia wanita yang baik,” ucap saudagar tidak percaya.

“Tuan sering ke pasar. Sementara, saya sering bersama dengan nyonya di toko. Tentulah saya tahu keseharian nyonya,” jawab budak meyakinkan tuannya.

Saudagar kaya mulai percaya dengan cerita si budak.

“Tuan harus hati-hati. Nyonya berencana akan membunuh tuan nanti malam agar nyonya bisa menikah dengan selingkuhannya,” lanjut si budak.

Malam pun tiba. Saudagar kaya tidak bisa memejamkan matanya. Ia terbayang-bayang dengan ucapan budak kekar bahwa istrinya akan membunuhnya.

Saat malam semakin larut, saudagar kaya terbangun dan mendapati istrinya tidak berada di sampingnya. Hati saudagar itu semakin cemas. Ia pun mulai curiga bahwa istrinya akan membunuhnya seperti cerita si budak kekar.

Tidak berapa lama, istri saudagar masuk ke kamar dan membawa sebuah pisau. Istri saudagar berencana akan memotong jenggot suaminya saat suaminya sedang tidur. Ketika pisau tersebut mendekati dagu saudagar, saudagar langsung mengarahkan pisau tersebut dan menusuk istrinya karena ia mengira bahwa istrinya akan membunuhnya malam itu seperti cerita si budak kekar.

Istri saudagar pun akhirnya meninggal dunia. Melihat kejadian tersebut, budak kekar berteriak dengan sekencang-kencangnya.

“Tolong!!! Pembunuhan!!! Tolong!!!” teriak budak tersebut.

Orang pun berbondong-bondong ke rumah saudagar kaya untuk menyaksikan kejadian. Akhirnya saudagar kaya dipenjara dengan kasus pembunuhan.

Dari kisah di atas, dapat diambil pelajaran betapa dahsyatnya fitnah dan adu domba. Segala kebenaran bisa berputar arah karena sebuah fitnah.

Oleh karena itu, di dalam Al-Quran, Allah berfirman bahwa “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Fitnah itu lebih besar daripada pembunuhan”.

Demikianlah agar bisa menjadi pelajaran berharga bagi kita. Semoga Allah melindungi kita semua dan menyelamatkan kita di dunia hingga ke akhirat agar tidak menjadi sahabat iblis di neraka.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini