Foto : RRI

Riausastra.com – Adakah di antara kita yang mengharapkan datangnya musibah? Setiap orang pasti tidak pernah menginginkan datangnya musibah yang menima dirinya. Sebagaimana fitrahnya manusia selalu mendambakan kebaikan-kebaikan di dalam hidupnya. Bahkan, setiap orang pasti berharap agar kehidupannya senantiasa mulus tanpa hambatan, rintangan, dan kesulitan.

Padahal, setiap rintangan, hambatan, kesulitan pasti sepaket dengan solusinya. Begitulah Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan seimbang (tawazun). Bagaimana mungkin manusia bisa merasakan bahagia jika belum pernah merasakan kesedihan. Bagaimana mungkin manusia bisa merasakan kemudahan jika tidak pernah merasakan kesulitan. Semua yang terjadi telah terselip hikmah masing-masing. Kembali ke diri masing-masing bagaimana menerjemahkan setiap kebahagiaan yang ia rasakan atau kesedihan yang ia rasakan.

Menurut Ibnul Qayyim Al-Zauziyah dalam kitabnya Uddatus Shobirin wa Dzakhiratus Syakirin (Bekal Orang-Orang Sabar dan Perbendaharaan Orang-Orang yang Bersyukur) ada empat golongan manusia saat menghadapi musibah: (1) Golongan orang-orang lemah, (2) Golongan orang-orang sabar, (3) Golongan orang-orang ridho, dan (4) Golongan orang-orang bersyukur.

• Golongan orang-orang yang lemah

Golongan orang-orang lemah bukan karena lemah fisiknya, akan tetapi lemah iman dan hatinya. Dengan kondisi lemah hati dan lemah iman, cenderung membuat golongan ini tidak memiliki gairah dalam hidup dan cenderung menyalahkan keadaan.

Ciri-ciri orang yang lemah iman adalah sebagai berikut:

  1. Merasakan kerasnya hati (QS: Al-Baqarah: 74)
  2. Hilang kekhusyukan beribadah
  3. Malas beribadah dan meremehkan ibadah (QS: An-Nisa: 142)
  4. Dada terasa sesak dan terbelenggu
  5. Tidak tersentuh dengan ayat-ayat Al-Quran
  6. Lalai mengingat Allah
  7. Tidak merasa bersalah saat melakukan maksiat

Golongan yang merasakan hal-hal di atas, cenderung menyalahkan takdir atas segala yang menimpanya. Jika telah terkena musibah, golongan tersebut akan mengeluh dan merasa kesal dengan adanya musibah.

• Golongan orang-orang yang sabar

Sabar merupakan landasan kebahagiaan seorang hamba. Sebagaimana menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, “Kedudukan sabar dalam iman laksana kepala bagi seluruh tubuh. Apabila kepala sudah terpotong, maka tidak ada lagi kehidupan di dalam tubuh.” (Al Fawa’id: 95).

Sedangkan menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.” (Syarh Tsalatsatul Usshul: 24).

Saat mendapat musibah, ada segolongan orang yang menghiasi hidupnya dengan sikap sabar. Sesakit apapun musibah yang mereka terima, namun mereka memilih untuk tetap berprasangka baik terhadap ketentuan Allah SWT. Justru untuk meningkatkan rasa sabar tersebut, segolongan orang ini memilih untuk mendirikan salat sebagai bentuk pengaduan dan memohon pertolongan dari Allah SWT. Beratnya ujian yang diterima, semakin membuat mereka bersemangat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebagimana firman Allah SWT, “Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan salat.” (QS. Al Baqarah: 45).

Ada beberapa keutamaan bagi orang-orang yag sabar, sebagaimana dalam Firman Allah SWT:

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu berhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan-Nya) bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur”. (Asy-Syura: 32-33)

  1. Allah menunjukkan tanda-tanda kebesaran-Nya
  2. Allah memuji orang-orang yang bersabar
  3. Allah mencintai orang-orang yang sabar (QS: Ali Imran: 146)
  4. Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang sabar (QS: An-Nahl: 96)
  5. Terhindar dari api neraka (QS: Ar-Ra’d: 23-24)

Dikisahkan “Dari Atha’ bin Abu Rabbah, dia berkata, “Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku, ‘Maukah kutunjuukan kepadamu seorang wanita penghuni surga? Aku menjawab, ‘Ya.’ Dia (Ibnu Abbas) berkata, “Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam seraya berkata, ‘Sesungguhnya aku sakit ayan dan auratku terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata, ‘Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah syurga. Dan apabila engkau menghendaki bisa berdoa sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat. Lalu, wanita itu berkata, ‘Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi, ‘Sesungguhnya auratku terbuka. Maka berdoalah kepada Allah bagi diriku agar auratku tidak terbuka. Maka, beliau pun berdoa bagi wanita tersebut”. (Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131)

Dari kisah wanita di atas, dapat diambil pelajaran betapa berharganya sebuah kesabaran. Wanita tersebut Allah beri penyakit ayan seumur hidup. Setiap penyakitnya kambuh, wanita itu akan menggelepar-gelepar di tanah sehingga membuat auratnya terbuka. Lalu, wanita tersebut meminta kepada Rasulullah agar didoakan sehingga sembuh dari penyakit ayan tersebut. Rasulullah memberikan pilihan kepada wanita tersebut untuk sembuh dari penyakitnya atau tidak sembuh namun mendapat surga. Maka, wanita itu memilih didoakan untuk bersabar dan meminta kepada Rasulullah agar mendoakannya saat penyakitnya kambuh, auratnya tidak terbuka. Rasulullah pun mendoakan wanita tersebut hingga wanita tersebut Allah jamin masuk surga karena kesabarannya.

• Golongan orang-orang yang ridho

Allah SWT akan memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya untuk mengukur kadar kesabaran dan keridoan mereka atas ketentuan-Nya. Setiap ujian dan cobaan yang Allah berikan tidaklah percuma ada beberapa hikmah dibalik ujian dan cobaan yaitu:

  1. Allah ingin mengukur kadar keimanan seseorang
  2. Allah ingin menghapus dosa hamba-hamba-Nya
  3. Allah ingin menghindarkan dari musibah yang lebih besar
  4. Allah ingin menaikkan derajat hamba-Nya jika bersabar dan ridho atas ketetapan-Nya.
  5. Allah ingin memberikan pelajaran berharga agar manusia bisa memetik hikmah di setiap kejadian.

Dalam sebuah hadist dikatakan, “Tiada seorang Muslim yang menderita kelelahan atau penyakit atau kesusahan, bahkan gangguan yang berupa duri sekalipun, melainkan semua kejadian itu akan menebus dosa-dosanya.” (H.R. Imam Bukhari dalam Shahih al-Bukhari)

Dalam hadist yang lain disebutkan, “Rasulullah bersabda, Allah berfirman, ‘Hai manusia! Sesuangguhnya apabila kau bersabar dan ikhlas ketika pertama kali mendapatkan musibah, maka Aku tidak ridha balasan untukmu selain daripada surga”. (Shahih Sunan Ibnu Majah N0. Indeks 1298).

Saat manusia memperoleh cobaan atau musibah, maka saat itu juga manusia tersebut rido dengan ketetapan Allah SWT, maka Rasulullah SAW akan memberikan keridoan beliau kepada manusia tersebut untuk dihadiahkan dengan syurga. Begitulah balasan bagi golongan orang-orang yang rido dengan apapun yang menimpa dirinya.

• Golongan orang-orang yang tersyukur

Dalam QS: Asy-Sura: 23 Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah itu Ghafur dan Syakur.” Menurut seorang ahli tafsir, Imam Abu Jariri Ath-Thabari menafsirkan ayat ini dengan riwayat dari Qatadah, “Ghafur artinya Allah Maha Pengampun terhadap dosa, dan Syakur artinya Maha Pembalas Kebaikan sehingga Allah lipat gandakan ganjarannya” (Tafsir Ath-Thabari: 21/531).

Sedangkan dalam ayat berikut, yang artinya, “Allah itu Syakur lagi Halim (QS: At-Taghabun: 17), dalam penafsiran Ibnu Katsir, Syakur dalam ayat ini maksudnya adalh “Memberi balasan kebaikan yang sedikit dengan ganjaran yang banyak” (Tafsir Al-Quran Al-Azhim, 8/141).

Dari makna syukur di atas, dapat menjadi sebuah pengharapan bagia setiap hamba untuk memelihara sifat syukur meskipun sedang dalam menerima cobaan. Dengan bersyukur, Allah pasti akan melipatgandakan ganjaran bagi hamba tersebut.
Mengapa kita harus menanamkan sifat syukur dalam kehidupan kita?

  1. Syukur adalah sifat para Nabi (QS: An-Nahl: 120-121)
  2. Syukur adalah ibadah (QS: Al-Baqarah: 152)
  3. Sykur adalah sifat orang beriman
  4. Menjadi penyebab hadirnya ridho Allah
  5. Menjadi penyebab selamatnya seseorang dari azab Allah
  6. Dengan bersyukur akan Allah tambahkan nikmat
  7. Allah memberikan ganjaran yang berlipat ganda di dunia dan di akhirat

Bagaimana cara agar menjadi golongan orang yang bersyukur?

  1. Senantiasa berterima kasih kepada orang lain
  2. Merasa cukup dengan pemberian Allah
  3. Mengingat-ingat nikmat yang Allah berikan
  4. Banyak mengingat Allah

Segolongan orang yang bersyukur ketika diberi ujian dan cobaan adalah segolongan orang yang paling mulia. Mereka menyadai keutamaan-keutamaan syukur sehingga tidak ada lagi yang bisa membuat mereka berpaling dari rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dari uraian di atas, dapat kita tarik ke dalam diri kita masing-masing, ada pada golongan yang manakah kita? Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang lemah.

Beberapa minggu terakhir di akhir tahun 2019 hingga di awal tahun 2020 musibah kembali menimpa saudara kita di berbagai wilayah, khususnya di daerah Jabodetabek. Mulai dari longsor hingga banjir bandang. Banyak yang kehilangan harta benda serta kehilangan anggota keluarga. Para relawan dan Para Pemangku Kekuasaan ikut serta menangani musibah tersebut.

Dengan hadirnya tulisan ini semoga menjadi nasihat berharga bagi penulis khususnya dan bagi seiap pembaca pada umumnya. Dengan menguatkan hati saat menerima musibah, semoga kita Allah izinkan berada pada golongan yang sedikit, yaitu golongan yang bersyukur meskipun telah ditimpa musibah.

Fastabiqul khairat.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini