Riausastra.com – Penghujung tahun yang mendung. Baru kemarin fenomena alam berupa gerhana matahari cincin berlalu. Banyak yang mengabadikan peristiwa langka tersebut ke dalam media dan akun digital sebagai ungkapan kekaguman pada peristiwa yang menakjubkan tersebut.

Banyak yang mengiringi rasa takjub tersebut dengan melaksanakan salat gerhana, lalu mengiringinya dengan istighfar dan taubat. Banyak juga yang menjadikan peristiwa gerhana matahari cincin sebagai waktu khusus untuk berdoa, meminta banyak kebaikan pada-Nya. Namun, banyak juga yang membuat perayaan yang disambut dengan teriakan kekaguman dan menyertainya dengan tarian. Ada pula yang tidak ambil pusing dengan peristiwa menggegerkan ini.

Gerhana matahari cincin mempertunjukkan pada penduduk langit dan bumi bahwa suasana terang-benderang langsung gelap gulita dalam waktu sekejap, dan tidak berapa lama kembali terang seperti sedia kala. Semua terjadi atas izin Allah Yang Maha Agung.

Pada suasana yang sendu hari itu, aku mencoba menata hati. Karena yang tersisa di dalam rasaku saat itu tinggal rasa rindu pada ibuku yang kini telah menjanda semenjak setahun yang lalu.

Ibuku menjalani hari-harinya dengan sangat tidak mudah. Ia yang dulunya kuat, kini terlihat rapuh. Ia yang dulunya ceria, kini terlihat banyak diam. Ia yang dulunya ramai, kini lebih banyak menyendiri. Semua karena ia merasa kehilangan yang teramat dalam setelah kepergian almarhum ayah dengan cara yang mendadak sekali di awal tahun 2019.

Jika ditanya doaku saat gerhana matahari cincin sedang berlangsung, aku ingin diampuni segala dosa demikian juga dosa kedua orang tuaku. Aku hanya bisa mengadukan isi hati dalam senyap bahwa aku merindukan ayah dan ibuku. Namun, apalah daya. Jarak teramat panjang memberi batas. Demikian juga kesempatan dan kemudahan materi. Semua serba terbatas.

Dalam suasana hati yang kelabu, aku memutar syair lagu Batak yang membuat rinduku semakin tak berujung. Berikut syair lagu yang dinyanyikan oleh Victor Hutabarat tersebut:

Anakkon Hi Do Hamoraon Diau

Ai tung so boi pe au lao da.
tu paredang edangan.
tarsongon dongan donganki da.
na lobi passarian.
alai sudena gellengki da.
dang jadi hahurangan.
anakkkon hi do naummarga di au.

nang so tarihut hon au pe angka dongan.
ndada pola marsak au disi.
alai anakhonki da dang jadi hatinggalan.
sian dongan mangodang na i.

hugogo pe massari arian nang bodari.
lao pasikkolahon gellekki.
naikkon marsikkola satimbo timbona.
sikkap ni natolap gogokki.

marhoi hoi pe au inang da.
tu dolok tu toruan.
mangalului ngolu ngolu na boi parbodarian.
asal ma sahat gellengki da sai sahat tu tujuan.
anakhonki do hasangapon di au.

ai tung soboi pe au marwolda.
marnilon mar jam tangan.
tarsongon dongan donganki da.
marsedan marberlian.
alai sudena gellengki da.
dang jadi hahurangan.
anakkkon hi do hamoraon di au.

nang so tarihut hon au pe angka dongan.
dada pola marsak au disi.
alai anakhonki da.dang jadi hatinggalan.
sian dongan mangodang na i.

hugogo pe massari arian nang bodari.
lao pasikkolahon gellekki.
naikkon marsikkola satimbo timbona.
sikkap ni natolap gogokki.

marhoi hoi pe au inang da.
tu dolok tu toruan.
mangalului ngolu ngolu na boi parbodarian.
asal ma sahat gellengki da sai sahat tu tujuan.
anakhonki do hasangapon di au.

anakhonki do hasangapon di au.

Bait demi bait, lamat-lamat kuhayati. Kuresapi setiap pesan yang ada dalam syair lagu berjudul Anakkon Hi Do Hamoraon Diau.
Aku teringat ketika ayah dan ibuku sering sekali menyenandungkan lagu ini di masa-masa aku dan saudaraku kecil hingga beranjak dewasa.
Ada semangat yang ingin mereka sampaikan pada kami, anak-anaknya, bahwa kamilah harta terbaik yang mereka miliki.

Saat disejajarkan dengan harta terbaik, biasanya harta benda akan mengalami penyusutan di kemudian hari. Berbeda jika harta terbaik adalah anak sendiri. Jika dijaga sepenuh hati dan dimbimbing dengan cara yang tepat, tidak akan pernah mengalami penyusutan. Justru akan menjadi investasi dunia berjangka hingga ke akhirat.

Pada bait pertama:
Orang tua sebagai tokoh utama dalam syair lagu, menyampaikan bahwa mereka sebenarnya sanggup untuk poya-poya dan bersenang-senang seperti teman-teman mereka yang memiliki kelebihan harta. Akan tetapi, mereka lebih memilih untuk menahan keinginan mereka agar bisa memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Mereka tidak ingin anaknya merasa kekurangan sebab bagi mereka anak lebih berharga dibandingkan harta benda dan kesenangan.

Pada bait kedua:
Orang tua menyampaikan isi hati mereka saat mereka tidak mampu mengikuti gaya teman-temannya dalam berpenampilan dan bergaya hidup mewah, maka orang tua tersebut tidak ambil pusing. Mereka santai saja asalkan anak-anaknya tidak ketinggalan zaman dari teman-teman sebayanya.

Bada bait ketiga:
Orang tua bertekad untuk bekerja lebih giat lagi tak kenal waktu. Semua mereka lakukan untuk mewujudkan harapan mereka agar anak-anaknya bisa sekolah setinggi-tingginya. Orang tua berjanji akan berjuang mewujudkan impian tersebut sedaya mampu mereka. Anak-anak mereka tidak perlu risau masalah biaya. Orang tua ini sudah meyakinkan bahwa di setiap ada kemauan pasti ada jalan yang akan ditunjukkan oleh Allah SWT.

Bait keempat:
Kedua orang tua itu berkata pada anak-anaknya bagaimana mereka berjuang dalam mencari kehidupan dan pendapatan yang layak agar cukup untuk membantu menyekolahkan anak-anaknya. Mereka tidak peduli betapa beratnya beban mereka, betapa lelahnya raga mereka, betapa kerasnya perjuangan mereka. Bagi mereka, anak-anaknya harus sukses dalam menggapai cita-cita. Karena apa? Karena kedua orang tua tersebut menganggap bahwa anak-anaknya adalah kebanggaan bagi mereka. Jika anak-anak mereka sukses, prestasi itu sudah cukup membayar semua rasa lelah mereka.

Bait kelima:
Meskipun kedua orang tua tersebut mampu membeli kain wol, benang nilon, dan jam tangan bermerek, tapi mereka lebih memilih untuk menahan selera mereka. Sekalipun teman-teman mereka hidup dengan kemewahan, punya mobil, serta berlian yang berkilau. Bagi kedua orang tua ini, biarlah mereka kekurangan, asal jangan anak-anaknya yang merasa kekurangan. Mereka bertekad menyekolahkan anak-anak mereka hingga sukses agar kehidupan anak-anaknya lebih baik dibandingkan kehidupan mereka. Saat anak-anaknya telah sukses dengan karirnya di masa yang akan datang, maka dengan bangga mereka akan mengatakan bahwa mereka telah berhasil mengantarkan anak-anaknya ke gerbang kesejahteraan. Semua ini karena mereka mengganggap bahwa kekayaan sejati adalah anak-anak mereka. Mereka percaya bahwa apabila anak-anak tersebut sukses di kemudian hari, maka mereka akan bisa hidup mandiri tanpa harus bergantung lagi pada orang tua. Justru, dengan perjuangan orang tua yang mengantarkan mereka ke pintu kesuksesan akan menjadi pengingat di hati anak-anaknya. Lalu, anak-anaknya pasti akan berlomba untuk merawat orang tuanya di masa tua mereka. Seperti kata pepatah “apa yang ditanam, itu yang akan dituai”.

Oleh sebab itu, jika orang tua benar-benar merasakan manfaat setelah berjuang untuk anak-anaknya, sesunguhnya hal tersebut adalah hasil dari didikan dan binaannya.

Begitulah ayah dan ibuku mengajarkan pada kami anak-anaknya tentang arti sebuah perjuangan. Ayah dan ibu selalu menguatkan anak-anaknya agar tidak tidak berhenti bercita-cita. Setiap anak pasti sudah membawa rezeki masing-masing.

Sederhana sekali mimpi kedua orang tuaku. Mereka tidak mengharapkan balasan harta dari anak-anaknya sekalipun mereka telah banyak berkorban harta untuk anak-anaknya. Bagi mereka, doa dari anak-anak mereka yang soleh dan solehah, itulah sebaik-baik bekal bagi mereka untuk menghadap Tuhannya.

Sebagaimana dalam hadist Nabi SAW bahwa apabila anak adam telah meninggal, maka putuslah segala perkara kecuali tiga hal, yaitu:

  1. Doa anak yang soleh
  2. Ilmu yang diajarkan
  3. Sedekah jariyah.

Menjelang akhir tahun yang sejuk, rindu di hatiku kubiarkan mengembara jauh menyusuri setiap sisi yang ada. Jauh sekali. Seperti kenyataan dan mimpi yang tidak bertemu titik akhirnya. Aku belajar menguatkan hati lewat doa-doa indahku untuk ayah ibuku yang tak pernah usai mencintai kami, anak-anaknya.

11 KOMENTAR

  1. Tulisan yang rinci nan panjang. Anak memang adalah harta yang yang kedatangannya selalu didamba, besarnya jadi kebanggaan, dan satu harapan yang akan memberikan selamat kepada orang tuanya di akhirat.

  2. Betul gan anak kita adalah pahala jariyah kita kelak. Maka dari itu didiklah anak-anakmu menjadi anak yang berbakti kepada kedua orangtuanya, sholeh dan sholehah.

  3. Harta yang paling berharga adalah keluarga, dalam keluarga sendiri terdapat anak yang melengkapi sebuah keluarga. Lagu daerahnya bagus ya, namun saat ini banyak anak muda yang sudah lupa akan hal ini. Tugas kita perlu mengajak anak supaya lagu tersebut tidak hilang, bahkan diklaim oleh orang

  4. pesan yang disampaikan lagu ini dalem banget, semoga kita tetap melestarikan kearifan lokal kita, melestarikan nili-nili yang baik dari pendahulu kita dan tidak melupakan lagu-lagu daerah, amiin

Tinggalkan Balasan ke Syahrul Batal membalas

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini