Cukup Jadi Manusia
Hey, sobat..
Aku lihat, kamu sedang asyik menikmati udara segar, makan besar bersama keluarga, dan malamnya tidur lelap berbuai mimpi
Aku juga tau, masalah bagimu hanya sebatas jenuh jika di sela-sela penghujung pekan, tak kau singgahi tempat-tempat yang menghibur hati
Maaf, jika hari ini kami mengusik waktumu
Sedikit meluahkan rasa menatap dera yang tak pernah jera
Kami hanya ingin kau memahami, ada luka yang tak pernah dibalut suka
Kami hanya ingin mengajakmu, menyaksikan kaki-kaki yang tak lagi diberi ruang untuk tegak berdiri
Ah…
Maaf…
Sekali lagi maaf…
Kami mungkin hanya beban pikiran untukmu
Kami hanya sebatas elegi yang dianggap sebagai seni
Kami juga hanya setumpuk duka yang menyita waktu-waktu pentingmu
Tapi,
Tak bisakah sedikit saja batinmu tersingkap?
Tak mampukan nuranimu ikut bicara?
Tak kuatkah tanganmu menghulur sekejap?
Untuk menatap muka-muka kesakitan yang menunggu aroma kematian di setiap sisi kota
Sadis!
Kejam!
Zalim!
Tercabik-cabik!
Bagai singa kelaparan mereka mengoyak-ngoyak jiwa kami
Kami yang tersedu dalam tangis
Teringat saat katamu kita adalah saudara
Dalam diam dan sikap tenangmu
Aku semakin tak tau
Sebenarnya, saudaramu itu kamikah,
Atau mereka?