Riausastra.com – Saat berada di pantai, kerap kali merindukan kesejukan pegunungan
Saat berada di pegunungan, kerap kali merindujan kehangatan pantai
Saat berada di lautan, kerap kali merindukan kedamain daratan
Saat berada di daratan, kerap kali merindukan keindahan lautan
Saat berada di bawah, kerap kali merindukan posisi tinggi
Saat berada di ketinggian, kerap kali merindukan kenyamanan di bawah
Saat berada di keramaian, kerap kali merindukan tenangnya kesunyian
Saat berada di kesunyian, kerap kali merindukan berkumpul dalam keramaian
Saat berada dalam waktu istirahat, kerap kali merindukan waktu sibuk
Saat berada dalam waktu sibuk, kerap kali merindukan waktu untuk beristirahat
Saat berada dalam kebersamaan, kerap kali merindukan suasana kesendirian
Saat berada dalam suasana sendiri, kerap kali merindukan asyiknya kebersamaan
Saat musim hujan turun, kerap kali merindukan musim kemarau
Saat musim kemarau, kerap kali merindukan musim hujan
Begitulah kehidupan. Tidak pernah merasa cukup dengan yang dimiliki saat ini. Sehingga sering mendambakan yang belum dimiliki, namun lupa mensyukuri yang telah dimiliki.
Seperti kata pepatah Arab bahwa menginginkan dunia ibarat meneguk air laut. Semakin diminum akan terasa semakin haus. Begitu juga saat mendambakan dunia. Tiada kesudahan untuk memiliki lebih dan lebih lagi. Padahal, yang belum dimiliki belum tentu baik untuk dimiliki, sedangkan yang sudah dimiliki seharusnya dinikmati saja karena bisa jadi itu yang terbaik untuk dimiliki.
Lantas, yang salah siapa? Bukan musim yang harus disalahkan. Bukan juga suasana. Bukan pula suatu tempat. Apalagi orang lain. Sudah semestinya melirik ke dalam hati kita masing-masing. Yang selalu kita rindukan belum tentu membawa kebaikan untuk diri sendiri.
Lalu, apa yang harus dilakukan jika hati terus-menerus mendambakan banyak hal? Ayo, sama-sama kita merenung sejenak, mengingat tentang hari ini. Hanya hari ini saja. Mengapa? Karena hari yang berlalu sudah tentu bukan milik kita lagi dan hari yang akan datang belum tentu menjadi bagian dari episode kehidupan kita.
Hanya hari ini saja. Dengan hari ini saja, kita bisa melihat banyak hal ke dalam diri kita. Mulai dari nikmat bernafas, nikmat bergerak bebas, nikmat bisa melihat, nikmat bisa berbicara mengutarakan isi hati dan mengekspresikan perasaan, nikmat bisa menatap suami dan anak-anak, nikmat masih kuat untuk memasak, nikmat masih sanggup untuk merapikan rumah, nikmat masih bisa memeluk orang-orang tercinta, nikmat masih bisa makan. Dll. Tidak cukup dinding tulisan ini untuk menceritakan banyaknya nikmat Allah pada hari ini saja. Lalu, sudahkah kita mensyukurinya? Bagaimana jika kenikmatan-kenikmatan yang banyak ini Allah ambil satu saja? Sudah pasti diri kita akan sulit menerima.
Terjawab sudah, sebenarnya yang benar-benar kita rindukan hanyalah rasa syukur yang mendarah daging dan mengakar kuat dalam dada kita. Jika rasa syukur telah tersemat, apapun, dimanapun, kapanpun, dengan siapapun, pasti semua akan terasa berharga, semua akan terasa bermakna, dan semua akan terasa indah. Sejak detik yang berharga ini, mari kita rindui rasa syukur yang telah lama pergi dari dalam hati kita. Setelah itu, kita ajak rasa syukur untuk kembali pulang dan mendiami hati kita, selamanya.
#MariBersyukur