Riausastra.com – Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 2010, pengertian cagar budaya adalah ”Warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memilikin nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.”
Berdasarkan pengertian di atas, Monumen Kereta Api di Kota Pekanbaru telah diresmikan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau menjadi Cagar Budaya Indonesia tidak Bergerak Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

Cagar Budaya Monumen Kereta Api
Monumen Kereta Api yang beralamat di Jalan Kaharuddin Nasution, Simpang Tiga, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dinyatakan sebagai Cagar Budaya dengan Nomor Inventaris Cagar Budaya: 04/BCB-TB/B/01/2014. Ukuran (luas) Situs Cagar Budaya Monumen Kereta Api berada di lahan berukuran 45,6 m x 33,5 m. Bangunan berupa:
- Lokomotif : panjang = 8,66 m, lebar = 2,45 m, tinggi = 3,7 m.
- Gerbong : panjang = 4,93 m dan lebar = 2,13 m
- Monumen : panjang = 19,1 m, lebar = 4,98 m, dan tinggi = 1,86 m.

Monumen Kereta Api merupakan bukti sejarah di masa penjajahan Belanda dan Jepang. Pada masa pendudukan Kolonial Belanda, pembangunan jalur kereta api yang melalui Muarakalaban-Muaro-Pekanbaru telah direncanakan oleh Belanda. Namun, pada realitanya. jalur kereta api sepanjang 246 kilometer tersebut dibangun oleh dua pihak dan dua masa yang berbeda, yaitu di masa penjajahan Belanda dan masa penjajahan Jepang.
Masa Penjajahan Belanda
Pada masa pendudukan Belanda di Indonesia, Belanda membuat perencanaan pembangunan jalur kereta api untuk mengangkut hasil tambang batubara dari Sawahlunto, Sumatera Barat. Pembangunan jalur kereta api tersebut dirancang oleh Perusahaan Staatsspoorwegen ter Sumatera’s Westkust dengan segmen Muarakalaban-Muaro pada tahun 1920. Setelah sukses membangun jalur kereta api Muarakalaban-Muaro, pada 1 Maret 1924 jalur tersebut dibuka. Selanjutnya, Staatsspoorwegen ter Sumatera’s Westkust membuat perencanaan pembangunan megaproyek jalur kereta api Trans Sumatera dari Muaro-Pekanbaru.

Staatsspoorwegen ter Sumatera’s Westkust merupakan perusahaan yang mengoperasikan jalur-jalur kereta api di Sumatera Barat untuk mengangkut penumpang, hasil bumi, dan batu bara di Wilayah Sumatera Barat. Penjajah Belanda melihat potensi alam yang berada di Batang Ombilin, Sawahlunto, sebagai sumber kekayaan yang akan mereka kuasai dari negeri ini. Oleh karena itu, perusahaan Staatsspoorwegen ter Sumatera’s Westkust didirikan untuk mengatur pengoperasian tambang batubara dengan kualitas terbaik dan hasilnya sudah pasti untuk kemakmuran negara penjajah sendiri.
Masa Penjajahan Jepang
Pada masa penjajahan Jepang, Belanda menyerahkan kekuasaan kepada Jepang karena pada tahun 1942, Belanda merupakan salah satu negara maju yang mengalami “depresi besar” akibat Perang Dunia II. Belanda dan negara-negara maju lainnya mengalami krisis. Melihat kesempatan emas seperti ini, Jepang langsung mengambil peran untuk menjajah Bangsa Indonesia.
Rencana pembangunan jalur kereta api Segmen Muaro-Pekanbaru dipelopori oleh Rikuyu Sokyoku pada 24 Mei 1944. Jepang melihat peluang batu bara yang harus segera dieksekusi oleh negaranya karena energi batu bara sangat dibutuhkan untuk keperluan perang. Tanpa perhitungan dan tanpa pikir panjang, Jepang menggunakan romusha (rakyat pribumi yang dijadikn kerja paksa) dan tawanan perang sebagai pekerja.

Pembangunan jalur kereta “Muaro-Pekanbaru” dibuat asal-asalan. Bantalan rel dibuat dari kayu tanpa memikirkan kondisi geografis wilayah Riau yang banyak sekali rawa dan hutan. Seperti halnya di daerah Logas. Konstruksi kereta api sangat buruk sehingga kereta yang ditumpangi oleh para romusha anjlok dan jatuh ke jurang.
Jalur kereta api Segmen Muaro-Pekanbaru akhirnya ditutup pada bulan September 1945 setelah Bangsa Indonesia mengikrarkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Dari dua sejarah pembangunan Segmen Kereta Api di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para penjajah membuat jalur kereta api untuk merampas kekayaan negeri ini dan digunakan untuk kesejahteraan negaranya. Keberadaan lokomotif, beberapa gerbong, dan rel yang masih tersisa menjadi saksi sejarah betapa beratnya perjuangan rakyat Indonesia di kala itu.
Perlukah Cagar Budaya Monumen Kereta Api dirawat?
Belajar dari kisah perjuangan para pahlawan bangsa, sungguh tidak mudah berada di posisi mereka. Tidak hanya berkorban waktu luang, para Kusuma Bangsa telah mengorbankan segalanya termasuk harta benda, waktu, kebahagiaan, bahkan jiwa dan raga untuk mempertahankan negeri ini hingga sampai pada Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagai generasi muda, kita selayaknya bertanya pada hati kecil kita masing-masing,:
- “Perlukah Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Pekanbaru dirawat?”
- “Bagaimana cara merawat Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Pekanbaru?”
Berangkat dari pertanyaan di atas, maka sebagai seorang generasi bangsa, maka Saya mewakili seluruh generasi muda untuk memberikan jawaban berikut:
- Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Pekanbaru perlu dirawat oleh pemerintah dan masyarakat.
- Cara merawat Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Pekanbaru adalah sebagai berikut:
a. Melakukan pelestarian oleh pemerintah
- Membuat peraturan
Pemerintah merupakan instansi yang berhak mengeluarkan kebijakan. Untuk melestarikan Monumen Kereta Api, maka Pemerintah Kota Pekanbaru mengeluarkan peraturan sebagaimana peraturan yang tertera pada plang berikut:

“Pemberitahuan! Setiap orang yang dengan sengaja merusak Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 66 ayat (1) dipidana dengan pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lambat 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling sedikit Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) KUHP 105 No.11 Tahun 2010.
- Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi merupakan cara untuk memberikan informasi serta cara menjaga Cagar Budaya Kereta Api beserta seluruh situs bersejarah yang berada di sekitar Cagar Budaya Monumen Kereta Api. Dalam hal ini dilaksanakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru kepada seluruh elemen masyarakat. Misalnya, sosialisasi ke sekolah-sekolah, ke kantor-kantor kecamatan yang akan diteruskan kepada para lurah serta para Ketua RW dan para Ketua RT, sehingga informasi tersebut sampai kepada seluruh lapisan masyarakat.
- Melindungi
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekanbaru mengeluarkan peraturan dengan tujuan melindungi Cagar Budaya Monumen Kereta Api. Selain itu, Monumen Kereta Api dijaga oleh petugas agar setiap pengunjung tidak berbuat semena-mena dan sesuka hati. Cara lain untuk melindungi Monumen Kereta Api dari kemusnahan adalah dengan merawat fisik seperti: mengecat ulang monumen, gerbong, serta lokomotif. Lalu, setiap lukisan relief yang berada di dinding monumen diperhatikan agar kisah yang berada di dalam relief tersebut tidak hilang ditelan waktu.

- Mengembangkan
Cagar Budaya Monumen Kereta Api dikembangkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dengan cara menyatukan lokasi monumen dengan Taman Makam Pahlawan Kerja. Monumen Kereta Api merupakan bukti sejarah kejamnya masa penjajahan Belanda dan Jepang, maka Taman Makam Pahlawan merupakan pelaku sejarah yang bertaruh nyawa dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia di Provinsi Riau.
Ketika para wisatawan atau para pengunjung ingin melihat Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Kota Pekanbaru, para pengunjung tidak hanya dapat mengetahui satu situs sejarah. Para pengunjung bisa sekaligus melihat Taman Makam Pahlawan Kerja yang berada satu lokasi dengan Monumen Kereta Api. Para pengunjung juga dapat menggunakan Taman Makam Pahlawan Kerja sebagai tempat kegiatan sosial sekaligus berziarah ke makam para pahlawan.

Dengan lokasi Cagar Budaya Monumen Kereta Api dan Taman Makam Pahlawan Kerja yang berada di pinggir jalan raya, membuat situs bersejarah ini sangat mudah untuk dijangkau apalagi posisi kedua situs tersebut dekat sekali dengan Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Pekanbaru.
- Memanfaatkan
Pemerintah Kota Pekanbaru dalam hal ini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata telah memberikan kesempatan bagi para pengunjung untuk memanfaatkan Cagar Budaya Monumen Kereta Api sekaligus Taman Makam Pahlawan Kerja untuk menjadi lokasi belajar mengenai sejarah perjuangan romusha atau para Pahlawan Kerja dalam upaya kerja paksa saat membangun jalur kereta api dari Muaro hingga ke Kota Pekanbaru.
Selain itu, para pengunjung bisa menambah wawasan tentang keberadaan jalur kereta api di Kota Pekanbaru, meskipun pada masa sekarang tidak ditemukan lagi bekas rel kereta api tersebut di Kota Pekanbaru.
b. Melakukan pelestarian oleh masyarakat
- Sosialisasi
Setelah sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah sampai kepada seluruh lapisan masyarakat mengenai keberadaan Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Kota Pekanbaru, maka tugas para pelajar dan para orang tua yang akan menyampaikan informasi tersebut kepada anggota keluarganya. Dengan demikian, setiap orang tua akan mengajarkan kepada keluarganya untuk melestarikan Cagar Budaya Monumen Kereta Api sebagai bukti sejarah di masa lampau. Dengan demikian, setiap orang akan menyadari bahwa Cagar Budaya Monumen Kereta Api tersebut harus dijaga sebagai pengingat buat generasi kita di masa yang akan datang agar tidak melupakan sejarah.
- Melindungi
Peran serta masyarakat sangat menentukan kelestarian Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Pekanbaru. Masyarakat diizinkan untuk berkunjung ke situs bersejarah tersebut untuk melihat dan mengambil hikmah dari setiap yang pelajaran berharga yang ada dalam situs.

Para pengunjung bebas melihat lokomotif tua tersebut dan bebas menyaksikan lukisan relief di dinding monumen. Isi relief tersebut menceritakan perihnya perjuangan para Pahlawan Kerja saat dipaksa membangun jalur kereta api Muaro-Pekanbaru. Jalur kereta ini merupakan jalur terpendek di antara semua jalur kereta api, namun paling banyak menelan korban jiwa, yaitu ratusan ribu romusha.
Para romusha dibawa ke hutan untuk mengambil kayu di hutan untuk dijadikan sebagai perlengkapan pembuatan rel kereta api. Setiap hari para romusha dipaksa bekerja tanpa diberi makanan yang layak dan upah. Para romusha banyak yang berpenyakit karena kekurangan gizi, kelelahan, serta mati kelaparan. Di luar kematian yang tragis itu, para romusha juga dicambuk dan disiksa dengan sangat keji oleh penjajah Jepang. Hanya tiga tahun Jepang berkuasa di Indonesia, namun penderitaan Bangsa Indonesia sangat luar biasa.
Sejarah ini perlu diketahui oleh seluruh masyarakat Indonesia bagaimana penjajah, khususnya Jepang, sangat sadis memperlakukan Rakyat Indonesia demi memuaskan hasrat busuk para penjajah. Para generasi muda sudah seharusnya bangkit dan saling menguatkan serta bahu membahu melindungi negeri yang kita cintai ini, mengisi kemerdekaan dengan hal-hal bermanfaat dan bermartabat agar jangan sampai dijajah kembali.
- Mengembangkan
Masyarakat melalui komunitas-komunitas pecinta sejarah dan komunitas-komunitas pegiat literasi bisa membuat kegiatan sosial untuk memperkenalkan situs bersejarah khususnya Cagar Budaya Monumen Kereta Api kepada anak-anak, pelajar, para remaja, dan para orang tua.
Orang-orang yang bergabung dalam komunitas-komunitas tersebut membuat tulisan tentang Cagar Budaya Monumen Kereta Api lalu dibagikan melalui media sosial seperti facebook, twitter, blog, whatsaap group, instagram, dll. Para pelajar dan para remaja juga sudah seharusnya mengembangkan pengetahuan dan pelestarian situs bersejarah tersebut dengan membuat kerativitas yang menarik melalui konten video, film pendek, iklan layanan masyarakat, vlog, dll. Lalu mengunggahnya ke media sosial seperti youtube.
Untuk para guru di sekolah, bisa memberikan arahan kepada siswa-siswa untuk melakonkan seni drama yang mengisahkan perjuangan para romusha yang gugur sebagai kususma bangsa. Bisa juga mengajak murid-murid untuk story telling mengenai situs bersejarah yang ada di kawasan Jalan Kaharuddin Nasution tersebut.

Dengan berbagai cara di atas, kelestarian Cagar Budaya Monumen Kereta Api akan benar-benar terjaga, terawat, dan berkembang informasinya di jagad dunia maya dan dunia nyata.
- Memanfaatkan
Para pengunjung bisa memanfaatkan lokasi Cagar Budaya Monumen Kereta Api yang berada satu lokasi dengan Taman Makam Pahlawan Kerja untuk menggali nilai sejarah. Para generasi muda seharusnya tidak hanya memanfaatkan situs bersejarah tersebut untuk swafoto. Namun, ada pelajaran yang sangat berharga di sana. Sebagaimana puisi yang tertulis dalam tugu batu berikut:
PAHLAWAN KERJA
Wahai Kusuma Bangsa
Anda diboyong Jepang penguasa
Bekerja bekerja bekerja
Nasibmu dihina para
Jasadmu tak kulit terurai tulang
Di sini Anda rehat bersama
Tanpa tahu keluarga
Tak ada nama dan upacara
Namun jasadmu dikenang bangsa
Andalah Pahlawan Kerja
Ya Allah keharibaan-Mu Kami persembahkan mereka ampunilah
Rahmatilah mereka
Simpang Tiga, 10 Nopember 1978
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Riau
H.R. Soebrantas Siswanto
Gubernur Riau, H.R. Soebrantas Siswanto, pada tahun 1978 menyampaikan kepada para generasi muda bahwa Pahlawan Kerja yang gugur dan dimakamkan di lokasi situs bersejarah tersebut bahwa generasi muda di masa kini selayaknya berupaya menanamkan jiwa patriotisme dalam diri masing-masing agar kelak generasi muda bermanfaat bagi generasi yang akan datang sebagai pewaris negeri ini.

Dengan maraknya generasi Milenial dan generasi Zilenial, sudah selayaknya harus bisa menuliskan kembali tentang sejarah perjuangan Para Pahlawan Kerja yang diabadikan melalui Cagar Budaya Monumen Kereta Api di Simpang Tiga, Kota Pekanbaru. Tulisan tersebut bisa berupa karya sastra (cerpen dan novel), puisi, artikel, opini, esay, dll. Suatu hari nanti, tulisan-tulisan ini akan abadi dan dikenang oleh generasi yang akan datang dan mereka juga akan mengambil manfaat dan pelajaran berharga dari tulisan tersebut.
Dari pemaparan di atas, membuktikan bahwa Penulis berharap agar Cagar Budaya Monumen Kereta Api dirawat dan dilestarikan sebagai kekayaan budaya. Dengan mengambil berbagai pelajaran berharga yang tertera di dalamnya, semoga bisa menjadi sarana pembelajaran untuk menjadi bekal di masa yang akan datang.
Adakah Bagian dari Cagar Budaya Monumen Kereta Api yang Hampir Musnah?
Menjawab pertanyaan di atas, maka penulis mengatakan “ADA”. Mengapa? Karena keberadaan dari bagian kereta api bersejarah tersebut ada yang masih dibiarkan hampir musnah. Ada tiga hal yang menyebabkan Cagar Budaya Kereta Api hampir musnah, yaitu:
- Perusakan
Bagian dari kereta api bersejarah tersebut hampir musnah karena masyarakat yang tidak menyadari nilai sejarah perjuangan para Pahlawan Kerja. Para oknum telah merusak bagian dari tubuh kereta api yang letaknya masih teronggok di luar lokasi Cagar Budaya Monumen Kereta Api. Banyak bagian dan besi-besi kereta tersebut yang diambil dan dirusak oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
- Jual beli
Selain merusak, oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab juga memperjual belikan bagian kereta api bersejarah tersebut untuk memperoleh keuntungan pribadi. Mereka tidak menyadari betapa berharganya sebuah sejarah yang telah menjadi warisan untuk negeri ini.
- Biaya pemeliharaan
Bagian dari tubuh kereta api yang tidak dirawat tersebut, dibiarkan teronggok dan tidak disatukan dengan lokomotif yang ada di lokasi Cagar Budaya Monumen Kereta Api. Biaya pemindahan dan pemeliharaan bagian dari tubuh kereta api tersebut selayaknya menjadi perhatian buat pemerintah Provinsi Riau. Jangan sampai alasan ketiadaan biaya perawatan menjadi penyebab musnahnya benda-benda bersejarah tersebut karena dibiarkan rusak dan berkarat.
Selayaknya negeri kita berlajar dari Penjajah Belanda yang sangat menghargai peninggalan-peninggalan sejarah baik berupa naskah maupun benda. Naskah-naskah kuno dan barang-barang bersejarah milik Bangsa Indonesia diambil dan dikoleksi oleh Belanda dalam sebuah Museum di Leiden sehingga Universitas Leiden berkembang menjadi pusat pengetahuan terkemuka tentang studi Asia Tenggara dan Indonesia. Penjajah Belanda mengatakan dalam sebuah teks “Indonesia merupakan permata kita yang paling berharga”.

Perlakuan Bangsa Belanda terhadap Bangsa Indonesia ditulis oleh Eduar Douwes Dekker yang dikenal dengan nama pena Multatuli dalam sebuah novel Sastra Belanda yang sangat terkenal dengan judul Max Havelaar.
Uraian di atas menggambarkan bahwa bangsa asing sangat mencintai peninggalan sejarah dan karya-karya sastra anak negeri. Sudah selayaknya generasi muda menjaga seluruh warisan budaya agar tidak diambil lagi oleh Bangsa Asing.
Sangat disayangkan jika bagian dari benda bersejarah berupa lokomotif dan gerbong kereta api tersebut masih dibiarkan tercecer dan tidak diabadikan serta tidak dirawat dalam cagar budaya. Berikut bagian dari tubuh kereta api bersejarah di Riau yang hampir musnah:
1. Lokomotif di Rumah Warga
Berdasarkan informasi dari medai online detikNews pada 10 Nopember 2017 dengan judul berita “Kenang Jasa Pahlawan, Desi Simpan Lokomotif Penjajah di Rumahnya” bahwa masih ada bagian dari lokomotif kereta api yang tidak dijadikan sebagai cagar budaya. Lokomotif tersebut berada di dapur rumah warga bernama Bu Desi yang beralamat di Jalan Tanjung Karang , Kelurahan Pesisir, Kecamatan Lima Puluh Kota, Kota Pekanbaru. Kondisi lokomotif tersebut sudah rusak parah.

2. Lokomotif tipe C di Lipat Kain, Riau
Lokomotif tersebut teronggok di bekas jalur kereta api Muaro-Pekanbaru. Kondisi lokomotif sudah rusak parah dan berkarat. Sumber: Wikipedia (20/11/2019)

Kedua benda di atas merupakan bagian dari kereta api bersejarah yang hampir musnah karena tidak dirawat dan tidak dimasukkan ke dalam cagar budaya. Melalui tulisan ini, Penulis berharap pesan ini sampai kepada Para Pemangku Kebijakan agar memberikan perhatian khusus pada benda-benda di atas dan layak dijadikan sebagai bagian dari Cagar Budaya Monumen Kereta Api. Tujuannya adalah agar generasi masa kini tidak melupakan sejarah seperti pesan Ir. Soekarno, “Jas Merah (Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah!)”
Kepada seluruh masyarakat Indonesia, mari ikut serta berpartisipasi dalam mengikuti Kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia: Rawat atau Musnah!” Saat mengikuti kompetisi ini, kita telah ikut serta menunjukkan kepedulian kita terhadap Kelestarian Cagar Budaya Indonesia. Dengan melestarikan Cagar Budaya Indonesia, kita telah berperan dalam menjaga aset budaya, menjaga sejarah, menguatkan rasa persatuan dan kesatuan, serta membantu peran pendidikan dalam mendidik anak bangsa.

Sedih bener kondisi ini, rumputnya tinggi. apalagi museum yang di sudirman itu mbak yangbdepannya ada pesawar. duh miris padahal di tengah kota.
kalau Cagar Budaya Museum Kereta Api ini sudah benar-benar dirawat, Mbak. kemarin ke sana, lokasi bersih dan rapi..
Seru juga lihat jalur kereta apinya. Memang sih dahulu kereta api jadi transportasi paling favorit sampai sekarang.
Apik ceritanya mbak.
Kereta api yang tinggal cerita dan sejarah, Mas
Bahkan banyak generasi milenial di Riau yang tidak tahu bahwa dulu di Riau ada jalur kereta api
Terima kasih atas apresiasinya ya mas..