Riausastra.com – Indonesia merupakan negara maritim atau negara perairan. Wilayah daratan di Indonesia berbentuk pulau-pulau. Kondisi geografis ini menjadi fokus utama bagi Kementerian Perhubungan di negara ini. Peran aktif Kementerian Perhubungan menjadi penentu kualitas perkembangan negara baik di bidang sektor ekonomi dan pariwisata, sektor ketahanan negara, sektor peningkatan kualitas masyarakat, sektor sosial budaya, serta sektor pembangunan.
Sesuai dengan misi pertama Kementerian Perhubungan, yaitu: Meningkatkan keselamatan dan kemanan transportasi dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi, maka dalam upaya mengurangi atau menurunkan tingkat kecelakaan dari sektor transportasi, pemerintah terus berupaya secara bertahap membenahi sistem kesalamatan dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja bertumpu pada penyediaan fasilitas keselamatan dan keamanan namun peningkatan kualitas SDM transportasi, pembenahan regulasi di bidang keselamatan dan keamanan maupun sosialisasi kepada para pemangku kepentingan. Dalam Buku Profil Kementerian Perhubungan: halaman 7 (diakses pada 09/11/2019).
Berangkat dari misi Kementerian Perhubungan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerintah dalam hal ini, Kementerian Perhubungan, berupaya meningkatkan kualitas perhubungan dengan membenahi sistem keamanan, pelayanan, serta kenyamanan bagi masyarakat luas. Upaya ini sesuai dengan pesan makna yang terdapat dalam lambang dan logo Kementerian Perhubungan. Berikut pemaparan tentang lambang dan logo Kementerian Perhubungan yang dikutip dari situs Kemenhub.
Makna unsur-unsur pada lambang Kemenhub ialah :
- Tujuh helai sayap kiri dan kanan bermaknakan Sapta Prasetya KORPRI
- 24 gigi roda bermaknakan aparatur perhubungan menjalankan tugasnya selama 24 jam terus menerus melayani masyarakat
- Lima helai ekor bernamakan 5 Citra manusia Perhubungan
- Peka terhadap keluhan masyarakat namun tetap memancarkan kepribadian yang ramah
- 45 butir padi 17 buah kapas yang diikat oleh simpul pita berbentuk angka bermakna tanggal, bulan dan tahun proklamasi RI yaitu 17-8-1945
- Warna lambang terdiri dari warna biru tua yang melambangkan suasana kedamaian yang terwujud dengan pelayanan jasa angkutan yang dilayani dengan tertib, teratur, cepat, tepat, aman dan nyaman dan warna kuning emas melambangkan kejayaan dan keagungan alam semesta.
Arti dari unsur Logo Perhubungan ialah :
- Roda bergigi berarti matra Perhubungan Darat
- Jangkar berarti matra Perhubungan Laut
- Burung Garuda berarti matra Perhubungan Udara
- Bulatan bumi berarti lingkup pelayanan jasa Perhubungan
- Warna logo terdiri dari warna biru langit (cerulean blue) berarti kedamaian dan kuning berarti keagungan.
Berkaitan dengan keselamatan, keamanan, dan kenyamanan dalam transportasi, maka pada tulisan ini akan difokuskan pada sarana transportasi udara. Mengapa? Karena ada ketertarikan tersendiri bagi Saya mengingat menggunakan fasilitas perhubungan udara adalah pengalaman pertama yang Saya rasakan hingga menginjak usia 32 tahun.
Pada tanggal 5 Oktober 2019, Allah memberikan karunia terindah di tahun ini. Tulisan Saya yang berjudul “Literasi di Kalangan Peserta Aksi” dimuat di media online Bertuahpos.com, dan terpilih menjadi nominasi pemenang Lomba Jurnalistik Kategori Opini yang ditaja oleh Dirjen PAUD Pendidikan Keluarga Kementerian Pendidikan. Pada hari tersebut, Saya berangkat dari Pekanbaru menuju Kota Jakarta. Pengalaman berharga itu berawal dari kisah ini.
Pukul 12.00, Saya sudah berada di Bandara Internasional Sutan Syarif Kasim II untuk segera melakukan chek in tiket pesawat dengan maskapai Batik Air. Setelah selesai, koper mini sudah dimasukkan dalam daftar bagasi. Selanjutnya, calon penumpang akan menaiki lantai tiga menuju ruang tunggu.
Sebelum menaiki eskalator, Saya menatap ke arah luar ruangan chek in yang dibatasi dengan dinding kaca. Di sana, suami dan anak-anakku yang masih kecil-kecil melambaikan tangan ke arahku dengan segaris senyuman di wajah mereka. Hati ini terasa teriris sembilu. Saya membalas lambaian tangan mereka dengan perasaan yang bercampur aduk. Di satu sisi, ada kebahagiaan yang memenuhi bilik hatiku karena perjalanan ini adalah sebuah hadiah karena prestasi. Sedangkan dalam bilik hati yang lain tersimpan perasaan bersalah karena harus merelakan diri berjauhan dengan anak-anak walaupun hanya selama tiga hari. Tidak terasa air bening di wajah ini menganak sungai.
Saya mencoba menguatkan hati untuk terus melangkah. Perjalanan ini bukanlah perjalanan biasa. Ditambah lagi semua biaya akomodasi ditanggung oleh panitia. Dan yang paling istimewa adalah saat suami meridhoi perjalanan ini. Dengan sepenuh hati, beliau siap menggantikan peranku mengurus kelima buah hati kami.
“Bismillahirrahmanirrahim,” ucapku mantap.
Di ruang tunggu, Saya membaca boarding pass yang berisi tentang informasi jadwal penerbangan dan perkiraan tiba di tempat tujuan. Dengan membangun segenap rasa percaya diri, Saya mencari papan informasi tentang daftar penerbangan dan kota tujuan. Dengan sigap, Saya membaca kode ID 6855 tujuan Jakarta. Ternyata pesawat delayed sekitar setengah jam karena kendala perjalanan sebelum pesawat landing di Bandara Sultan Syarif Kasim II. Saya sangat memaklumi hal itu. Namanya sebuah perjalanan, pasti akan ada aral melintang di luar prediksi dan rencana.
Tepat pukul 12.55 seluruh penumpang dipersilakan untuk boarding melalui pintu 2. Sebenarnya, Saya tidak memahami makna boarding tersebut. Karena posisi Saya sedang standby di dekat petugas, Saya santai saja dan tidak bertanya makna boarding tersebut. Dengan perasaan yang masih ling lung sebab ini merupakan pengalaman pertama, Saya menyerahkan boarding pass dan KTP kepada petugas. Petugas kembali memeriksa tubuh penumpang dengan alat detektor. Setelah selesai, Saya segera menuju terowongan yang terhubung langsung ke pintu pesawat. Ada kekaguman tersendiri dalam hati ini selama melewati semua proses. Disiplin, ketelitian, kecanggihan peralatan, serta pelayanan yang maksimal membuat ada rasa bangga dalam hati. Ternyata kelebihan-kelebihan ini yang membuat setiap orang merasa berkelas saat melakukan perjalanan lewat jalur udara.
Disambut oleh pramugari cantik berseragam batik pada bagian roknya, Saya kembali menunjukkan boarding pass dan KTP. Setelah diperiksa, Saya langsung menuju nomor kursi sesuai yang tertera di dalam boarding pass.
Duduk menghadap monitor layar sentuh yang menempel di kursi depan masing-masing penumpang, membuat Saya agak ragu menekan layar tersebut. Saya akui, Saya benar-benar “katrok” dan ketinggalan zaman. Akan tetapi, perasaan ini segera menggelitik hati Saya. Benar sekali kata pepatah bahwa pengalaman adalah guru yang paling berharga.
Pintu pesawat sudah ditutup. Para pramugari memberikan aba-aba, menjelaskan secara detail berupa letak pintu-pintu dan jendela-jendela darurat yang berada di badan pesawat, serta menguraikan informasi tentang perjalanan dan peraturan-peraturan selama di pesawat terkait tidak boleh merokok dan harus mematikan internet dari telepon genggam karena kesalahan-kesalahan tersebut dapat mengganggu penerbangan. Selain itu, beberapa pramugari cantik itu mempraktekkan cara penggunaan sabuk pengaman, alat bantu pernafasan, dan baju pelampung. Sungguh berkelas ditambah lagi dengan kemampuan mereka berbahasa asing. Saya merasa sangat beruntung hari itu karena pihak maskapai sangat maksimal dalam upaya menjaga keselamatan, keamanan, dan meprioritaskan kenyamanan penumpang.
Tidak hanya sampai di situ. Setelah pesawat berhasil take off sempurna, para pramugari menyediakan kudapan dan air mineral untuk setiap penumpang.
“Mejanya silakan dibuka!” ucap seorang pramugari dengan lemah lembut dan segaris senyuman manis.
Saya masih memperhatikan bahwa seorang bapak yang duduk di sebelah saya sudah membuka mejanya dan menyalakan layar monitor dengan informasi peta perjalanan pesawat. Di sebelah si bapak, seorang wanita juga membuka mejanya dan memilih channel film Amerika.
Saya berupaya menekan meja yang tersandar di badan kursi penumpang di hadapan Saya. Ternyata meja tersebut tidak juga terbuka. Melihat hal tersebut, pramugari cantik itu memutar cantolan ke arah kanan, lalu meja itu pun terbuka. Saya malu. Ketahuan baru perdana merasakan perjalanan lewat udara. Tapi, Saya tetap berbangga dengan pengalaman ini. Sesuatu yang belum Saya ketahui, menjadi pelajaran baru buat Saya dan akan jadi bahan tulisan bagi Saya di kemudian hari tentang ke-katrok-an ini.
Setelah mengawali bismillah, Saya memakan kudapan yang disediakan oleh pramugari tersebut. Saya belajar menemukan sesuatu di layar monitor. Dengan memberanikan diri, Saya memilih channel yang menayangkan peta perjalanan. Dalam layar tersebut, tampak posisi rute perjalanan pesawat dari Pekanbaru menuju Kota Jakarta.
Dalam waktu tempuh satu jam empat puluh menit, kru pesawat kembali menginformasikan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang. Kekaguman itu kembali muncul dalam benak Saya saat menyaksikan betapa luas dan megahnya bandara ini. Kedatangan melewati Terminal II dan siap-siap menunggu barang yang dikeluarkan dari bagasi pesawat. Aku menunggu barang dengan memperhatikan papan informasi sesuai armada penerbangan sebab di terminal tersebut terdapat banyak sekali tempat menunggu bagasi.
“Ummi sudah tiba di Sukarno-Hatta, Bi. Alhamdulillah,” ucapku bahagia.
“Alhamdulillah. Bagaimana perasaannya saat naik pesawat tadi?” tanya suamiku.
“Ummi gamang, Bi. Hahaha,” akuku jujur.
Suamiku tertawa karena beliau sudah sering sekali menggunakan jalur udara ke berbagai propinsi dalam berbagai kesempatan. Lelaki itu mengabarkan kondisi anak-anak yang mulai merindukan Umminya. Air mataku kembali meleleh.
“Bi, tadi Ummi ke toilet dulu saat baru tiba di bandara ini. Ummi nggak tahu apakah barang Ummi sudah lewat atau belum. Kalau sudah lewat, kemana Ummi cari?” saya mengadu dengan sangat polosnya.
“Tunggu saja di situ, Sayang. Barang yang sudah keluar dari bagasi akan berputar kembali.” Jawab suamiku sambil tertawa. Saya pun ikut tertawa padahal rasa was-was masih juga menguasai diri ini.
Setelah mengambil barang dari bagasi, Saya membaca pesan dari panitia bahwa perjalanan menuju lokasi kegiatan sebaiknya menggunakan Bus Damri jurusan Blok M. Keluar dari Terminal II, Saya bingung melihat banyaknya Bus Damri yang melintas di depan gerbang Terminal II. Saya bingung harus berbuat apa. Jika disetop, busnya besar-besar sekali. Akhirnya, Saya bertanya pada lelaki berseragam TNI dimana Saya bisa menaiki Bus Damri tersebut. Lelaki tersebut memberikan petunjuk.

Saya berjalan menuju loket Bus Damri. Di dalam loket, orang begitu ramai dengan kesibukan masing-masing. Saya berusaha untuk membudayakan membaca sebelum bertanya. Saya membaca beberapa papan informasi tentang cara memesan kursi di Bus yang berada di dalam bandara tersebut. Ternyata, cara memesan tiket harus online dengan menggunakan e-ticket atau elektronik tiket. Saya mengantri di belakang beberapa orang yang mengambil tiket elektronik di mesin yang sudah tersedia. Saya memberanikan diri menekan menu hingga masuk pada pilihan armada bus yang ingin dipakai serta harus menentukan cara pembayaran lewat kartu atau manual. Saya memilih dengan cara manual. Kertas registrasi keluar dan Saya serahkan pada petugas dengan membayar Rp 40.000. Petugas terminal bus memberikan kertas pada Saya. Saya bingung harus kemana lagi karena berbagai bus terparkir di luar terminal, sedangkan untuk menuju pintu keluar tersebut, dibatasi oleh pintu-pintu kaca setengah ukuran badan orang dewasa.
Saya melihat calon penumpang lain yang menempelkan kertas yang sama dengan kertas milikku ke sudut pembatas pintu. Secara otomatis, pintu terbuka, lalu tertutup lagi dengan sendirinya.
“Wow, amazing!” bisik hatiku.
Saya melakukan hal yang sama. Kertas di tanganku pun berhasil di-scan. Pintu pun terbuka secara otomatis. Saya tertawa sendiri sambil menikmati perjalanan perdana ini. Lalu, Saya dihampiri oleh petugas bus yang berseragam rapi. Saya sampaikan bahwa tujuan Saya adalah Hotel Menara Peninsula. Petugas itu menunjukkan Bus Damri jurusan Blok M.
Setibanya di dalam bus, supir kembali men-scan tiket Saya, lalu memberikan hasil print out terbaru yang lebih kecil. Saya memilih tempat duduk di belakang supir karena ingin leluasa memandangi ibukota yang tidak lagi sebatas dalam mimpiku.
Fasilitas di dalam Bus Damri membuatku sangat nyaman. Semua ativitas pembayaran sudah diselesaikan di terminal dan tinggal duduk manis di dalam bus. Bus juga tidak perlu ngetem untuk menunggu penumpang. Dengan adanya Bus Damri yang berasal dari Bandara membuat pengunjung tidak perlu pusing memikirkan fasilitas lain. Selain nyaman, aman, dan menjamin keselamatan, harga tiket Bus Damri relatif murah ditambah pula supir yang berpakaian rapi dan sikap yang ramah tamah terhadap penumpang.
Ibukota dipenuhi dengan gedung-gedung pencakar langit yang megah dan membuatku berdecak kagum. Pikiranku kembali tertuju dengan semua pengalaman selama berada di dalam Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru hingga Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng. Pelayanan dari para petugas bandara dan armada pesawat armada bus, membuat Saya belajar bahwa disiplin dan profesional itu adalah modal utama. Semua proses yang harus dilalui oleh penumpang sangat terarah, kondusif, dan nyaman. Semua prosedur bertujuan untuk mencapai keamanan dan keselamatan. Lagi-lagi, Saya merasa benar-benar beruntung.
Sesampainya di hotel, Saya bertemu dengan salah seorang peserta yang sama-sama masuk sebagai nominator lomba Jurnalistik Kemendikbud. Beliau bercerita sengaja memilih penerbangan dengan maskapai Garuda Indonesia. Beliau menceritakan tentang kekagumanmya terhadap pelayanan yang dia terima selama menggunakan pesawat kebanggaan Indonesia tersebut. Selain itu, teman tersebut sengaja menggunakan Garuda Indonesia agar mendarat di Terminal III Soekarno-Hatta agar bisa merasakan kemegahan dan fasilitas yang disediakan oleh Terminal III Bandara Soekarno-Hatta. Untuk perjalanan dari bandara menuju pusat kota, teman Saya tersebut menggunakan fasilitas Kereta Api Bandara dengan pelayanan yang cukup memuaskan. Saya jadi memiliki keinginan dapat menikmati fasilitas di Terminal III Bandara Sukarno-Hatta, suatu hari nanti.
Di Terminal III tersebut dibangun dengan desain modern kontemporer dengan ramah lingkungan dan rasa tradisional. Terminal III diresmikan dan dibuka pada 9 Agustus 2016 dengan kapasitas penumpang sebanyak 25 juta penumpang setiap tahunnya. Otoritas bandara menghubungkan tujuh puluh destinasi internasional yang dirancang khusus untuk melayani sebagai titik transit untuk maskapai internasional.
Peralatan canggih menjadi fasilitas yang terdapat di Terminal III yang dapat mengontrol enam ratus CCTV untuk mendeteksi wajah yang terdaftar dalam daftar keamanan. Selain itu, gedung Terminal III dilengkapi dengan Sistem Manajemen Gedung Intelijen yang dapat mengontrol pennggunaan air dan listrik sehingga bisa mengubah air hujan menjadi air bersih serta dapat mengiluminasi terminal tergantung pada cuaca di sekitar bandara.
Terminal III memiliki akses Wifi dengan kecepatan hingga 50 megabit per detik yang tercepat di antara semua banadara di sunia. Wifi dapat diakses secara gratis di lima belas menit pertama. Selain itu, Terminal III menyediakan bis antarjemput penghubung Terminal I, II, dan III. Ada juga fasilitas skytrain /layanan pemindah orang yang sangat laju dengan nama Kalayang Bandara secara gratis. Ada juga Kereta Bandara yang dapat memobilisasi penumpang dari Bandara Sukarno-Hatta menuju pusat kota di Jakarta.
Melihat animo masyarakat terhadap perkembangan bandar udara Soekarno-Hatta, hal ini menjadi bukti bahwa pelayanan serta keamanan dan kenyamanan telah maksimal diberikan oleh PT. Angkasa Pura II di bawah kebijakan-kebijakan serta peran aktif dari Kementerian Perhubungan untuk seluruh masyarakat. Keberhasilan ini menjadi barometer yang akan memberikan bukti keberhasilan Kementerian Perhubungan dalam mengelola perhubungan lewat jalur udara, khususnya di Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II dan Bandara dan Bandara Internasional Sukarno-Hatta, Cengkareng.
Setelah seluruh kegiatan selesai dilaksanakan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI di Jakarta, Saya memperoleh Juara Harapan dengan mendapatkan hadiah uang tunai ditambah dengan hadiah dari BRI berupa uang tunai dan kartu Brizzi yang sudah berisi saldo. selain itu, setiap nominator menerima piagam penghargaan, dua paket goodybag dan sebuah plakat. Sedangkan seluruh akomodasi ditanggung oleh panitia. Ini adalah sebuah kenikmatan yang tak terhingga dari Allah SWT untuk Saya yang hanya sebagai orang biasa.
Pada tanggal 7 November 2019, Saya pulang ke Kota Pekanbaru lewat jalur udara dengan menggunakan maskapai Batik Air dari Bandara Sukarno-Hatta menuju Bandara Sultan Syarif Kasim II Kota Pekanabaru. Ada sebuah kerinduan yang ingin kutunaikan pada suami dan kelima orang anakku. Dengan izin Allah SWT, Saya tiba di Bumi Lancang Kuning pukul 19.15 WIB
Saya berterima kasih pada Kementerian Perhubungan atas perhatian yang diberikan untuk kelancaran perhubungan, khususnya perhubungan udara, dengan mengedepankan keamanan, keselamatan, serta kenyamanan masyarakat secara umum dan para pengguna jasa angkutan secara khusus.
Akan tetapi, ada sebuah harapan besar yang ingin Saya utarakan kepada Pemerintah khususnya yang memiliki kebijakan di Kementerian Perhubungan agar memberikan harga yang relatif murah kepada seluruh masyarakat agar masyarakat merasakan efek kenyamanan dan kesejahteraan sebagai bukti bakti Kementerian Perhubungan RI kepada Ibu Pertiwi, Negeri Indonesia.