Untuk Budi yang Sempurna
Aku mendapati anak-anak mengeja huruf
Terbata-bata dalam lisan
Tertatih-tatih menyatukan makna
Lalu, mereka bosan karena tak juga mahir
Eh, sejam lagi sudah diulang kembali
Lalu, aku iseng bertanya,
“Guru tak memberi tunjuk ajar kah?”
Cepat-cepat mereka jawab begini,
“Guru sudah lelah mengajar, Mak. Tapi, otak kami yang masih lambat mengerti!”
Jelas saja mereka tidak ingin gurunya disalahkan
Anak-anak ini menyadari keterbatasan faham mereka
Yang mereka rasa, mereka bisa kuat
Berkat uluran tangan dan senyuman tulus guru-gurunya
Bilangan, pecahan, aritmatika
Tak pernah menyempitkan relung jiwa mereka
Katanya, guru kami teramat ikhlas memberi waktu
Agar bisa menguraikan hitungan hingga tak bersisa
Keterampilan berbahasa adalah kekayaan
Anak-anak belajar tentang budaya sopan santun
Tak mudah mengenalkan tradisi bersanding Kitabullah
Dari gurunya, mereka diberi petuah pertanda cinta
Lalu, sains pun tak kalah jadi bahan bercerita
Tentang alam semesta dan proses penciptaannya
Kerdilnya jiwa, terasa setelah ilmu mengikat makna
Aku menggoda anak-anak itu,
“Libur sajalah!”
Serentak mereka berujar kencang,
“Yach, nggak ketemu guru donk..!”
Sosok-sosok teduh itu
Telah mewarnai masa depan anak-anak
Terima kasih tanpa tanda mata
Kusampaikan dalam pinta:
Allah mengangkat derajat guru-guru anak-anakku