Riausastra.com – “Kenikmatan dunia ini ibarat setetes air. Jika engkau kehilangan kenikmatan, janganlah bersedih karena yang hilang hanya setetes saja.” (Ustadz Abdul Somad)
Setiap diri manusia, Allah ciptakan sepaket antara akal dan nafsunya. Ada golongan manusia yang mengejar dunia dengan nafsunya tanpa menggunakan akal sehatnya. Tak ayal jika dunia yang dikejar semakin menjauh seperti bayang-bayang diri di siang hari. Benar sungguh bahwa dunia ini tak ubahnya seperti air laut. Semakin diminum, justru akan semakin menambah haus. Naudzubillah..
Al-Ustadz Al-Mukarrom H. Abdul Somad adalah guru kami yang berasal dari Bumi Lancang Kuning, Riau. Beliau senantiasa menyampaikan kepada masyarakat bahwa profesi kebanggan beliau adalah “guru mengaji”. Menurut UAS, profesi ini awet sekali. Guru mengaji tak pernah pensiun. Ilmunya juga unlimited edition (tidak pernah ketinggalan zaman). Jika telah berada di alam kubur, profesi “guru mengaji” akan menjadi amal jariyah buat si mayit. Tak hanya sampai di situ. Amal jariyah ini juga akan berlanjut dan memperberat timbangan amal di yaumil hisab nanti, sebab “ilmu bermanfaat yang diajarkan kepada ummat”.
Dengan segenap ilmunya, dengan segenap tenanganya, dan dengan segenap hartanya, Tuan Guru kami, UAS, rela menyambangi pelosok-pelosok negeri untuk menyiarkan dakwah. Tak terkatakan bagaimana pedih di hatinya saat harus sering-sering meninggalkan anak dan istrinya di rumah. Demi apa? Semua ini beliau lakukan untuk mengharap keridhoan dari Allah juga impian untuk memasuki kampung akhirat bernama syurga secara berjamaah (bersama-sama).
Belakangan ini, tersiar kabar tentang fitnah-fitnah keji yang dialamatkan kepada UAS. Kabar ini membuat nama baik UAS tercoreng dan si pembuat dan penyebar kabar berupaya untuk mematikan gerak langkah dan ghirah juang UAS dalam menjalankan misi duniawi, visi syurgawi.
Di saat gerakan anti hoaks dikumandangkan berkali-kali di negeri ini, di saat itu pula Sang Guru harus menanggung perih “Haditsul Ifki” yang dihantamkan padanya.
Aku hanya bisa berkata, “Bersabarlah Ustadz, tetaplah bersyiar. Anggaplah ujian ini sebagai bukti bahwa Allah akan segera menaikkan derajat takwa, Ustadz. Semakin tinggi pucuk sebatang pohon, akan semakin kencang angin yang menerpanya. Itu sudah sunnatullah.”
Kisah UAS, adalah kisah “haditsul ifki” zaman now. Haditsul ifki merupakan “berita bohong = fitnah = hoaks”.
Pada masa Rasulullah SAW, terjadi peristiwa haditsul ifki yang bertujuan untuk memporak-porandakan umat Islam.
Begini kisah singkatnya.
Pada sebuah perjalanan selepas Perang Bani Mushthaliq, istri Rasulullah, Aisyah R.A., mendapat giliran menemani Rasulullah SAW. Aisyah berada di sebuh sekedup (tandu tertutup). Di tengah perjalanan menuju Madinah, pasukan Kaum Muslimin berhenti di suatu tempat. Aisyah R.A. keluar dari sekedupnya untuk suatu keperluan. Saat beliau kembali ke sekedupnya, beliau baru tersadar bahwa kalungnya terjatuh. Aisyah R.A. keluar lagi dari sekedupnya tanpa sepengetahuan rombongan. Akhirnya, Aisyah R.A. ketinggalan dari rombongan. Di saat menanti rombongan berikutnya, Aisyah ketiduran.
Sahabat Rasulullah yang bernama Shofwan bin Al-mu’aththal menemukan Aisyah dalam kondisi tertidur karena letih. Dalam setiap perjalanan perang, Shofwan diberi amanah untuk membawa air minum Rasulullah dan menjadi tim penyapu di belakang rombongan.
Melihat Aisyah tertidur dan ketinggalan rombongan, Shofwan langsung mengatakan “Innalillahi wa inna ilaihi rajiuun.” Shofwan turun dari unta dan mempersilakan Aisyah menaiki unta, lalu menuntunnya untuk pulang ke Madinah menyusul rombongan. Selama perjalanan, mereka tidak bicara sepatah kata pun.
Sesampainya di Madinah, moment ini dimanfaatkan oleh orang-orang munafik untuk menebar kebencian dengan dibubuhi berita bohong. Penyebar hoaks tersebut bernama Abdullah bin Ubay bin Salul. Kontan saja jika Rasulullah merasa sangat terpukul dengan berita bohong yang disebarkan oleh orang-orang munafik ini. Dengan tersebarnya berita hoaks ini, hampir saja menyulut pertikaian di antara kaum muslimin. Sehingga turunlah wahyu dari Allah SWT (QS: Annur :11-20).
Setelah perkara haditsul ifki ini jelas duduk perkaranya, Rasulullah pun memberikan sanksi kepada para tukang fitnah.
Kembali pada haditsul ifki zaman now yang disebarkan oleh para tukang fitnah, selayaknya mereka pantas mendapatkan sanksi atas tuduhan-tuduhan palsu yang mereka sebarkan. Jika mereka lolos dari sanksi-sanksi dunia, sungguh sanksi akhirat amatlah perih. Naudzubillah min dzalik..
Kepada masyarakat, jangan mudah percaya dengan berita kebohongan yang ditimpakan terhadap UAS. Jika ingin melihat kebenaran dari fitnah yang ditujukan pada UAS ini, maka ikutilah petunjuk pada QS:Annur: 11-20) di atas.
Wahai Ulama kami, Ustadz Abdul Somad..
Kurangkai tulisan ini di media sosial dengan ujung jariku sebagai rasa empati dan solidaritasku.
Terima kasih atas ilmu dan pengabdian- pengabdian tulusmu untuk negeri ini. Doa kami, semoga Allah senantiasa menjaga-Mu dalam sebaik-baik penjagaan..
#SaveUAS