Tersenyumlah
Seraut wajah Ambon manise menatap dalam kelam
Jiwanya bergemuruh, pikirannya ikut kalut
Ia saksikan hamparan raga yang pasrah
Dalam benaknya, “Sampai kapan tenda pengungsian akan menemani duka ini?”
Para demonstran juga bernostalgia di jalanan panjang dan berliku
Bukan karena asyik bertaruh nyawa di situ
Tapi, baginya semua belum usai
Sampai-sampai ia relakan usianya sebagai persembahan
Untuk apa?
Agar anak cucumu bisa tersenyum di esok hari
Seorang ayah, sibuk meneriakkan anak-anaknya
“Pulanglah, Nak! Jika hatimu terluka, pulanglah! Aku sediakan ongkosmu, dan kuberi semangatmu yang baru di sini!”
Lalu, sang ayah berkata lagi, “Tanah rantau tak selalu elok berseri. Pulanglah! Peluk masa depanmu bersamaku di Tanah Bundo Kanduang!”
Tersenyumlah duhai anak-anak negeri
Jangan biarkan rasa sakit menari-nari dalam imajinasi
Usap dadamu, bangun harapanmu
Sepertinya, sebentar lagi lagu pemersatu akan menghiburmu
Kukatakan dengan indah, “tutup rindumu!”
Berikan saja segaris senyuman
Untuk mereka yang sedang merayakan kemenangan
Tak perlu kau tangisi elegi
Nikmati saja, sebatas mampumu
Dengan tersenyum, biarkan semua tangis mereda
Ikutlah dalam pesta pora negeri ini
Mereka yang duduk bersandarkan kemewahan
Doakanlah dengan senyuman
Agar mereka tak luput dari mengingatmu di saat lapar dahaga
Meski aku tak yakin, mereka saja mungkin tak pernah sempat merasakan lapar
Kembalilah ke dalam hatimu
Agar setiap yang terlintas dalam dadamu
Jangan sampai menyisakan kecewa
Maka, tersenyumlah..