Riausastra.com – Bulan Mei merupakan salah satu bulan istimewa karena pada bulan ini tertera Hari Pendidikan Nasional pada 2 Mei. Saya teringat pada sahabat kecilku dulu, ayah ibunya memberikan nama yang indah padanya. Yaitu “Hariati Perwari Harpenas Nasution”. Begitu juga dengan sepupu suami. Kakak sepupu tersebut juga memiliki nama yang indah dan unik, yaitu “Nova Harmeini Harpenas Gultom”.
Hasil investigasi dan cek n ricek yang kulakukan dahulu, ternyata orang tua mereka memiliki impian besar agar anaknya yang diberi nama “Harpenas” alias singkatan dari “Hari Pendidikan Nasional”, tumbuh menjadi anak yang cerdas dan berpendidikan. Masya Allah, keinginan itu ternyata benar-benar Allah ijabah. Dua orang bernama “Harpenas” ini kukenal sebagai orang-orang berpendidikan yang terdidik. Berkah Allah atas kedua saudaraku ini. Aamiin yaa Rabbal alamiin.
Sulungku yang manja, Fatih Azhar Gultom, kini telah berusia delapan tahun. Bersama suami, ada tugas besar yang harus sama-sama dipikul. Sebuah amanah yang harus dijaga, dibimbing, dan diberi cinta sampai kelak amanah ini akan dipertanggungjawabkan kembali kepada Pemiliknya, Allah Azza wa Jalla.
Oleh karena itu, kami memilihkan sarana pendidikan yang baik untuknya. Kami ingin, Abang Fatih dididik dengan metode Quran dan Sunnah. Kami ingin, Abang Fatih dibekali ilmu dunia untuk investasi akhirat. Kami ingin, Abang Fatih memiliki sahabat-sahabat spesial karena bersama-sama, beramal jamai di Sekolah Alam Rumbai untuk mengenal Allah, Rasul, dan semesta ciptaan-Nya.
Tak berlebihan jika saya dan suami merekomendasikan SeekolahAlam Rumbai sebagai sarana menimba ilmu buat ananda, Fatih. Semoga ilmu yang diperoleh dan diamalkan ananda kelak, menjadi amal jariyah buat ummi abinya. Aamiin yaa Allah.
Di Sekolah Alam, anak-anak dibina sesuai bakat dan karakter dengan tujuan menyempurnakan kebaikan-kebaikan yang ada dalam diri setiap anak. Sebab itulah, Sekolah Alam selalu memberi motivasi bahwa “Setiap Anak Istimewa”. Motivasi ini memberi peluang buat setiap anak untuk berprestasi dalam berbagai bidang. Tak heran jika jadwal menerima rapor di Sekolah ini, sampai empat kali dalam setahun. Keren kan..? Masya Allah. (Insya Allah lain kali akan saya buat tulisan tentang edisi menerima rapor di Sekolah Alam Rumbai). Saat menerima rapor, tidak ada peringkat berdasarkan nilai akademik. Kenapa? Kembali, sebab setiap anak istimewa dan setiap anak juara.
Lima hari ini, saya sebenarnya berusaha untuk santai kayak di pantai. Tapi sayang. Yang ada ingin selow, tapi malah melow.
Abang Fatih sedang hobi-hobinya memanjat pohon. Saya tahu bahwa memanjat pohon adalah bagian dari proses belajar. Dari sebuah penelitian, memanjat pohon mampu meningkatkan memori otak sampai 50 persen. Dengan meningkatnya memori otak, akan meningkatkan daya ingat seseorang. Dengan daya ingat yang kuat, akan lebih baik memproses informasi yang diterima oleh otak.
Selain itu, kegiatan berlari, bermain, dan memanjat pohon bagi anak akan meningkatkan kualitas motorik kasarnya. Jika motorik kasar terpenuhi, maka akan lahirlah kecerdasan-kecerdasan lainnya. Hal ini akan menjadikan anak tumbuh dengan pribadi yang lebih baik. Sudah tentu tidak akan terpengaruh lagi dengan kecanduan gadget. Karena fitrahnya anak-anak adalah bergerak aktif.
Kegiatan memanjat pohon sangat menyenangkan. Tak heran saat pertukaran pelajar remaja sedunia, pelajar dari Irlandia menduduki kursi terbanyak, yaitu 1:10 dengan negara-negara lainnya. Irlandia sudah menerapkan metode pendidikan seperti konsep sekolah alam. Para pelajar itu bercerita bagaimana mereka belajar. Mereka belajar aktif dengan konsep alam dan sesekali memanjat pohon di halaman sekolah. Santai dan sangat menyenangkan, tutur mereka saat diwawancara. (Silakan buka videonya di youtube).
Kegiatan memanjat pohon sudah sering dilakukan oleh Bang Fatih. Saat dia berhasil menaklukkan pohon tersebut, biasanya dia akan bercerita dengan semangat bagaimana teknis yang ia lakukan dari memanjat hingga turun. Sungguh benar Pepatah Melayu bahwa Alam terkembang menjadi guru. Artinya, segala yang ada di muka bumi ini bisa dijadikan sebagai pelajaran yang berharga.
Pada sore itu, Bang Fatih memanjat pohon di halaman rumah. Benar-benar luput dari pengawasan ummi dan abinya. Tiba-tiba ia terjatuh dan saat dibawa ke Ahli Patah Tulang, ternyata tulang tangan kirinya dinyatakan patah. Tak mampu saya utarakan isi hati ini, kecuali satu kata “perih”.
“Saat terjatuh, bukan pohonnya yang harus diganti. Tapi, strategi memanjat pohonnya yang harus diperbaiki,” nasihatku pada anak lelakiku ini agar ia tidak kalah oleh rasa takut.
Sudah dua kali Bang Fatih dibawa terapi. Perasaanku masih sama, “perih”. Air mata masih tetap jatuh sampai saat ini. Hati ini adakalanya keras seperti batu. Tapi, jika terkena tetesan air, batu akan melunak. Sungguh, anak-anak ini adalah mata air yang akan selalu melunakkan hatiku. Mata air yang selalu menyejukkan mata hatiku. Mata air yang akan memberi ketenangan dalam hidupku. Thanks of Allah.
Sebenarnya, malu rasanya menjadi ibu yang rapuh. Terlihat sekali betapa tipisnya iman di dadaku. Ujian sekecil ini telah mengkerdilkan jiwaku. Kucoba menguatkan diri, agar Bang Fatih juga kuat melalui masa-masa pemulihan yang cukup lama. Saat kesedihan mulai mengisi semua relung perasaanku, segera kupandangi foto-foto anak-anak Palestina. Lambat laun, segera kulafazkan istighfar atas kerapuhan jiwaku.
Anak-anak Palestina telah terbiasa kehilangan anggota tubuh. Bahkan kehilangan orang-orang yang mereka cintai. Tapi, mereka tak pernah kehilangan semangat (ghirah) dan cinta (mahabbah). Mereka tetap tegap berdiri untuk membela agama Allah, mempertahankan haknya, serta menjaga kesucian Masjidil Aqsa. Walau berdiri tak lagi di atas kaki sendiri.
Siang tadi, Bang Fatih diberi uang Rp 20.000 untuk beli buah pir kesukaannya. Tiba-tiba, ia sumbangkan semuanya buat Palestina, saat sepupunya sedang menggalang dana untuk Palestina. Rabby.. bahagia hati ini. Lewat ujian kecil ini, semakin kurasakan keistimewaan anakku ini.
Lekas pulih abang Fatih Sayang.
Jika Allah berkenan, masa depanmu masih panjang. Ini masih onak duri yang kecil. Jika hal sekecil ini saja membuat semangatmu pudar, bagaimana kelak akan menjaga amanah negeri ini?